Beberapa tahun kemudian...
Oekkk.. oekkk..
Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin.
"Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland.
Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal.
"Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya.
"Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng.
"Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland."
"Hem, terserah," sahut Erland.
"Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam."
"Kok mendadak?"
"Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa."
"Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta.
Erland terkekeh mendengarn
POV Kasih.Namaku adalah Kasih Arini Wijaya. Aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Kami tinggal di suatu desa terpencil wilayah Jawa Barat.Karena alasan tertentu kami tinggal di sini. Sebenarnya keluargaku adalah orang berada. Ayah bekerja sebagai kepala rumah sakit di kota Jakarta, sedangkan Bunda bekerja sebagai Direktur utama perusahaan Wijaya Group. Kehidupan keluargaku cukup terbilang harmonis, namun semuanya tiba-tiba berubah sejak Ayah di kabarkan menjadi anak buah mafia yang sangat berpengaruh di kota ini.Ayah menatap kami satu persatu dengan tatapan yang sulit di artikan. Wajahnya terlihat kusut dan sedikit memerah membuat kami merasa pasti ada sesuatu yang tidak beres.Betul saja, Ayah berlutut di hadapan kami meminta salah satu di antara putrinya menikah dengan Tuan Wilson yang terkenal kejam dan tidak memiliki belas kasih terhadap siapapun.Kami sangat takut, tidak mungkin kami menikah dengan orang yang bertangan dingin seperti belia
Aku memejamkan mata ketika tangan kekar itu berhasil menjamah bagian atas. Air mataku lolos begitu saja, rasanya aku ingin berteriak sekencang mungkin. Harga diri yang selama ini ku jaga runtuh di tangan laki-laki bejat seperti Tuan Wilson.“Buka matamu! Tuan Wilson menatap jengah padaku. Aku hanya menunduk ketakutan.“Cih, hanya sebesar buah tomat ternyata,” ucap Wilson menatap remeh kedua gunung kembar milik ku.“Ma-maaf, Tuan.” hanya itu yang bisa terucap dari mulut kecilku ini.“Tidak masalah, ikut aku sekarang!”Tuan Wilson merapihkan jasnya dengan gagah, kemudian keluar dari ruangan. Aku bernafas lega akhirnya laki-laki itu tidak menyentuhku. Tapi tiba-tiba...”“Hei, kenapa masih di situ? kau punya telinga?”“Pu-punya Tuan,” ucapku terlonjak. Tuan Wilson menatapku dengan dingin. Sungguh hatiku sudah berdebar-debar saat ini.“Cepat ikut den
“Bibi, kenapa Mommy tidak pulang-pulang?” suara anak kecil yang sedang bermain robot memecah keheningan Shinta. Wanita muda itu langsung mendekat, ia mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala anak itu dengan lembut. “Den Rama sabar ya, pasti nanti Mommy segera pulang kok. Mommy kan lagi banyak pekerjaan sayang,” ucap Shinta tersenyum. “Iya Bibi, Rama sangat merindukan Mommy,” ucapnya dengan sendu, tentu membuat Shinta merasa iba dengannya. Anak kecil berumur 4 tahun seperti Ramaharusnya mendapatkan kasih sayang yang lebih dari kedua orang tua, namun kini malah sebaliknya. Nyonya Alin tak pernah sedikitpun peduli pada sang anak begitupun dengan Tuan Wilson yang selalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga jarang menyempatkan waktu bermain dengan putra semata wayangnya itu. Ceklek Pintu terbuka membuat Shinta yang duduk langsung berdiri. Ia membungkuk dengan menangkupkan kedua tangan. “Selamat Pagi, Tuan,” ucap Shinta menunduk. Wilson hanya membala
Setelah kepergian Wilson, Kasih berjalan menuju taman belakang untuk melihat sekeliling. Gadis manis itu sangat senang karena Wilson telah berangkat kerja sehingga jantungnya kini kembali normal dan ia merasa lega. Lagi pula Wilson belum memberinya pekerjaan, jadi ia bisa menyusuri setiap inci dari rumah tersebut agar suatu saat tidak tersesat. Baru saja melangkahkan kaki, tiba-tiba sebuah tangan sudah menariknya dengan kasar lalu membawa Kasih ke pojok tembok. “Auw lepasin.” ringis Kasih sembari mengibaskan tangannya yang sedikit perih. “Beraninya kau menggoda Wilson, dasar bocah ingusan!” Plakk Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Kasih, sontak membuat gadis itu merasa terkejut. Ia memegangi pipinya sembari menangis. Selama 18 tahun hidup tidak ada seorang pun yang berani menamparnya termasuk sang Ayah sekalipun. Tapi kini seorang wanita sexi yang belum ia kenal sudah berani berbuat kasar padanya. “Ta-tante siapa? kenapa Tante
Kicauan burung di pagi hari terdengar begitu merdu. Matahari mulai menampakkan sinarnya melalui celah-celah jendela. Seorang gadis manis terbangun dengan merentangkan kedua tangan serta mulut yang menguap lebar.“Hoamm nyenyak banget,” gumam Kasih. Ia pun hendak melanjutkan tidurnya kembali. Namun baru saja memejamkan mata suara pletakan terdengar dari kening nya.“Auws.” ringis Kasih memegangi jidatnya yang terasa sakit.“Tu-Tuan, kenapa anda tidur di sini?” ucapnya sedikit kaget, Kasih pun langsung bangkit dan duduk di sisi ranjang.“Bagus sekali, harusnya aku yang bertanya seperti itu,” ucap Wilson menatap tajam ke arahnya sontak membuat Kasih menunduk takut.“Ma-maaf, Tuan saya ketidu...”“Ketiduran? Dasar alasan. Cepat kau mandi! bersihkan badanmu yang bau asam itu!” ucap Wilson, ia pun berlalu keluar.Kasih langsung mengendus ketiaknya kiri dan kanan. &ldquo
“Buka matamu! kau membayangkan apa?” ucap Wilson dengan heran.Kasih sangat terkejut, wajahnya memerah seperti udang rebus. Bisa-bisanya mengkhayal Tuan Wilson menciumnya dengan lembut.“Ah tidak-tidak kenapa aku mengharapkan dia menciumku lagi seperti kemarin, ciuman nya masih berasa di bibirku,” batin Kasih.“Kenapa bengong? kau terpana dengan ketampanan ku?” ucap Wilson membuat Kasih salah tingkah sendiri.“Eh ti-tidak Tuan aku...”“Jadi maksud mu aku tidak tampan?”“Sangat tampan,Tuan.Tuan juga menggoda,” ucap Kasih yang langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.“Astaga apa yang aku katakan. Tuan Wilson pasti berpikir yang tidak-tidak,” batin Kasih.“Benarkah aku menggoda?” tanya Wilson tersenyum tipis, laki-laki itu kini semakin mendekat dan menarik pinggang Kasih.“I-iya,Tuan,” ucapnya menunduk malu.
“Hah?” Kasih melongo tatkala Tuan Wilson memujinya.“Benarkah aku sangat imut, Tuan?”Tuan Wilson tidak menjawab melainkan kembali fokus membaca koran. Kasih pun mengerucutkan bibirnya dengan lucu, tentu Wilson bisa melihatnya dari balik koran.1 jam kemudianTangan Kasih sudah terasa pegal, rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Pahanya juga sudah mulai keram akibat kaki Tuan Wilson yang begitu berat.Kasih menyeka keringatnya dengan telapak tangan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.“Tuan, sudah ya,” cap Kasih yang masih terus memijat.“Tuan, saya lelah,” gumam Kasih.“Tuan, jawab dong,” ucap Kasih memelas. Namun Tuan Wilson tak kunjung menjawab. Wajahnya di tutupi koran.“Jangan-jangan ketiduran,” gumam Kasih. Ia pun mengambil koran yang menutupi wajah Wilson kemudian menaruhnya di atas meja.“Tuh kan benar Tuan Wilson ketiduran,” uca
“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?” ucap Wilson dengan datar. Kasih hanya menunduk sembari meremas jemarinya. Wilson bisa melihat dengan jelas betapa gadis itu sangat ketakutan. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghampiri Rama yang sedang bersandar manja di bahunya. “Sayang, kenapa kau belum tidur?” Wilson berkata lembut dengan tangannya yang membelai pucuk kepala Rama. “Aku belum ngantuk, Dad. Aku masih ingin mendengar dongeng dari Mommy.” “Tapi ini sudah malam sayang, besok lagi ya,” ucap Wilson membujuk. “Iya Daddy,” ucap Rama menurut. Rama memang anak yang pintar. Terkadang Wilson merasa bersalah karena tidak pernah ada waktu untuk mengajak putra semata wayangnya itu jalan-jalan. Wilson merebahkan tubuh Rama lalu menyelimutinya. Dia pun menyetel musik pengantar tidur kesukaan Rama yang berjudul Girls Like You. Perlahan musik mulai terdengar, alunan nya yang begitu merdu dan sangat menyentuh membuat Rama memeja
Beberapa tahun kemudian... Oekkk.. oekkk.. Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin. "Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland. Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal. "Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya. "Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng. "Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland." "Hem, terserah," sahut Erland. "Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam." "Kok mendadak?" "Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa." "Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta. Erland terkekeh mendengarn
1 bulan kemudianWilson membawa Kasih ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Awalnya Kasih menolak, untuk apa juga suaminya memaksa ia untuk di periksa, tapi setelah di jelasin panjang lebar mengenai kehamilannya, Kasih terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, Wilson benar-benar keterlaluan. Ia tidak memikirkan perasaan putrinya yang masih kecil. Kasih masih tak percaya dengan kabar gila ini. Ia terus menatap suaminya dengan tatapan tajam.Bukan karena ia membenci kandungannya, anak ini sama sekali tidak bersalah. Tapi sikap Wilson yang melakukan itu diam-diam membuat hati Kasih terasa sakit. Seakan suaminya ini menganggap dia adalah boneka, meniduri sesuka hati dan pergi begitu saja."Sayang, aku minta maaf," lirih Wilson mengambil tangan Istrinya, namun lagi-lagi Kasih menepis dengan kasar."Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" Kasih langsung menarik selimut dan membelakangi suaminya."Apa kau tidak menginginkan anak itu, dia tidak bers
"Sayang, kau belum tidur?" ucap Wilson saat melihat Istrinya sedang asyik membaca buku. "Belum, aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali?" Kasih menaruh buku itu ke tempatnya semula dan menghampiri suaminya yang sedang berganti pakaian. "Lepaskan dulu tanganmu, aku ingin memakai baju," ucap Wilson saat Kasih memeluk pinggangnya dari belakang. Wanita itu menduselkan kepalanya di belakang punggung. "Tidak, tidak usah pakai baju! Aku ingin kau menyentuhku malam ini," ucap Kasih lagi-lagi membuat Wilson terkekeh geli. Istrinya ini sekarang banyak perubahan. Entah karena pengaruh bayi apa gimana, tapi sekarang, Kasih lebih agresif dari biasanya. Wilson memutar tubuhnya ke belakang. Ia menangkup wajah Kasih dengan kedua tangan. Di tatapnya dalam-dalam mata indah itu. Ia sedikit tersenyum saat melihat pipi Kasih yang ternyata sedikit cabi. "Kenapa, apa sekarang wajahku sudah tidak cantik?" Kasih nampak mengernyit melihat ekspresi suaminya yang
"Jadi selama ini kau membohongiku," ucap Kasih menatap nanar suaminya. "Kau sudah bebas sejak lama, tapi kenapa baru muncul sekarang, jawab aku?" Kasih menggertak Wilson hingga suaranya menggema di ruangan itu. Ya, akhirnya Wilson memilih untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah bebas sejak lama. Namun saat itu dia takut Kasih marah dan merasa kecewa kalau dirinya telah bebas. Wilson tak ingin Istrinya membenci dia. Wilson tahu kehilangan Ayahnya membuat Kasih pasti sakit hati dan terpukul. "Maafkan aku, aku sangat takut kamu..." belum selesai Wilson menjelaskan, namun Kasih langsung memeluknya sambil menangis. "Tidak apa-apa, sayang. Aku senang kau mau jujur. Tapi tolong katakan padaku, di mana selama ini kau tinggal? Apa kau tidak pernah merindukanku? Kenapa lebih memilih bersembunyi?" ucap Kasih tanpa melepas pelukannya. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Wilson. Wilson tersenyum, akhirnya Kasih memaafkan ia yang telah berbohong
Seorang dokter muda berkacamata yang merupakan teman lama Erland datang setelah 1 jam lalu Wilson mengabarinya “Siapa yang sakit, Tuan?” ucapnya. “Istriku,” sahut Wilson sedikit sinis. Karena Dokter ini terlihat tampan dan masih muda. Bisa-bisa Kasih terpana melihatnya. Ah, Wilson berusaha menepis pikiran buruk itu. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Istrinya baik-baik saja. Ia langsung mengantar Dokter Galih menuju lantai tiga. Kasih yang lagi membaca novel sedikit terkejut melihat suaminya datang bersama dokter. Sudah di pastikan Wilson pasti merasa cemas, padahal ini hanya masuk angin biasa, pikir Kasih. “Sayang, Dokter Galih akan memeriksamu,” ucap Wilson membuat Kasih menatap Dokter tampan itu. Dokter Galih tersenyum, lalu mendekat. “Biar saya periksa, Nyonya.” “Kondisikan tatapanmu! Kau tahu, aku paling tidak suka caramu memandang Istriku!” Glek Dokter Galih menelan saliva dengan susah. Bar
Hingga pagi menjelang, Kasih terbangun karena mendengar suara yang tak asing di telinga. Tangisan baby kecil yang menggemaskan. Kasih menggeliat pelan sambil menguap lebar. Saat ingin membuka selimut, matanya langsung menoleh ke samping dan sedikit terkejut. Kasih menepuk kedua pipinya sendiri memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. “Jadi semalem itu benar kamu, kamu udah bebas sayang.” Kasih mengecupi pipi Wilson berkali-kali, tak menghiraukan tangisan Wilka yang semakin menggema. Wilson yang merasa terganggu, akhirnya mengerjapkan matanya. Di lihat sang Istri tengah memandanginya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang,” ucap Wilson sedikit serak. Ia meraih tangan Kasih dan mengecupnya. “Ada apa?” tanyanya sedikit bingung. “Aku masih tak percaya dengan kehadiranmu, sayang. Ini seperti mimpi,” ucap Kasih tersenyum bahagia. “Kau boleh merindukan-ku. Tapi urusi dulu anak kita. Sedari tadi Wilka menangis kau malah terus memandangi
Malam menunjukkan pukul 20.00 Wib. Rama meminta Kasih mendongengkan sebuah cerita. Rama sangat rindu dengan celotehan Kasih saat mendongeng. Semenjak adiknya lahir, Mommy nya ini selalu sibuk dan jarang sekali menemaninya tidur. "Sekarang Rama mau minta dongeng apa sama Mommy?" "Eitss tungu...!" ucap Kasih menahan bibir Rama yang hendak menjawab. "Jangan bilang minta dongeng mafia lagi. Mommy gak mau!" ucap Kasih terkekeh. Rama terkikik geli melihat ekspresi Mommy nya. "Memang kenapa kalau dongeng mafia Mommy? Daddy kan tidak ada. Mommy takut ya di omelin Daddy?" goda Rama. "Bukan begitu sayang, kamu tuh masih kecil." Kasih malah teringat dulu mendongengkan cerita mafia untuk Rama dan malah kepergok Wilson. Laki-laki itu menatapnya dengan tajam. Bagaimana tidak, Kasih malah menceritakan dongeng yang sesungguhnya pada Rama tentu membuat Wilson merasa tersinggung. "Bagaimana kalau malam ini Mommy akan mendongeng tentang pangeran
Beberapa hari kemudian, setelah pulang dari butik, hari ini Kasih berniat mendatangi pengacara untuk membebaskan suaminya. Setelah di pikir panjang, untuk apa juga dia membiarkan suami tercintanya itu mendekam lama di penjara. Kasih juga sudah mengikhaskan kepergian sang Ayah yang memang bukan salah Wilson sepenuhnya. Hatinya sudah sangat merindukan belain itu, belaian yang sudah sangat lama tidak Kasih dapatkan dari sosok suaminya. Sebagai seoarang Ibu, Kasih juga tak mau egois, ia memikirkan perasaan Rama yang selalu menanyakan tentang Daddy nya, terlebih sekarang menambah satu, yaitu Wilka. Putri kecil yang tak pernah mendapat kasih sayang dari Daddy nya. Ia mau keluarganya utuh seperti dulu, walaupun Kasih yakin mungkin Wilson akan marah padanya karena tidak pernah menjenguk selama di dalam sel. "Nyonya serahkan semuanya pada saya. Tuan Wilson akan segera bebas seperti yang Nyonya inginkan," ucap pengacara meyakinkan. "Terima kasih banyak, Pak. Saya tunggu inform
“Eumpp...” Kasih membuka mata perlahan saat mendengar tangisan yang tak asing di telinganya. Ia beranjak dari tempat tidur, mengambil jedai yang berada di nakas kemudian mengikat rambutnya ke belakang. Kasih langsung menggendong baby Wilka yang mungkin saja haus ingin meminum asi.Ia mulai melepas kancing yang terpasang di dekat tali untuk membuka lapisan kedua agar dapat menyusui nya dengan mudah, namun matanya langsung terperanjat tatkala melihat banyak tanda merah di dada nya. Kasih merasa panik, mungkinkah di tempat tidurnya banyak serangga? padahal pembantu di sini selalu rajin mengganti sprei seminggu 2 kali. Itu tidak mungkin. Kejadian ini juga sering terjadi setiap malam jum'at.Apa mungkin yang melakukan ini adalah jin? Kasih sempat membaca perihal wanita asal Bezha di Gwanda Afrika mengaku di tiduri jinsaat suaminya sedang merantau kerja selama berbulan-bulan. Kasih jadi merinding sendiri membayangkan nya. “Tidak...tidak... apa yang kamu pikirkan,