“Hah?” Kasih melongo tatkala Tuan Wilson memujinya.
“Benarkah aku sangat imut, Tuan?”
Tuan Wilson tidak menjawab melainkan kembali fokus membaca koran. Kasih pun mengerucutkan bibirnya dengan lucu, tentu Wilson bisa melihatnya dari balik koran.
1 jam kemudian
Tangan Kasih sudah terasa pegal, rasanya ia sudah tak sanggup lagi. Pahanya juga sudah mulai keram akibat kaki Tuan Wilson yang begitu berat.
Kasih menyeka keringatnya dengan telapak tangan. Ia menarik nafasnya dalam-dalam.
“Tuan, sudah ya,” cap Kasih yang masih terus memijat.
“Tuan, saya lelah,” gumam Kasih.
“Tuan, jawab dong,” ucap Kasih memelas. Namun Tuan Wilson tak kunjung menjawab. Wajahnya di tutupi koran.
“Jangan-jangan ketiduran,” gumam Kasih. Ia pun mengambil koran yang menutupi wajah Wilson kemudian menaruhnya di atas meja.
“Tuh kan benar Tuan Wilson ketiduran,” ucap Kasih manggut-manggut.
Kasih perlahan memindahkan kaki Wilson di atas sofa. Lalu ia berdiri tepat di hadapan Wilson. Kasih menatap laki-laki itu sambil menopang dagu.
“Wajah Tuan Wilson teduh sekali jika sedang tidur. Tapi kenapa ya kalo melek serem banget. Terkadang aku sangat takut jika berbuat salah. Aku takut Tuan Wilson membunuhku. Dia kan seorang mafia,” gumam Kasih yang terus mengoceh sendiri.
Namun kini tatapannya tertuju pada dada bidang Tuan Wilson yang di penuhi bulu. Karena Tuan Wilson jika memakai kemeja pasti membuka kancing bagian atas. Jadi terlihat jelas dadanya yang sexi membuat Kasih terpana melihatnya.
“Aku ingin sekali memegang dada itu, tapi dia bangun gak ya?” gumam Kasih penasaran, ia menggigit bibir bawahnya sendiri.
Perlahan tangan Kasih mulai menyentuh dada itu namun tiba-tiba...”
Hepp
Wilson menangkap tangannya sontak membuat Kasih panik bukan kepalang. Laki-laki itu membuka matanya lebar-lebar menatap Kasih dengan sorot mata yang tajam.
“Kau ingin menyentuhku?”
“Ti-tidak Tuan, maafkan aku,” ucap Kasih menunduk takut.
“Ini memalukan tolong, aku ingin menyembunyikan wajahku tapi dimana wahai penduduk bumi,” batin Kasih sembari meremas jemarinya.
“Keluarlah aku ingin merokok! kau pasti tidak suka asap kan?”
“I-iya Tuan saya permisi,” ucap Kasih, ia pun keluar dengan perasaan yang sangat malu.
Sementara Wilson menyaksikan punggung Kasih yang sudah mulai menjauh.
“Dasar gadis mesum!”
🌼🌼🌼🌼🌼
Malam menunjukkan pukul 20.00 wib
Tuan Wilson, Kasih dan juga Rama kini tengah menyantap makan malam dengan tenang. Hanya suara sendok dan garpu yang saling beradu, semuanya terasa hening.
Kasih, gadis itu tiba-tiba teringat dengan Bunda beserta kedua Kakak nya. Saat makan bersama pasti mereka selalu cekcok berebut lauk yang mereka suka. Sungguh Kasih sangat merindukan momen kebersamaan dengan keluarga nya. Tidak seperti sekarang, semua terasa sepi dan sunyi. Tidak ada yang memperhatikan dan mengajaknya bercanda. Di sini, Kasih malah tertekan dengan sifat Tuan Wilson yang kadang membuatnya takut. Tanpa sadar setitik air matanya berjatuhan. Kasih menyeka air mata itu dengan telapak tangan, kemudian ia kembali melanjutkan makan.
Wilson melirik sekilas, dia tahu apa yang gadis itu rasakan. Memang seharusnya di usianya yang kini masih menginjak 18 tahun, Kasih bebas bermain kesana kemari bersama teman-temannya. Tapi kini Ayahnya malah menukar putrinya sendiri dengan aset miliknya.
“Seberharga itukah asetnya daripada putrinya sendiri,” pikir Wilson.
“Daddy, aku sudah makannya,” ucap Rama memecah keheningan.
“Ya sudah sekarang kamu tidur di temani Mommy Kasih ya,” ucap Wilson membuat Kasih tertawa geli.
“Mommy? aku kan masih 18 tahun, Tuan,” ucap Kasih.
“Memangnya kenapa? kau kan calon istriku,” ucap Wilson membuat Kasih hanya garuk-garuk kepala.
“Hehe iyasih,” ucapnya tersenyum, dan di saat itulah jantung Wilson berdetak kencang. Tubuhnya gemetar tatkala melihat senyuman Kasih yang begitu manis.
“Tuan, kenapa bengong?” ucap Kasih dengan melambaikan tangannya di depan wajah Wilson. Wilson yang tersadar langsung berdehem untuk menghilangkan rasa canggungnya.
“Sangat tidak sopan,” ucap Wilson, kemudian laki-laki itu langsung menuju atas.
Kasih mengangkat bahunya acuh, kemudian tatapannya beralih ke anak kecil nan imut, siapa lagi kalau bukan Ramata Alexander. Anak kecil yang sangat mirip dengan Tuan Wilson. Hanya saja warna kulitnya yang sedikit membedakan, Rama memiliki kulit putih seperti Ibunya, sedangkan Tuan Wilson memiliki kulit kecoklatan.
“Sayang, ayo ke kamar, mau Kakak bacakan dongeng tidak?” ucap Kasih dengan lembut.
“Mau Mommy, tapi gendong ya,” ucap Rama dengan manja.
“Ok deh siapa takut,” ucap Kasih, ia pun menggendong Rama di punggung nya.
Kasih menaiki lift memencet angka 3 dimana kamar Rama dan Wilson bersebelahan.
Drett
Pintu terbuka, Kasih menurunkan bocah tampan itu dan mendudukkan nya di atas kasur.
“Ayo Mommy bacakan aku dongeng,” ucap Rama dengan tak sabar.
“Iya sayang, kamu mau dongeng apa?”
“Dongeng mafia,” ucap Rama membuat Kasih menelan salivanya dengan susah.
“Ma-mafia sayang? Rama kok tahu tentang mafia, Nak? memangnya mafia itu apasi?”
“Mafia itu kata Mommy Alin orang yang berani, Mom. Rama mau jadi mafia kalau sudah besar,” ucap Rama dengan polos membuat Kasih garuk-garuk kepala sambil nyengir kuda.
“Bisa-bisanya anak sekecil Rama berpikiran seperti itu, pasti Nyonya Alin sudah mengajarkan yang tidak-tidak,” batin Kasih.
“Sayang, itu tuh cerita orang dewasa. Dongeng yang lain saja ya,” ucap Kasih membujuk.
Rama melipat kedua tangannya serta membalikkan badan. Bibirnya mengerucut dengan lucu. “Tidak mau! pokonya mau dongeng mafia!” ucap Rama kekeh.
“Ya sudah Kakak akan dongengkan, tapi Rama jangan merajuk seperti itu dong Kakak kan syedih,” ucap Kasih berpura-pura nangis.
“Iya Mommy, ayo cepat dongengkan,” ucap Rama dengan tak sabar.
Rama memang anak yang pintar. Di saat seusianya masih berbicara cadel, tapi Rama tidak.
Kasih naik ke atas ranjang serta dengan Rama yang berbaring di bahunya.
“Siap?” ucap Kasih.
“Siap, Mommy,” sahut Rama tersenyum senang.
“Pada suatu hari, ada seorang mafia yang sangat galak dan di takuti semua orang,” ucap Kasih dengan nada suara khas orang bercerita.
“Lanjut, Mom!”
“Tapi walupun dia galak dia memiliki wajah yang saaaaanggaaaatttt tampan, dia juga...”
“Bagus, lanjut Mom!”
“Sabar dong, Nak,” ucap Kasih sembari mengelus pucuk kepala Rama.
“Dia juga memiliki seorang anak laki-laki yang tampan seperti Rama,” ucap Kasih.
“Benarkah, Mom?”
“Iya sayang, lanjut gak nih?”
“Lanjut, Mom,” sahut Rama.
“Suatu hari ada seseorang yang berani berkhianat dengan si mafia itu, tapi...”
“Tapi apa, Mom?”
“Tapi si mafia itu memaafkan orang tersebut, namun dengan syarat.”
“Syarat apa, Mom?” ucap Rama penasaran.
“Orang itu harus menyerahkan anaknya pada si mafia tersebut, tentu saja anaknya itu menolak karena si mafia itu kan sudah tu...”
“Sudah tua maksudmu?” suara bariton yang baru saja masuk membuat Kasih terlonjak kaget.
“Tu-Tuan,” ucap Kasih gemeteran.
“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?”
“Kau sedang mendongeng atau membicarakan ku?” ucap Wilson dengan datar. Kasih hanya menunduk sembari meremas jemarinya. Wilson bisa melihat dengan jelas betapa gadis itu sangat ketakutan. Ia pun mengusap wajahnya dengan kasar, lalu menghampiri Rama yang sedang bersandar manja di bahunya. “Sayang, kenapa kau belum tidur?” Wilson berkata lembut dengan tangannya yang membelai pucuk kepala Rama. “Aku belum ngantuk, Dad. Aku masih ingin mendengar dongeng dari Mommy.” “Tapi ini sudah malam sayang, besok lagi ya,” ucap Wilson membujuk. “Iya Daddy,” ucap Rama menurut. Rama memang anak yang pintar. Terkadang Wilson merasa bersalah karena tidak pernah ada waktu untuk mengajak putra semata wayangnya itu jalan-jalan. Wilson merebahkan tubuh Rama lalu menyelimutinya. Dia pun menyetel musik pengantar tidur kesukaan Rama yang berjudul Girls Like You. Perlahan musik mulai terdengar, alunan nya yang begitu merdu dan sangat menyentuh membuat Rama memeja
Pagi menjelang, Kasih terbangun dari mimpi indahnya. Ia merentangkan kedua tangan ke atas serta mulut yang menguap lebar. Semalaman tidurnya terasa nyenyak, namun seperti ada sesuatu yang janggal dengan tubuhnya, tapi apa?Kasih meraba-raba dan mendapati dirinya tidak menggunakan bra. Kasih terkejut setengah mati. Jika tidur di rumah Bundanya ia memang tidak pernah memakai bra. Tapi semenjak tinggal di kediaman Tuan Wilson Kasih tak pernah melepas bra nya saat tidur. Lalu siapa yang melepas? Kasih melirik kesana kemari dan menemukan bra nya tergeletak di samping bantal.“Astaga siapa yang sudah menyopot ini?” Kasih memegangi kedua gunung kembarnya dengan panik.“Apa mungkin Tuan Wilson,” gumam Kasih. Ia merasa sedih karena untuk ke sekian kalinya laki-laki tua itu menjamah tubuhnya lagi.Di saat bersama, Wilson masuk membawakan segelas susu serta roti untuknya. Ia menaruh di atas nakas samping tempat tidur. Matanya melirik ke
Kring Bunyi ponsel berdering membuat Wilson menghentikan aktivitas nya. Ia menurunkan Rama dari gendongan lalu memberikan pada Kasih. “Bagaimana?” Wilson menerima telepon sangat pelan. “Sudah dapat, Tuan,” ucap suara dari seberang sana. “Ok, tunggu aku sekarang,” ucap Wilson. Panggilan pun terputus. “Siapa Tuan?” tanya Kasih dengan lancang. Tuan Wilson mengernyit. “Bukan siapa-siapa! anak kecil pengen tahu saja,” ucap Wilson membuat Kasih malu setengah mati, bisa-bisanya dia kepo dan bertanya siapa yang menelepon. Wilson kini berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama. Ia mengusap pucuk kepala bocah itu dengan lembut. “Daddy ada urusan, kau jangan nakal ya!” ”Iya Dad,” sahut Rama tersenyum. “Kau jaga Rama! aku ada urusan. Mungkin nanti malam baru pulang,” ucapnya pada Kasih. “Baik, Tuan.” Wilson pun masuk ke dalam kemar untuk berganti baju, setelahnya menuju garasi dimana Hito beserta
“Tidaaaakkk.” teriak Kasih tatkala tangan mungilnya menyentuh sesuatu yang keras di balik sana.Buru-buru ia mendorong tubuh Wilson hingga laki-laki itu tersungkur ke bawah lantai.“Sial, badanmu kecil kenapa tenagamu sangat kuat,” maki Wilson tidak terima. Ia pun berdiri dan menarik Kasih ke dalam dekapannya. Kasih meronta-ronta melepaskan diri, namun Wilson semakin kencang memeluknya.“Malam ini kau harus melayaniku,” bisik Wilson di telinga Kasih.“Tidak! aku tidak mau, Tuan.” teriak Kasih menangis histeris. Wilson benar-benar membuatnya takut.“Sebentar saja setelah itu aku akan...”DUAAAAKKWilson tidak melanjutkan bicaranya saat Kasih menendang sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil memegangi keperkasaan nya dengan kedua tangan.“Kasih.” teriak Wilson menggema di kamar itu membuat Kasih menutup telinga nya
Pagi menjelang, arah jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Dua orang manusia yang sedang berbagi tempat tidur begitu terbuai dengan posisi saling berpelukan. Bibir Wilson sudah menjelajah di sekitar punggung mulus Kasih. Dia juga melepas tali bra agar bisa mengekpose lebih leluasa lagi. Kasih tidak peduli apa yang di lakukan oleh Wilson. Toh laki-laki itu pasti akan menuntut lebih jauh jika dirinya menolak. Kasih memejamkan mata dengan menggigit bibir bawahnya. Tuan Wilson kini tengah menyusu seperti bayi. Bibirnya yang hangat dan basah membuat Kasih terbang bagai di awang-awang. “Tuan, jangan di gigit,” ucap Kasih dengan suara yang serak. “Tidak, kau nikmati saja,” sahut Wilson. Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang tak biasa. Bukan lagi ketukan seperti biasanya, namun lebih seperti menggedor-gedor pintu. “Tuan, ada orang,” ucap Kasih menjauh. Ia membenarkan baju nya kembali. Wilson berdecih di saat seperti ini ada
Sementara di kediaman Tuan Wilson, Kasih baru saja menjelajah seluruh isi rumah. Hari ini ia teramat suntuk. Biasanya bermain dengan Rama, tapi sekarang bocah kecil itu sedang di ajak main dengan Uncle nya.Kasih nampak berfikir sejenak, sesaat kemudian ia baru ingat jika Tuan Wilson memiliki ruang musik. Gadis itu pun dengan semangat nya menuju lantai atas.Sesampainya di sana, Kasih membuka pintu secara perlahan. Tangannya meraih stop kontak dekat ujung pintu. Matanya melirik kesana kemari menatap kagum pada ruangan itu. Semua alat musik apapun ada di dalamnya, mulai dari gitar, piano, biola, angklung dan sebagainya.Kasih langsung duduk di depan piano. Ia pun mulai memainkan jarinya pada tuts piano tersebut. Terdengarlah alunan suara piano yang begitu indah memenuhi sudut ruangan yang nampak sepi. Kasih menyanyikan sebuah lagu yang mewakilkan seluruh perasaannya untuk orang yang sangat special di hatinya. Entah untuk siapa?Sebuah lagu berjudul Guardia
“Hari ini kau ikut denganku! kita akan fitting gaun pengantin,” ucap Wilson setelah melakukan aktivitas berenang di pagi hari.“Baik, Tuan,” sahut Kasih sambil memberikan sebuah handuk kecil.“Ambilkan aku minuman!” titah Wilson.“Ini Tuan,” Kasih memberikan jus orange yang berada di atas meja.Wilson meneguknya sampai habis, lalu memberikan gelas kosong nya pada Kasih.“Kau sudah minum susu?”“Belum, eh su-sudah, Tuan,” ucap Kasih berbohong.Tuan Wilson menatap penuh selidik.“Awas saja kau berbohong! kau harus meminum susu penyubur itu setiap hari!”“Iya, Tuan,” sahut Kasih menunduk.“Ya sudah cepat kau ganti baju! kita berangkat sekarang.”“Baik, Tuan.” Kasih pun langsung menuju atas untuk berganti baju. Setelah siap mereka langsung berangkat. Kasih begitu antusias, pasalnya ini pertama k
Wilson berjalan keluar dengan sedikit sempoyongan, padahal ia hanya meminum sedikit tapi kenapa rasanya panas sekali.Sekujur tubuhnya merasakan getaran yang berbeda. Ini sangat aneh, pikir Wilson.“Tuan, anda yakin baik-baik saja?” ucap Sam sekali lagi.“Ya, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir Sam,” sahut Wilson meyakinkan.Ia duduk di seberang sudut menyaksikan riuhnya malam dengan alunan musik Dj yang begitu kencang. Banyaknya pasangan muda-mudi menghabiskan malam dengan berminum, ada juga yang berdansa dengan wanita. Wilson hanya memperhatikan suasana malam ini. Kepalanya terasa berat.“Sam, ambilkan aku air putih! tenggorokan ku sangat gatal,” ucap Wilson.“Baik, Tuan,” sahut Sam.Tidak lama kemudian, seorang wanita berpakaian minim datang menghampiri Wilson dengan gayanya yang sangat menggoda. Wanita yang di ketahui bernama Dian itu duduk dengan menyilangkan kedua kaki memperlih
Beberapa tahun kemudian... Oekkk.. oekkk.. Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin. "Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland. Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal. "Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya. "Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng. "Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland." "Hem, terserah," sahut Erland. "Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam." "Kok mendadak?" "Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa." "Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta. Erland terkekeh mendengarn
1 bulan kemudianWilson membawa Kasih ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Awalnya Kasih menolak, untuk apa juga suaminya memaksa ia untuk di periksa, tapi setelah di jelasin panjang lebar mengenai kehamilannya, Kasih terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, Wilson benar-benar keterlaluan. Ia tidak memikirkan perasaan putrinya yang masih kecil. Kasih masih tak percaya dengan kabar gila ini. Ia terus menatap suaminya dengan tatapan tajam.Bukan karena ia membenci kandungannya, anak ini sama sekali tidak bersalah. Tapi sikap Wilson yang melakukan itu diam-diam membuat hati Kasih terasa sakit. Seakan suaminya ini menganggap dia adalah boneka, meniduri sesuka hati dan pergi begitu saja."Sayang, aku minta maaf," lirih Wilson mengambil tangan Istrinya, namun lagi-lagi Kasih menepis dengan kasar."Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" Kasih langsung menarik selimut dan membelakangi suaminya."Apa kau tidak menginginkan anak itu, dia tidak bers
"Sayang, kau belum tidur?" ucap Wilson saat melihat Istrinya sedang asyik membaca buku. "Belum, aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali?" Kasih menaruh buku itu ke tempatnya semula dan menghampiri suaminya yang sedang berganti pakaian. "Lepaskan dulu tanganmu, aku ingin memakai baju," ucap Wilson saat Kasih memeluk pinggangnya dari belakang. Wanita itu menduselkan kepalanya di belakang punggung. "Tidak, tidak usah pakai baju! Aku ingin kau menyentuhku malam ini," ucap Kasih lagi-lagi membuat Wilson terkekeh geli. Istrinya ini sekarang banyak perubahan. Entah karena pengaruh bayi apa gimana, tapi sekarang, Kasih lebih agresif dari biasanya. Wilson memutar tubuhnya ke belakang. Ia menangkup wajah Kasih dengan kedua tangan. Di tatapnya dalam-dalam mata indah itu. Ia sedikit tersenyum saat melihat pipi Kasih yang ternyata sedikit cabi. "Kenapa, apa sekarang wajahku sudah tidak cantik?" Kasih nampak mengernyit melihat ekspresi suaminya yang
"Jadi selama ini kau membohongiku," ucap Kasih menatap nanar suaminya. "Kau sudah bebas sejak lama, tapi kenapa baru muncul sekarang, jawab aku?" Kasih menggertak Wilson hingga suaranya menggema di ruangan itu. Ya, akhirnya Wilson memilih untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah bebas sejak lama. Namun saat itu dia takut Kasih marah dan merasa kecewa kalau dirinya telah bebas. Wilson tak ingin Istrinya membenci dia. Wilson tahu kehilangan Ayahnya membuat Kasih pasti sakit hati dan terpukul. "Maafkan aku, aku sangat takut kamu..." belum selesai Wilson menjelaskan, namun Kasih langsung memeluknya sambil menangis. "Tidak apa-apa, sayang. Aku senang kau mau jujur. Tapi tolong katakan padaku, di mana selama ini kau tinggal? Apa kau tidak pernah merindukanku? Kenapa lebih memilih bersembunyi?" ucap Kasih tanpa melepas pelukannya. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Wilson. Wilson tersenyum, akhirnya Kasih memaafkan ia yang telah berbohong
Seorang dokter muda berkacamata yang merupakan teman lama Erland datang setelah 1 jam lalu Wilson mengabarinya “Siapa yang sakit, Tuan?” ucapnya. “Istriku,” sahut Wilson sedikit sinis. Karena Dokter ini terlihat tampan dan masih muda. Bisa-bisa Kasih terpana melihatnya. Ah, Wilson berusaha menepis pikiran buruk itu. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Istrinya baik-baik saja. Ia langsung mengantar Dokter Galih menuju lantai tiga. Kasih yang lagi membaca novel sedikit terkejut melihat suaminya datang bersama dokter. Sudah di pastikan Wilson pasti merasa cemas, padahal ini hanya masuk angin biasa, pikir Kasih. “Sayang, Dokter Galih akan memeriksamu,” ucap Wilson membuat Kasih menatap Dokter tampan itu. Dokter Galih tersenyum, lalu mendekat. “Biar saya periksa, Nyonya.” “Kondisikan tatapanmu! Kau tahu, aku paling tidak suka caramu memandang Istriku!” Glek Dokter Galih menelan saliva dengan susah. Bar
Hingga pagi menjelang, Kasih terbangun karena mendengar suara yang tak asing di telinga. Tangisan baby kecil yang menggemaskan. Kasih menggeliat pelan sambil menguap lebar. Saat ingin membuka selimut, matanya langsung menoleh ke samping dan sedikit terkejut. Kasih menepuk kedua pipinya sendiri memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. “Jadi semalem itu benar kamu, kamu udah bebas sayang.” Kasih mengecupi pipi Wilson berkali-kali, tak menghiraukan tangisan Wilka yang semakin menggema. Wilson yang merasa terganggu, akhirnya mengerjapkan matanya. Di lihat sang Istri tengah memandanginya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang,” ucap Wilson sedikit serak. Ia meraih tangan Kasih dan mengecupnya. “Ada apa?” tanyanya sedikit bingung. “Aku masih tak percaya dengan kehadiranmu, sayang. Ini seperti mimpi,” ucap Kasih tersenyum bahagia. “Kau boleh merindukan-ku. Tapi urusi dulu anak kita. Sedari tadi Wilka menangis kau malah terus memandangi
Malam menunjukkan pukul 20.00 Wib. Rama meminta Kasih mendongengkan sebuah cerita. Rama sangat rindu dengan celotehan Kasih saat mendongeng. Semenjak adiknya lahir, Mommy nya ini selalu sibuk dan jarang sekali menemaninya tidur. "Sekarang Rama mau minta dongeng apa sama Mommy?" "Eitss tungu...!" ucap Kasih menahan bibir Rama yang hendak menjawab. "Jangan bilang minta dongeng mafia lagi. Mommy gak mau!" ucap Kasih terkekeh. Rama terkikik geli melihat ekspresi Mommy nya. "Memang kenapa kalau dongeng mafia Mommy? Daddy kan tidak ada. Mommy takut ya di omelin Daddy?" goda Rama. "Bukan begitu sayang, kamu tuh masih kecil." Kasih malah teringat dulu mendongengkan cerita mafia untuk Rama dan malah kepergok Wilson. Laki-laki itu menatapnya dengan tajam. Bagaimana tidak, Kasih malah menceritakan dongeng yang sesungguhnya pada Rama tentu membuat Wilson merasa tersinggung. "Bagaimana kalau malam ini Mommy akan mendongeng tentang pangeran
Beberapa hari kemudian, setelah pulang dari butik, hari ini Kasih berniat mendatangi pengacara untuk membebaskan suaminya. Setelah di pikir panjang, untuk apa juga dia membiarkan suami tercintanya itu mendekam lama di penjara. Kasih juga sudah mengikhaskan kepergian sang Ayah yang memang bukan salah Wilson sepenuhnya. Hatinya sudah sangat merindukan belain itu, belaian yang sudah sangat lama tidak Kasih dapatkan dari sosok suaminya. Sebagai seoarang Ibu, Kasih juga tak mau egois, ia memikirkan perasaan Rama yang selalu menanyakan tentang Daddy nya, terlebih sekarang menambah satu, yaitu Wilka. Putri kecil yang tak pernah mendapat kasih sayang dari Daddy nya. Ia mau keluarganya utuh seperti dulu, walaupun Kasih yakin mungkin Wilson akan marah padanya karena tidak pernah menjenguk selama di dalam sel. "Nyonya serahkan semuanya pada saya. Tuan Wilson akan segera bebas seperti yang Nyonya inginkan," ucap pengacara meyakinkan. "Terima kasih banyak, Pak. Saya tunggu inform
“Eumpp...” Kasih membuka mata perlahan saat mendengar tangisan yang tak asing di telinganya. Ia beranjak dari tempat tidur, mengambil jedai yang berada di nakas kemudian mengikat rambutnya ke belakang. Kasih langsung menggendong baby Wilka yang mungkin saja haus ingin meminum asi.Ia mulai melepas kancing yang terpasang di dekat tali untuk membuka lapisan kedua agar dapat menyusui nya dengan mudah, namun matanya langsung terperanjat tatkala melihat banyak tanda merah di dada nya. Kasih merasa panik, mungkinkah di tempat tidurnya banyak serangga? padahal pembantu di sini selalu rajin mengganti sprei seminggu 2 kali. Itu tidak mungkin. Kejadian ini juga sering terjadi setiap malam jum'at.Apa mungkin yang melakukan ini adalah jin? Kasih sempat membaca perihal wanita asal Bezha di Gwanda Afrika mengaku di tiduri jinsaat suaminya sedang merantau kerja selama berbulan-bulan. Kasih jadi merinding sendiri membayangkan nya. “Tidak...tidak... apa yang kamu pikirkan,