Kring
Bunyi ponsel berdering membuat Wilson menghentikan aktivitas nya. Ia menurunkan Rama dari gendongan lalu memberikan pada Kasih.
“Bagaimana?” Wilson menerima telepon sangat pelan.
“Sudah dapat, Tuan,” ucap suara dari seberang sana.
“Ok, tunggu aku sekarang,” ucap Wilson. Panggilan pun terputus.
“Siapa Tuan?” tanya Kasih dengan lancang.
Tuan Wilson mengernyit. “Bukan siapa-siapa! anak kecil pengen tahu saja,” ucap Wilson membuat Kasih malu setengah mati, bisa-bisanya dia kepo dan bertanya siapa yang menelepon.
Wilson kini berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Rama. Ia mengusap pucuk kepala bocah itu dengan lembut.
“Daddy ada urusan, kau jangan nakal ya!”
”Iya Dad,” sahut Rama tersenyum.
“Kau jaga Rama! aku ada urusan. Mungkin nanti malam baru pulang,” ucapnya pada Kasih.
“Baik, Tuan.”
Wilson pun masuk ke dalam kemar untuk berganti baju, setelahnya menuju garasi dimana Hito beserta
“Tidaaaakkk.” teriak Kasih tatkala tangan mungilnya menyentuh sesuatu yang keras di balik sana.Buru-buru ia mendorong tubuh Wilson hingga laki-laki itu tersungkur ke bawah lantai.“Sial, badanmu kecil kenapa tenagamu sangat kuat,” maki Wilson tidak terima. Ia pun berdiri dan menarik Kasih ke dalam dekapannya. Kasih meronta-ronta melepaskan diri, namun Wilson semakin kencang memeluknya.“Malam ini kau harus melayaniku,” bisik Wilson di telinga Kasih.“Tidak! aku tidak mau, Tuan.” teriak Kasih menangis histeris. Wilson benar-benar membuatnya takut.“Sebentar saja setelah itu aku akan...”DUAAAAKKWilson tidak melanjutkan bicaranya saat Kasih menendang sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Laki-laki itu meringis kesakitan sambil memegangi keperkasaan nya dengan kedua tangan.“Kasih.” teriak Wilson menggema di kamar itu membuat Kasih menutup telinga nya
Pagi menjelang, arah jarum jam menunjukkan pukul enam pagi. Dua orang manusia yang sedang berbagi tempat tidur begitu terbuai dengan posisi saling berpelukan. Bibir Wilson sudah menjelajah di sekitar punggung mulus Kasih. Dia juga melepas tali bra agar bisa mengekpose lebih leluasa lagi. Kasih tidak peduli apa yang di lakukan oleh Wilson. Toh laki-laki itu pasti akan menuntut lebih jauh jika dirinya menolak. Kasih memejamkan mata dengan menggigit bibir bawahnya. Tuan Wilson kini tengah menyusu seperti bayi. Bibirnya yang hangat dan basah membuat Kasih terbang bagai di awang-awang. “Tuan, jangan di gigit,” ucap Kasih dengan suara yang serak. “Tidak, kau nikmati saja,” sahut Wilson. Tidak lama kemudian terdengar ketukan pintu yang tak biasa. Bukan lagi ketukan seperti biasanya, namun lebih seperti menggedor-gedor pintu. “Tuan, ada orang,” ucap Kasih menjauh. Ia membenarkan baju nya kembali. Wilson berdecih di saat seperti ini ada
Sementara di kediaman Tuan Wilson, Kasih baru saja menjelajah seluruh isi rumah. Hari ini ia teramat suntuk. Biasanya bermain dengan Rama, tapi sekarang bocah kecil itu sedang di ajak main dengan Uncle nya.Kasih nampak berfikir sejenak, sesaat kemudian ia baru ingat jika Tuan Wilson memiliki ruang musik. Gadis itu pun dengan semangat nya menuju lantai atas.Sesampainya di sana, Kasih membuka pintu secara perlahan. Tangannya meraih stop kontak dekat ujung pintu. Matanya melirik kesana kemari menatap kagum pada ruangan itu. Semua alat musik apapun ada di dalamnya, mulai dari gitar, piano, biola, angklung dan sebagainya.Kasih langsung duduk di depan piano. Ia pun mulai memainkan jarinya pada tuts piano tersebut. Terdengarlah alunan suara piano yang begitu indah memenuhi sudut ruangan yang nampak sepi. Kasih menyanyikan sebuah lagu yang mewakilkan seluruh perasaannya untuk orang yang sangat special di hatinya. Entah untuk siapa?Sebuah lagu berjudul Guardia
“Hari ini kau ikut denganku! kita akan fitting gaun pengantin,” ucap Wilson setelah melakukan aktivitas berenang di pagi hari.“Baik, Tuan,” sahut Kasih sambil memberikan sebuah handuk kecil.“Ambilkan aku minuman!” titah Wilson.“Ini Tuan,” Kasih memberikan jus orange yang berada di atas meja.Wilson meneguknya sampai habis, lalu memberikan gelas kosong nya pada Kasih.“Kau sudah minum susu?”“Belum, eh su-sudah, Tuan,” ucap Kasih berbohong.Tuan Wilson menatap penuh selidik.“Awas saja kau berbohong! kau harus meminum susu penyubur itu setiap hari!”“Iya, Tuan,” sahut Kasih menunduk.“Ya sudah cepat kau ganti baju! kita berangkat sekarang.”“Baik, Tuan.” Kasih pun langsung menuju atas untuk berganti baju. Setelah siap mereka langsung berangkat. Kasih begitu antusias, pasalnya ini pertama k
Wilson berjalan keluar dengan sedikit sempoyongan, padahal ia hanya meminum sedikit tapi kenapa rasanya panas sekali.Sekujur tubuhnya merasakan getaran yang berbeda. Ini sangat aneh, pikir Wilson.“Tuan, anda yakin baik-baik saja?” ucap Sam sekali lagi.“Ya, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir Sam,” sahut Wilson meyakinkan.Ia duduk di seberang sudut menyaksikan riuhnya malam dengan alunan musik Dj yang begitu kencang. Banyaknya pasangan muda-mudi menghabiskan malam dengan berminum, ada juga yang berdansa dengan wanita. Wilson hanya memperhatikan suasana malam ini. Kepalanya terasa berat.“Sam, ambilkan aku air putih! tenggorokan ku sangat gatal,” ucap Wilson.“Baik, Tuan,” sahut Sam.Tidak lama kemudian, seorang wanita berpakaian minim datang menghampiri Wilson dengan gayanya yang sangat menggoda. Wanita yang di ketahui bernama Dian itu duduk dengan menyilangkan kedua kaki memperlih
DegKasih terdiam untuk beberapa saat. Tubuhnya membeku mendengar perkataan laki-laki di hadapannya ini.“Tu-Tuan aku tidak mau, aku...”“Shttt.” Wilson menempelkan satu jarinya di bibir Kasih.“Jangan pernah menolak,” ucapnya seraya membelai lembut pipi Kasih. Gadis itu hanya memejamkan mata merasakan sensasi sentuhan dari laki-laki yang akan menjadi suaminya.Wilson membawa Kasih naik ke atas ranjang. Ia memeluk sambil menciumi rambut panjang itu yang menurutnya begitu wangi.“Kau pakai shampoo apa?” Wilson bertanya dengan lembut.“Shampoo yang itu, Tuan. Aku tidak pernah ganti-ganti pake duta shampoo yang lain.”“Benarkah?”“Iya kan memang adanya yang itu di kamar mandi,” ucap Kasih.“Oh iya lupa. Sekarang buka ini mu aku ingin menyusu seperti bayi,” ucap Wilson membuat Kasih menganga.“Ta-tapi Tuan aku.
Pagi menunjukkan pukul 07.00 wibKasih dan Rama kini tengah sarapan berdua di meja makan. Sedangkan Erland, laki-laki itu nampak menghilang setelah kejadian memperkosa Shinta. Kasih merasa kasian dengan wanita itu, tapi mau bagaimana lagi Kasih juga tidak bisa berbuat apa-apa.“Mommy, kenapa Daddy belum pulang ini kan sudah pagi?” ucap Rama tiba-tiba.“Daddy lagi banyak kerjaan sayang, kamu sabar ya,” ucap Kasih sembari mengelus pucuk kepala Rama.“Iya Mommy, habis ini kita main di taman ya.”“Ok sayang habiskan dulu makanannya,” sahut Kasih tersenyum.“Ok, Mom.”“Kamu tidak nambah lagi?”“Tidak Mom, nanti perut aku besar,” ucap Rama menunjukkan perutnya membuat Kasih tertawa.“Ya sudah tidak apa-apa.”🌼🌼🌼🌼🌼Kini Kasih bersama Rama tengah berada di taman menikmati suasana pagi yang begitu segar. Taman milik
“Apa yang kau katakan sayang? aku hanya ingin menikah denganmu,” ucap Wilson menatap lembut manik hitam Kasih.“Tapi Tuan, aku masih kecil. Biar Kak Karin saja yang menggantikan pernikahan kita,” ucap Kasih menunduk, ia tidak berani menatap wajah Tuan Wilson.“Aku tidak peduli, aku hanya menginginkan mu! ayo kita pulang!” Wilson menarik lengan Kasih namun gadis itu menepisnya.“Tuan, biarkan aku di sini menjaga Bunda. Lihatlah Bunda sedang terbaring lemah.”“Bunda tidak apa-apa sayang, kamu tidak usah memikirkan Bunda.”“Tapi Bun...”“Nak, di sini kan ada kedua Kakakmu. Mereka yang akan menjaga Bunda.”“Benar Kasih, kamu tidak perlu khawatir,” ucap Kania menimpali, sedangkan Karin gadis itu sedari tadi menatap fokus Tuan Wilson tanpa berkedip.“Baiklah, aku akan pulang,” ucap Kasih.“Bunda, jaga diri baik-bai
Beberapa tahun kemudian... Oekkk.. oekkk.. Suara bayi menggema di dalam sebuah kamar. Erland yang tengah berkutat dengan laptop melirik ke arah Shinta yang kini tengah sibuk memoles dirinya di depan cermin. "Sayang, bayi kita nangis," ucap Erland. Shinta menoleh ke suaminya dengan tatapan sebal. "Ya kenapa gak di gendong? Kebiasaan deh, belum punya anak pengen punya anak, giliran sudah dikasih malah begitu." Shinta pun beranjak menggendong baby L dan menenangkannya. "Begitu apanya, sayang. Aku kan lagi sibuk ini. Salah kamu sendiri gak mau pakai baby sitter," ucap Erland dengan enteng. "Aku masih sanggup ngurusin sendiri, Erland." "Hem, terserah," sahut Erland. "Malam ini dandan yang cantik. Karena kita akan ada acara keluarga nanti malam." "Kok mendadak?" "Hemm, permintaan Kak Wilson. Entahlah mau bicara apa." "Ikuti saja daripada ngamuk," jawab Shinta. Erland terkekeh mendengarn
1 bulan kemudianWilson membawa Kasih ke rumah sakit untuk memeriksa kandungan. Awalnya Kasih menolak, untuk apa juga suaminya memaksa ia untuk di periksa, tapi setelah di jelasin panjang lebar mengenai kehamilannya, Kasih terkejut setengah mati. Bagaimana tidak, Wilson benar-benar keterlaluan. Ia tidak memikirkan perasaan putrinya yang masih kecil. Kasih masih tak percaya dengan kabar gila ini. Ia terus menatap suaminya dengan tatapan tajam.Bukan karena ia membenci kandungannya, anak ini sama sekali tidak bersalah. Tapi sikap Wilson yang melakukan itu diam-diam membuat hati Kasih terasa sakit. Seakan suaminya ini menganggap dia adalah boneka, meniduri sesuka hati dan pergi begitu saja."Sayang, aku minta maaf," lirih Wilson mengambil tangan Istrinya, namun lagi-lagi Kasih menepis dengan kasar."Sudahlah, aku tidak ingin bicara denganmu!" Kasih langsung menarik selimut dan membelakangi suaminya."Apa kau tidak menginginkan anak itu, dia tidak bers
"Sayang, kau belum tidur?" ucap Wilson saat melihat Istrinya sedang asyik membaca buku. "Belum, aku menunggumu. Kenapa kau lama sekali?" Kasih menaruh buku itu ke tempatnya semula dan menghampiri suaminya yang sedang berganti pakaian. "Lepaskan dulu tanganmu, aku ingin memakai baju," ucap Wilson saat Kasih memeluk pinggangnya dari belakang. Wanita itu menduselkan kepalanya di belakang punggung. "Tidak, tidak usah pakai baju! Aku ingin kau menyentuhku malam ini," ucap Kasih lagi-lagi membuat Wilson terkekeh geli. Istrinya ini sekarang banyak perubahan. Entah karena pengaruh bayi apa gimana, tapi sekarang, Kasih lebih agresif dari biasanya. Wilson memutar tubuhnya ke belakang. Ia menangkup wajah Kasih dengan kedua tangan. Di tatapnya dalam-dalam mata indah itu. Ia sedikit tersenyum saat melihat pipi Kasih yang ternyata sedikit cabi. "Kenapa, apa sekarang wajahku sudah tidak cantik?" Kasih nampak mengernyit melihat ekspresi suaminya yang
"Jadi selama ini kau membohongiku," ucap Kasih menatap nanar suaminya. "Kau sudah bebas sejak lama, tapi kenapa baru muncul sekarang, jawab aku?" Kasih menggertak Wilson hingga suaranya menggema di ruangan itu. Ya, akhirnya Wilson memilih untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa ia sudah bebas sejak lama. Namun saat itu dia takut Kasih marah dan merasa kecewa kalau dirinya telah bebas. Wilson tak ingin Istrinya membenci dia. Wilson tahu kehilangan Ayahnya membuat Kasih pasti sakit hati dan terpukul. "Maafkan aku, aku sangat takut kamu..." belum selesai Wilson menjelaskan, namun Kasih langsung memeluknya sambil menangis. "Tidak apa-apa, sayang. Aku senang kau mau jujur. Tapi tolong katakan padaku, di mana selama ini kau tinggal? Apa kau tidak pernah merindukanku? Kenapa lebih memilih bersembunyi?" ucap Kasih tanpa melepas pelukannya. Ia semakin membenamkan wajahnya di dada Wilson. Wilson tersenyum, akhirnya Kasih memaafkan ia yang telah berbohong
Seorang dokter muda berkacamata yang merupakan teman lama Erland datang setelah 1 jam lalu Wilson mengabarinya “Siapa yang sakit, Tuan?” ucapnya. “Istriku,” sahut Wilson sedikit sinis. Karena Dokter ini terlihat tampan dan masih muda. Bisa-bisa Kasih terpana melihatnya. Ah, Wilson berusaha menepis pikiran buruk itu. Yang terpenting sekarang adalah memastikan Istrinya baik-baik saja. Ia langsung mengantar Dokter Galih menuju lantai tiga. Kasih yang lagi membaca novel sedikit terkejut melihat suaminya datang bersama dokter. Sudah di pastikan Wilson pasti merasa cemas, padahal ini hanya masuk angin biasa, pikir Kasih. “Sayang, Dokter Galih akan memeriksamu,” ucap Wilson membuat Kasih menatap Dokter tampan itu. Dokter Galih tersenyum, lalu mendekat. “Biar saya periksa, Nyonya.” “Kondisikan tatapanmu! Kau tahu, aku paling tidak suka caramu memandang Istriku!” Glek Dokter Galih menelan saliva dengan susah. Bar
Hingga pagi menjelang, Kasih terbangun karena mendengar suara yang tak asing di telinga. Tangisan baby kecil yang menggemaskan. Kasih menggeliat pelan sambil menguap lebar. Saat ingin membuka selimut, matanya langsung menoleh ke samping dan sedikit terkejut. Kasih menepuk kedua pipinya sendiri memastikan bahwa ini bukanlah mimpi. “Jadi semalem itu benar kamu, kamu udah bebas sayang.” Kasih mengecupi pipi Wilson berkali-kali, tak menghiraukan tangisan Wilka yang semakin menggema. Wilson yang merasa terganggu, akhirnya mengerjapkan matanya. Di lihat sang Istri tengah memandanginya dengan mata berkaca-kaca. “Sayang,” ucap Wilson sedikit serak. Ia meraih tangan Kasih dan mengecupnya. “Ada apa?” tanyanya sedikit bingung. “Aku masih tak percaya dengan kehadiranmu, sayang. Ini seperti mimpi,” ucap Kasih tersenyum bahagia. “Kau boleh merindukan-ku. Tapi urusi dulu anak kita. Sedari tadi Wilka menangis kau malah terus memandangi
Malam menunjukkan pukul 20.00 Wib. Rama meminta Kasih mendongengkan sebuah cerita. Rama sangat rindu dengan celotehan Kasih saat mendongeng. Semenjak adiknya lahir, Mommy nya ini selalu sibuk dan jarang sekali menemaninya tidur. "Sekarang Rama mau minta dongeng apa sama Mommy?" "Eitss tungu...!" ucap Kasih menahan bibir Rama yang hendak menjawab. "Jangan bilang minta dongeng mafia lagi. Mommy gak mau!" ucap Kasih terkekeh. Rama terkikik geli melihat ekspresi Mommy nya. "Memang kenapa kalau dongeng mafia Mommy? Daddy kan tidak ada. Mommy takut ya di omelin Daddy?" goda Rama. "Bukan begitu sayang, kamu tuh masih kecil." Kasih malah teringat dulu mendongengkan cerita mafia untuk Rama dan malah kepergok Wilson. Laki-laki itu menatapnya dengan tajam. Bagaimana tidak, Kasih malah menceritakan dongeng yang sesungguhnya pada Rama tentu membuat Wilson merasa tersinggung. "Bagaimana kalau malam ini Mommy akan mendongeng tentang pangeran
Beberapa hari kemudian, setelah pulang dari butik, hari ini Kasih berniat mendatangi pengacara untuk membebaskan suaminya. Setelah di pikir panjang, untuk apa juga dia membiarkan suami tercintanya itu mendekam lama di penjara. Kasih juga sudah mengikhaskan kepergian sang Ayah yang memang bukan salah Wilson sepenuhnya. Hatinya sudah sangat merindukan belain itu, belaian yang sudah sangat lama tidak Kasih dapatkan dari sosok suaminya. Sebagai seoarang Ibu, Kasih juga tak mau egois, ia memikirkan perasaan Rama yang selalu menanyakan tentang Daddy nya, terlebih sekarang menambah satu, yaitu Wilka. Putri kecil yang tak pernah mendapat kasih sayang dari Daddy nya. Ia mau keluarganya utuh seperti dulu, walaupun Kasih yakin mungkin Wilson akan marah padanya karena tidak pernah menjenguk selama di dalam sel. "Nyonya serahkan semuanya pada saya. Tuan Wilson akan segera bebas seperti yang Nyonya inginkan," ucap pengacara meyakinkan. "Terima kasih banyak, Pak. Saya tunggu inform
“Eumpp...” Kasih membuka mata perlahan saat mendengar tangisan yang tak asing di telinganya. Ia beranjak dari tempat tidur, mengambil jedai yang berada di nakas kemudian mengikat rambutnya ke belakang. Kasih langsung menggendong baby Wilka yang mungkin saja haus ingin meminum asi.Ia mulai melepas kancing yang terpasang di dekat tali untuk membuka lapisan kedua agar dapat menyusui nya dengan mudah, namun matanya langsung terperanjat tatkala melihat banyak tanda merah di dada nya. Kasih merasa panik, mungkinkah di tempat tidurnya banyak serangga? padahal pembantu di sini selalu rajin mengganti sprei seminggu 2 kali. Itu tidak mungkin. Kejadian ini juga sering terjadi setiap malam jum'at.Apa mungkin yang melakukan ini adalah jin? Kasih sempat membaca perihal wanita asal Bezha di Gwanda Afrika mengaku di tiduri jinsaat suaminya sedang merantau kerja selama berbulan-bulan. Kasih jadi merinding sendiri membayangkan nya. “Tidak...tidak... apa yang kamu pikirkan,