Share

146). Panggilan Baru

Penulis: Cacavip
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-28 14:35:14
***

"Wih, segar banget kayanya yang habis mandi."

Tersenyum sambil menyambut Senja, itulah yang Juan lakukan setelah sang istri yang dua puluh menit lalu berpamitan membersihkan badan, keluar dengan balutan bathrobes berwarna biru.

Terlihat cantik dan segar, Senja membuat Juan terpana karena tak kalah dari Mentari, perempuan dua puluh dua tahun tersebut memiliki wajah yang tak pernah membuat bosan.

"Iyalah," kata Senja. "Kamu mandi gih, enggak gerah apa habis tidur siang?"

"Enggak," kata Juan. "Lagian di ruang tengah kan ada ac. Jadi mana mungkin aku gerah."

"Jadi enggak bakalan mandi?"

"Enggak," kata Juan. "Nanti aja sekalian sore. Aku kan enggak bau dapur kaya kamu."

"Yeee."

Berjalan menuju lemari, Senja memilah pakaian yang akan dia kenakan hingga di tengah kegiatanny itu dia bertanya,

"Gian udah kamu telepon lagi, Mas? Siapa tahu jawab."

"Udah dan dia sekarang dalam perjalanan pulang," kata Juan. "Tadi katanya nanggung lagi nyetir. Jadi terpaksa ditolak."

"Oh," kata Senja. "Habis d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (11)
goodnovel comment avatar
Netty Kurnia
kyanya bakalan sahabat jd cinta..
goodnovel comment avatar
Srie Rahayu
wah ini mah kayaknya bakalan jodoh nih diandra sama giandra... .........
goodnovel comment avatar
Chacha Unyil
emang sifat kiran tuh kayak bapak nya......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   147). Melakukan Aksi

    ***"Gue pikir enggak jadi."Baru membuka pintu, ucapan tersebut dilontarkan Diandra pada pria muda yang kini berdiri di depannya. Bukan orang lain, dia adalah Gian dan bukan tanpa tujuan, alasan adik Juan datang malam minggu ini adalah; untuk mengajaknya merealisasikan rencana.Seminggu berlalu, sabtu malam akhirnya tiba. Tak mau menunda lebih lama, malam ini semua rencana akan dilakukan. Tak dadakan, semua sudah dipersiapkan bahkan tentang kedatangannya ke apartemen Nada pun sudah Diandra beritahukan.Pria yang akan berpura-pura tidur dengan Nada? Sudah siap, dan bukan orang lain, yang Diandra minta bantuannya adalah; Rio—salah satu bartender di club tempatnya bekerja."Pala lo botak, enggak jadi," kata Gian. "Jalanan padat tadi makanya agak lama."Tak pergi bersama dari rumah Gian, Diandra memang harus dijemput di rumahnya karena setelah menginap beberapa malam, siang ini—usai dari kampus, gadis itu kembali ke rumahnya setelah

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   148). Mengabadikan Foto

    ***"Serius udah tidur?"Pintu unit terbuka, pertanyaan tersebut didapatkan Diandra dari Gian yang kini berdiri bersama Rio. Gerak cepat, Diandra memang lekas menghubungi Gian setelah Nada dan Kartika terlelap karena jika menunggu terlalu lama, khawatirnya dua perempuan tersebut bangun."Seriuslah, ya kali bohong," kata Diandra. "Ayo masuk."Tak banyak menunda, Gian dan Rio lekas masuk ke apartemen. Melihat Nada dan Kartika terlelap, seulas senyum terukir di bibir Gian sebelum kemudian mengajak Rio bekerja sama untuk menggendong kedua perempuan itu ke kamar."Kamarnya yang ini," kata Diandra sambil berjalan menuju sebuah pintu kemudian membukanya, sehingga Gian dan Rio pun bisa masuk.Tiba di sebuah kamar bernuansa putih, Gian dan Rio kompak membaringkan tubuh kedua perempuan itu di kasur. Tak berdekatan, ada jarak diantara Nada dan Kartika karena di tengah-tengah keduanya, Rio akan berbaring."Ini tiduran doang? Enggak

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-29
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   149). Senja Sakit?

    ***"Permisi."Sambil membuka pintu kemudian melongokan kepala, ucapan singkat tersebut Gian lontarkan begitu tiba di IGD sebuah rumah sakit.Mendapat telepon setelah menyelesaikan misi, Gian dibuat terkejut usai Juan berkata jika sang kakak ipar masuk rumah sakit setelah katanya pingsan di kamar mandi.Ketika ditanya Senja kenapa, Juan belum mengetahui semuanya. Namun, memang sejak kemarin Senja mengaku tak enak badan sehingga dengan segera Gian pun menyusul."Gian."Dari salah satu brankar UGD, panggilan menyapa—membuat Gian tersenyum, sebelum akhirnya masuk penuh ke dalam ruangan tersebut. Berjalan menuju sang kakak ipar yang kini duduk bersandar, dia lantas bertanya,"Mas Juan mana, Nja?""Cari minum sama camilan, Gi, aku pengen itu," kata Senja. "Kamu tadi lagi di mana pas Mas Juan telepon kamu? Maaf ya ngerepotin. Aku pikir Mas Juan enggak akan sampe telepon kamu.""Enggak ngerepotin, Nja, cuman j

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   150). Jangan Lebay!

    ***"Harus banget, Mas, sepelan ini?"Duduk sambil memandang Juan dari samping kiri, pertanyaan tersebut lantas Senja lontarkan setelah sejak tadi sang suami mengendarai mobil dengan kecepatan yang pelan.Tak lagi di rumah sakit, Senja dan Juan kini berada di perjalanan pulang karena tak perlu menginap, Dokter mengizinkan Senja untuk kembali ke rumah dengan catatan; perempuan itu harus banyak beristirahat."Jalanan di sini enggak mulus, Nja, jadi aku harus hati-hati," kata Juan tanpa mengalihkan atensi dari jalanan. "Lagian enggak dengar emangnya tadi dokter bilang apa? Kamu enggak boleh grasak-grusuk. Hamil muda tuh rentan."Senja hamil.Tak ada tanda yang membuat curiga, malam ini Senja dan Juan dibuat terkejut setelah hasil pemeriksaan darah Senja menunjukan kadar hcG yang tinggi.Bukan hal sembarangan, tingginya kadar hcG membuat Dokter menyimpulkan jika Senja saat ini tengah mengandung karena untuk perempuan yang ti

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   151). Laporan

    ***"Gian."Mendapt pertanyaan tentang siapa yang meneleponnya, jawaban tersebut Juan lontarkan—membuat Senja seketika tersenyum."Ditelepon Gian kok malah didiemin? Angkat dong," kata Senja. "Adek kamu itu.""Ini heran aja," kata Juan. "Kita serumah dan kalau ada apa-apa tinggal jalan. Bisa-bisanya dia telepon.""Mager mungkin, Mas," kata Senja. "Angkat buruan, kasihan.""Iya ini mau."Panggilan masih berlangsung, selanjutnya Juan menjawab panggilan dari Gian. Menyapa kemudian bertanya tujuan sang adik menelepon, kerutan di kening seketika terbentuk setelah ajakan mengobrol di balkon didapatkannya.Bertanya tentang topik obrolan, Juan diminta untuk datang dulu saja sehingga kata oke pun dilontarkannya sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon."Ada apa katanya, Mas?" tanya Senja yang sejak beberapa menit lalu menunggu. "Apa ada sesuatu?""Enggak tahu, tapi Gian ngajak aku ngobrol di balkon

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   152). Gian Salah Jalan?

    ***"Setimpal, tapi memancing masalah baru setelahnya, dan mungkin bakalan lebih rumit dari sebelum ini."Mendengar penuturan Juan, kerutan di kening Gian seketika terbentuk. Tak langsung mengerti dengan ucapan sang kakak, yang dia lakukan adalah memandang Juan untuk beberapa detik sebelum akhirnya bertanya,"Maksud Mas apa?" tanya Gian. "Aku pikir justru ini bagus buat semuanya.""Bagusnya apa?" tanya Juan sambil menaikkan sebelah alis."Ya setelah kita pegang foto mereka berdua, kita bisa jadiin ini sebagai ancaman," kata Gian. "Entah itu buat minta maaf ke Mas sama Senja atau yang lainnya, aku yakin Mbak Nada sama Mbak Kartika bakalan manut karena mereka pasti enggak mau fotonya kesebar. Enggak cuman itu, ke depannya mereka bakalan mikir dua kali juga buat macam-macam ke Mas Juan karena balasannya nyeremin.""Itu enggak salah, tapi tetap aja kita enggak bisa nebak hati manusia, Gi," kata Juan. "Di depan kita, Nada dan Kartika

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   153). Mengusir Nada dan Kartika

    ***"Diandra kita tahu kamu di dalam ya, ayo keluar!"Setelah sebelumnya menggedor pintu, ucapan tersebut lantas Kartika lontarkan dengan raut wajah yang terlihat emosi.Tak sendiri, pagi ini dia datang bersama Nada ke rumah Diandra dan tentunya bukan tanpa tujuan, alasan dirinya dan sang sahabat datang adalah; untuk meminta penjelasan atas apa yang sudah terjadi pada keduanya.Terbangun pukul enam pagi setelah terlelap karena obat tidur semalam, Kartika dan Nada dilanda kaget. Tak diam saja tanpa mau berusaha, selanjutnya kedua sahabat tersebut mengecek monitor cctv dan voila! Di sana keduanya mendapati kerjasama yang di luar dugaan antara Diandra, Gian, dan pria asing.Belum tahu semua yang Diandra lakukan, sejauh ini Nada dan Kartika baru mengetahui penggendongan keduanya ke kamar oleh Gian dan pria asing. Apa yang terjadi di kamar setelah itu, kedua sahabat tersebut belum tahu karena memang diantara semua ruangan, bagian kam

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   154). Bertemu Nada dan Kartika

    ***"Mas, kamu bisa enggak telepon Gian?"Duduk bersandar di sofa ruang tengah, pertanyaan tersebut Senja lontarkan pada Juan yang berada tak jauh darinya. Tak pergi ke mana-mana setelah memberitahu kabar kehamilan pada Caca dan Kiran, Senja memutuskan untuk diam di rumah dan karena beberapa waktu lalu tahu Gian akan pergi ke mana, perasaannya kini tak tenang.Tahu tentang apa yang Gian lakukan, Senja sependapat dengan Juan. Namun, karena semua sudah terjadi, dia tak bisa melakukan apa-apa selain berharap yang terbaik untuk semuanya.Meskipun takut Nada dan Kartika akan lebih jahat setelah ini, Senja berusaha berpikiran positif. Namun, ternyata rasa cemas tetaplah datang sehingga setelah sejak tadi diam, dia buka suara."Buat apa?""Larang dia lanjutin semuanya," kata Senja. "Enggak usah minta Mbak Nada dan Mbak Kartika minta maaf ke aku, udah cukup aja gitu sampai di ngejebak. Takutnya mereka dendam dan-""Aku

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   195). Mengunjungi Mentari (Ending)

    ***"Ah, akhirnya acara aqiqah Tian berjalan dengan lancar ya, Mas. Rasanya baru kemarin deh dia lahir, tapi ternyata udah dua minggu yang lalu."Tersenyum sambil memandang para tamu yang kini pergi meninggalkan rumahnya, ucapan tersebut lantas Senja lontarkan pada Juan. Tak berada di dalam, saat ini dia dan sang suami masih berada di teras karena memang setelah acara selesai, keduanya mengantar para tamu seraya mengucapkan terima kasih.Dua minggu pasca melahirkan, Senja dan keluarga sepakat untuk mengadakan acara aqiqah baby Tian. Tak digelar di gedung, Senja dan Juan sepakat mengadakan acara di rumah.Mengundang para tetangga komplek, acara berlangsung dengan lancar dan tak sedikit, tamu yang diundang pun cukup banyak karena dari banyaknya tetangga yang diberitahu, hampir semua datang sore ini ke rumah Juan."Iya, akhirnya acara berjalan dengan lancar," kata Juan. Menoleh kemudian memandang Senja, dia kemudian berkata, "Semoga Tian seh

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   194). Senja Pulang

    ***"Welcome home, Mama Senja!"Membulatkan mata dengan raut wajah kaget, itulah Senja setelah sambutan tersebut didapatkannya dari orang-orang yang siang ini menyambut di ruang tengah.Dua hari menetap, Senja dan sang bayi memang diizinkan pulang hari ini untuk menjalani pemulihan di rumah. Tak dijemput siapa pun, Senja pulang berdua saja dengan Juan dan jujur dirinya sedih, karena dia pikir orang-orang rumah akan menjemputnya, mengingat kepulangan dia bukan di hari kerja melainkan hari libur.Tak menunjukan kesedihan, Senja terus berusaha tersenyum selema di jalan hingga ketika tiba di rumah, kehadiran dua mobil yang tak asing untuknya membuat dia bertanya-tanya.Bukan mobil Juan ataupun Gian, yang dilihat Senja adalah mobil Davion juga kedua orang tuanya sehingga dengan rasa penasaran yang tiba-tiba melanda, Senja bertanya.Namun, alih-alih memberikan jawaban, Juan justru meminta dia untuk masuk sehingga sambil menggendong san

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   193). Kelahiran Bayi Mungil

    ***"Ayo, Bu, coba dorong."Bersandar pada bed, yang sejak tadi dia tempati, Senja menoleh ke arah Juan sebelum kemudian mengambil ancang-ancang. Menutup rapat mulutnya seperti yang disarankan, Senja mulai mengejan sekuat tenaga sambil berpegangan pada sang suami.Bukaan lengkap setelah menunggu selama beberapa jam, persalinan Senja memang segera dilakukan. Aman untuk melahirkan secara normal, Senja membiarkan tubuhnya kesakitan karena gelombang cinta yang beberapa waktu lalu datang, dan sekarang perempuan itu kembali berjuang.Bayi yang dikandung tak langsung keluar dalam sekali ejanan, Senja menjatuhkan punggungnya di bed dengan napas terengah. Beristirahat sejenak, itulah yang dia lakukan sekarang sementara dokter sibuk memeriksa sesuatu."Kuat ya, kamu pasti bisa," ucap Juan yang terus berada di samping Senja. "Doain ya, Mas," pinta Senja yang dijawab senyuman oleh sang suami."Pasti."Waktu istirahat seles

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   192). Kado untuk Gian

    ***"Gi, anak kita lucu."Berdiri persis di samping inkubator, ucapan tersebut Diandra lontarkan dengan perasaan yang terasa begitu hari. Melahirkan beberapa jam lalu, sore menjelang malam Diandra meminta untuk dibawa ke ruang Nicu. Dioperasi menggunakan metode yang cukup bagus, perempuan itu sudah mampu berdiri bahkan duduk sehingga setelah meminta izin pada Dokter, Gian membawa istrinya itu menemui sang putra.Lahir dengan tubuh yang sangat mungil, putra pertama Gian dan Diandra terlihat persis seperti sang ayah, Gian. Memiliki hidung mancung, dua alis yang tak terlalu tebal kemudian rambut hitam, bayi mungil tersebut nampak begitu baik sehingga meskipun harus menetap di inkubator hingga kondisi dan berat badan stabil, Gian mau pun Diandra lega karena sejauh ini, tak ada kelainan yang ditunjukan Pradikta atau yang lebih akrab disapa baby Dikta."Mirip banget sama aku enggak sih?" tanya Gian yang setia di samping Diandra, guna berjaga-j

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   191). Kelahiran Putra Pertama

    ***"Gimana, Dok? Apa istri saya harus lahiran sekarang karena ketubannya udah pecah?"Melihat dokter selesai memeriksa Diandra, pertanyaan tersebut lekas Gian lontarkan dengan raut wajah yang cukup tegang.Mendapat kabar tentang Diandra yang tiba-tiba mengalami pecah ketuban, Gian memang sigap membawa istrinya itu ke rumah sakit terdekat. Meskipun Diandra tak merqsa kesakitan, Gian membawa perempuan itu ke IGD sehingga tanpa perlu menunggu lama, penanganan pun dilakukan dengan cepat."Betul sekali, Pak," kata sang dokter, memberi jawaban. "Karena air ketuban yang tersisa hanya tinggal sedikit, istri Bapak harus segera melahirkan bayinya dan demi mencegah sesuatu yang tidak diinginkan, kami akan melakukan tindak operasi secepatnya. Apa bapak setuju? Jika iya, nanti berkas-berkasnya disiapkan pun dengan ruang operasi.""Kalau itu yang terbaik, saya setuju, Dokter," ucap Gian. "Tapi usia kandungan istri saya baru dua puluh sembila

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   190). Waktu Berlalu

    ***"Silakan dinikmati basonya ya, Mbak, Kak, Dek, semoga bakso buatan Mamang cocok di lidah kalian."Sambil menyimpan satu persatu mangkuk bakso di atas meja makan, ucapan tersebut lantas Juan lontarkan untuk istri dan kedua anaknya yang sejak beberapa menit lalu menunggu di sana.Tak bisa menolak ngidam Senja yang katanya ingin bakso buatan dia sendiri, Juan mendadak cosplay menjadi mang bakso komplek. Membuat adonan bakso kemudian mengolahnya menjadi bulatan kecil dan sedang, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan siapa pun.Tak hanya membuat bakso, Juan juga berpakaian seperti tukang bakso demi mengabulkan keinginan Senja. Kaos abu pendek, celana pendek juga topi bulat dan handuk, semuanya dia pakai dan hal tersebut membuat Senja bahagia, sehingga meskipun harus menunggu satu jam lebih bakso yang diinginkannya jadi, perempuan itu tak bosan sama sekali."Waw," ucap Kirania takjub. "Udah cocok kayanya Papa jadi tukang bakso. Persis bua

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   189). Siapa yang Hamil?

    ***"Menurut Papa?"Menyipitkan mata dengan emosi yang semakin naik, itulah Juan setelah pertanyaan tersebut dilontarkan sang putri, usai dirinya bertanya tentang testpack yang ditemukan di atas meja belajar Kirania.Tak ada panik, gadis itu terlihat tenang dan hal tersebut jelas membuat Juan penasaran karena jika memang Kirania hamil, seharusnya rqsa panik melanda karena bukan hal sepele, hamil di usia belia terlebih masih pelajar adalah sebuah masalah yang sangat besar."Kamu ditanya tuh jawab, bukan balik nanya," desis Juan. "Mau Papa pukul?""Pukul apa maksud kamu?"Bukan Kirania, yang bertanya adalah Senja yang tahu-tahu berada di ambang pintu. Tak kalah serius dari Juan, perempuan itu kini menatap intens sang suami sebelum akhirnya bertanya,"Kamu lagi ngapain Kiran? Kok pake nyebut pukul segala? Berani emang kamu pukul anak aku?""Aku nemuin tespack di meja belajar Kiran, Senja, dan ini aku lagi nanya," k

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   188). Restu Juan Sepenuhnya Turun

    ***"Halo."Refleks melengkungkan senyuman, itulah yang Kirania lakukan setelah suara berat Davion terdengar dari telepon. Tak lagi di kamar sang papa, saat ini dia memang sudah kembali ke kamarnya dan tak diam saja, Kiranua menghubungi sang kekasih dengan tujuan; mengajak Davion datang ke rumah hari sabtu nanti.Mendapat lampu hijau untuk berpacaran, Kirania tak sepenuhnya bebas karena sebelum melanjutkan hubungan dengan Davion, kebaikan dan ketulusan kekasihnya tersebut harus dipastikan dulu sehingga selain makan siang bersama, sabtu nanti katanya Juan akan mengajak mantan dari istrinya tersebut berdialog empat mata."Halo, Kak, ganggu enggak?" tanya Kirania. "Kali aja Kak Davi lagi nongkrong atau bahkan udah tidur gitu?""Enggak sih, enggak ganggu," kata Davion. "Aku barusan kebetulan lagi main game. Jadi aman.""Lho, keganggu dong itu, Kak?" tanya Kirania. "Kalau ada panggilan pas main game kan nanti gamenya kepause. Iya engg

  • Terjerat Cinta Kakak Ipar   187). Permintaan untuk Putus

    ***"Putus."Kompak memasang raut wajah kaget, itulah Senja dan Kirania setelah ucapan tersebut dilontarkan Juan dengan raut wajah seriusnya.Mengikuti saran Senja, malam ini Kirania jujur tentang hubungannya dengan Davion. Tak ada respon baik, Juan nampak tak suka mendengar kabar yang diberikan sang putri sehingga setelah Kirania menjawab serius tentang hubunganya dan sang kekasih, pria itu meminta sang putri putus."Maksud kamu apa, Mas?" tanya Senja yang membuat atensi Juan beralih."Ya putus," kata Juan. "Aku mau Kiran sama Davion putus. Apa enggak jelas ucapan barusan?""Enggak bisa gitu dong, Pa," kata Kirania yang membut Juan kembali memandangnya. "Aku cinta sama Kak Davion begitu pun sebaliknya. Jadi enggak ada tuh putus-putus.""Jadi kamu lebih pilih Davion dibanding Papa? Iya?" tanya Juan. "Kamu masih kecil, Kiran, bahkan tujuh belas tahun pun kurang. Bisa-bisanya pacaran sama orang dewasa. Aneh tahu enggak?"

DMCA.com Protection Status