***"Gue pikir enggak jadi."Baru membuka pintu, ucapan tersebut dilontarkan Diandra pada pria muda yang kini berdiri di depannya. Bukan orang lain, dia adalah Gian dan bukan tanpa tujuan, alasan adik Juan datang malam minggu ini adalah; untuk mengajaknya merealisasikan rencana.Seminggu berlalu, sabtu malam akhirnya tiba. Tak mau menunda lebih lama, malam ini semua rencana akan dilakukan. Tak dadakan, semua sudah dipersiapkan bahkan tentang kedatangannya ke apartemen Nada pun sudah Diandra beritahukan.Pria yang akan berpura-pura tidur dengan Nada? Sudah siap, dan bukan orang lain, yang Diandra minta bantuannya adalah; Rio—salah satu bartender di club tempatnya bekerja."Pala lo botak, enggak jadi," kata Gian. "Jalanan padat tadi makanya agak lama."Tak pergi bersama dari rumah Gian, Diandra memang harus dijemput di rumahnya karena setelah menginap beberapa malam, siang ini—usai dari kampus, gadis itu kembali ke rumahnya setelah
***"Serius udah tidur?"Pintu unit terbuka, pertanyaan tersebut didapatkan Diandra dari Gian yang kini berdiri bersama Rio. Gerak cepat, Diandra memang lekas menghubungi Gian setelah Nada dan Kartika terlelap karena jika menunggu terlalu lama, khawatirnya dua perempuan tersebut bangun."Seriuslah, ya kali bohong," kata Diandra. "Ayo masuk."Tak banyak menunda, Gian dan Rio lekas masuk ke apartemen. Melihat Nada dan Kartika terlelap, seulas senyum terukir di bibir Gian sebelum kemudian mengajak Rio bekerja sama untuk menggendong kedua perempuan itu ke kamar."Kamarnya yang ini," kata Diandra sambil berjalan menuju sebuah pintu kemudian membukanya, sehingga Gian dan Rio pun bisa masuk.Tiba di sebuah kamar bernuansa putih, Gian dan Rio kompak membaringkan tubuh kedua perempuan itu di kasur. Tak berdekatan, ada jarak diantara Nada dan Kartika karena di tengah-tengah keduanya, Rio akan berbaring."Ini tiduran doang? Enggak
***"Permisi."Sambil membuka pintu kemudian melongokan kepala, ucapan singkat tersebut Gian lontarkan begitu tiba di IGD sebuah rumah sakit.Mendapat telepon setelah menyelesaikan misi, Gian dibuat terkejut usai Juan berkata jika sang kakak ipar masuk rumah sakit setelah katanya pingsan di kamar mandi.Ketika ditanya Senja kenapa, Juan belum mengetahui semuanya. Namun, memang sejak kemarin Senja mengaku tak enak badan sehingga dengan segera Gian pun menyusul."Gian."Dari salah satu brankar UGD, panggilan menyapa—membuat Gian tersenyum, sebelum akhirnya masuk penuh ke dalam ruangan tersebut. Berjalan menuju sang kakak ipar yang kini duduk bersandar, dia lantas bertanya,"Mas Juan mana, Nja?""Cari minum sama camilan, Gi, aku pengen itu," kata Senja. "Kamu tadi lagi di mana pas Mas Juan telepon kamu? Maaf ya ngerepotin. Aku pikir Mas Juan enggak akan sampe telepon kamu.""Enggak ngerepotin, Nja, cuman j
***"Harus banget, Mas, sepelan ini?"Duduk sambil memandang Juan dari samping kiri, pertanyaan tersebut lantas Senja lontarkan setelah sejak tadi sang suami mengendarai mobil dengan kecepatan yang pelan.Tak lagi di rumah sakit, Senja dan Juan kini berada di perjalanan pulang karena tak perlu menginap, Dokter mengizinkan Senja untuk kembali ke rumah dengan catatan; perempuan itu harus banyak beristirahat."Jalanan di sini enggak mulus, Nja, jadi aku harus hati-hati," kata Juan tanpa mengalihkan atensi dari jalanan. "Lagian enggak dengar emangnya tadi dokter bilang apa? Kamu enggak boleh grasak-grusuk. Hamil muda tuh rentan."Senja hamil.Tak ada tanda yang membuat curiga, malam ini Senja dan Juan dibuat terkejut setelah hasil pemeriksaan darah Senja menunjukan kadar hcG yang tinggi.Bukan hal sembarangan, tingginya kadar hcG membuat Dokter menyimpulkan jika Senja saat ini tengah mengandung karena untuk perempuan yang ti
***"Gian."Mendapt pertanyaan tentang siapa yang meneleponnya, jawaban tersebut Juan lontarkan—membuat Senja seketika tersenyum."Ditelepon Gian kok malah didiemin? Angkat dong," kata Senja. "Adek kamu itu.""Ini heran aja," kata Juan. "Kita serumah dan kalau ada apa-apa tinggal jalan. Bisa-bisanya dia telepon.""Mager mungkin, Mas," kata Senja. "Angkat buruan, kasihan.""Iya ini mau."Panggilan masih berlangsung, selanjutnya Juan menjawab panggilan dari Gian. Menyapa kemudian bertanya tujuan sang adik menelepon, kerutan di kening seketika terbentuk setelah ajakan mengobrol di balkon didapatkannya.Bertanya tentang topik obrolan, Juan diminta untuk datang dulu saja sehingga kata oke pun dilontarkannya sebelum kemudian memutuskan sambungan telepon."Ada apa katanya, Mas?" tanya Senja yang sejak beberapa menit lalu menunggu. "Apa ada sesuatu?""Enggak tahu, tapi Gian ngajak aku ngobrol di balkon
***"Setimpal, tapi memancing masalah baru setelahnya, dan mungkin bakalan lebih rumit dari sebelum ini."Mendengar penuturan Juan, kerutan di kening Gian seketika terbentuk. Tak langsung mengerti dengan ucapan sang kakak, yang dia lakukan adalah memandang Juan untuk beberapa detik sebelum akhirnya bertanya,"Maksud Mas apa?" tanya Gian. "Aku pikir justru ini bagus buat semuanya.""Bagusnya apa?" tanya Juan sambil menaikkan sebelah alis."Ya setelah kita pegang foto mereka berdua, kita bisa jadiin ini sebagai ancaman," kata Gian. "Entah itu buat minta maaf ke Mas sama Senja atau yang lainnya, aku yakin Mbak Nada sama Mbak Kartika bakalan manut karena mereka pasti enggak mau fotonya kesebar. Enggak cuman itu, ke depannya mereka bakalan mikir dua kali juga buat macam-macam ke Mas Juan karena balasannya nyeremin.""Itu enggak salah, tapi tetap aja kita enggak bisa nebak hati manusia, Gi," kata Juan. "Di depan kita, Nada dan Kartika
***"Diandra kita tahu kamu di dalam ya, ayo keluar!"Setelah sebelumnya menggedor pintu, ucapan tersebut lantas Kartika lontarkan dengan raut wajah yang terlihat emosi.Tak sendiri, pagi ini dia datang bersama Nada ke rumah Diandra dan tentunya bukan tanpa tujuan, alasan dirinya dan sang sahabat datang adalah; untuk meminta penjelasan atas apa yang sudah terjadi pada keduanya.Terbangun pukul enam pagi setelah terlelap karena obat tidur semalam, Kartika dan Nada dilanda kaget. Tak diam saja tanpa mau berusaha, selanjutnya kedua sahabat tersebut mengecek monitor cctv dan voila! Di sana keduanya mendapati kerjasama yang di luar dugaan antara Diandra, Gian, dan pria asing.Belum tahu semua yang Diandra lakukan, sejauh ini Nada dan Kartika baru mengetahui penggendongan keduanya ke kamar oleh Gian dan pria asing. Apa yang terjadi di kamar setelah itu, kedua sahabat tersebut belum tahu karena memang diantara semua ruangan, bagian kam
***"Mas, kamu bisa enggak telepon Gian?"Duduk bersandar di sofa ruang tengah, pertanyaan tersebut Senja lontarkan pada Juan yang berada tak jauh darinya. Tak pergi ke mana-mana setelah memberitahu kabar kehamilan pada Caca dan Kiran, Senja memutuskan untuk diam di rumah dan karena beberapa waktu lalu tahu Gian akan pergi ke mana, perasaannya kini tak tenang.Tahu tentang apa yang Gian lakukan, Senja sependapat dengan Juan. Namun, karena semua sudah terjadi, dia tak bisa melakukan apa-apa selain berharap yang terbaik untuk semuanya.Meskipun takut Nada dan Kartika akan lebih jahat setelah ini, Senja berusaha berpikiran positif. Namun, ternyata rasa cemas tetaplah datang sehingga setelah sejak tadi diam, dia buka suara."Buat apa?""Larang dia lanjutin semuanya," kata Senja. "Enggak usah minta Mbak Nada dan Mbak Kartika minta maaf ke aku, udah cukup aja gitu sampai di ngejebak. Takutnya mereka dendam dan-""Aku