"Nona. Anda harus ikut kami!" Secara tiba-tiba dua orang bodyguard yang tidak pernah Mona kenal. Memaksa Mona untuk ikut mereka.
"Kalian siapa? saya tidak kenal kalian!" Wajah Mona pucat Paseh. Ketakutan dengan dua orang tersebut, dan dia berusaha berontak untuk berlari."Nona. Kamu dapat perintah dari tuan Leo dan mereka ingin bertemu Anda." Jelas orang itu sambil menyeret Mona masuk mobilnya.Mona bertahan di ambang pintu seraya mengernyitkan keningnya. "Tuan Leo siapa?" Dalam hati sudah tertuju pada pria itu, namun ia ingin memastikan agar tidak salah orang."Dia tuan kami. Sebaiknya anda temui saja dulu!" lagi-lagi Mona di seret ke dalam mobil.Akhirnya dengan rasa khawatir. Mona ikut sambil berdoa dalam hati kalau dia akan selamat dan orang-orang ini bukan orang jahat dan yang di maksud adalah Leo papanya Marfin.Mobil berhenti di depan sebuah hotel yang Mona sendiri berasa tidak pernah mendatanginya sama sekali.Mona terus di arahkan dan di antar ke sebuah kamar hotel. Mona membawa langkahnya memasuki kamar hotel tersebut.Di sofa tampak seorang pria sangat tampan dan dingin, terpancar dari wajahnya yang berwibawa dan di segani orang banyak dengan kharisma nya yang khas. Siapa lagi?kalau bukan Leo.Menatap tajam ke arah Mona yang tergugu. Serta penampilan rok span dan kemeja abu. Menatap pria yang sangatlah rupawan, melebihi ketampanan Marfin.Dengan tatapannya yang sangat tajam seakan ingin menghujam jantung. "Ap-apa yang membuat ku memanggil ku?"Dari sekian lama. Leo bisa memandangi lagi sosok gadis yang membuat dirinya berhari-hari ini gelisah dan tersiksa."Apa kabarmu? Duduklah." seraya menggerakkan matanya.Mona duduk di seberang Leo, yang kedua netra matanya seolah tidak berkedip menatap dirinya.Tatapan Leo sangat meneliti ke arah Mona dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tak luput dari tatapannya. Gadis ini benar-benar bikin dia gila dalam beberapa hari ini, sehingga dia menyuruh orang untuk mencarinya."Menikah lah dengan ku!" Seru Leo dengan tegas dan seakan tidak ingin di bantah.Manik mata Mona melotot dengan sangat sempurna, antara percaya dan tidak."Apapun yang kau mau! akan ku berikan." Tambahnya.Mona..Menatap Leo yang berada di seberangnya itu. "A-aku ....""Tidak ada alasan kau untuk menolak ku!" Dengan cepat Leo berkata.Mengingat pria itu menjadi sangat menginginkan perempuan muda yang berada di hadapannya itu.Leo berdiri dan mendekati sofa yang Mona duduki, disertai tatapan yang penuh arti. Membuat Mona meremang dengan bahasa tubuh pria tampan nan menawan tersebut, yang tiada lain adalah papa nya Marfin."Apa yang an-anda inginkan dari ku? Se-seandai nya aku tidak mau bagai mana?" Tatap Mona pada Leo dengan suara tergagap.Dengan manik mata yang bergerak menatap kedua netra Leo yang memancarkan sesuatu, yang sulit Mona mengartikannya.Gep!Leo meraih tangan Mona. " Apa yang membuat mu tidak mau?""Em ... bisa saja, kan aku tidak mau!" Balas Mona."Dasar wanita murahan!" Gumam Leo.Plak!Dengan refleks tangan Mona menampar pipi Leo hingga memperlihatkan warna merah di pipi yang putih bersih dan dihiasi bulu-bulu halus."Kau pikir saya wanita murahan? Tapi seharusnya kau tahu seperti apa yang namanya wanita murahan itu?" bentak Mona.Leo tidak menyangka kalau Mona akan menamparnya. Namun hanya sunggingan yang Leo tunjukan. Tanpa bicara pun seharusnya Mona mengerti dengan uraian kata yang terucap dari bibirnya yang paling pantang di ulang.Leo. Mencengkram dagu Mona dengan tatapan sangat tajam. "Kau pasti mengerti maksud ku."Mona merasa ketakutan dan dia mengangguk perlahan.Tanpa bicara. Leo menyatukan bibirnya dengan bibir Mona yang mungil dan bergetar, bibir Leo terus menyapu setiap incinya dan memaksa masuk menyisir dalamnya.Mona tidak dapat menolak pesona Leo yang bagaimanapun dia sudah merasakannya waktu itu. Debaran jantung yang begitu cepat, mendominasi suara nafas yang tak beraturan."Habis lah aku!" Dalam hati Mona bermonolog."Ini jalan terbaik. Kamu tidur dengan ibu ku. Aku jerat papamu!" Batin Mona tersenyum licik dalam hati, mengingat Marfin.Mona kira sebelumnya, ciuman itu hanya sentuhan begitu saja bukan macam yang dirasakan ini, ternyata rasanya melebihi yang dia bayangkan.Terasa begitu mencengangkan dan menimbulkan sensasi yang sangat luar biasa, menyetrum ke seluruh tubuh. Bak aliran listrik yang menyengat hebat."Om, Om ..." suara Mona tenggelam dengan gerakan Leo yang membungkam mulutnya dengan mulut dia yang begitu aktif.Tangan Leo sudah mulai aktif, meremas, mencengkram dan memainkan puncaknya dengan semangat.Mengundang Mona untung mengeluarkan suaranya yang terdengar begitu sangat merdu. "Ooh ..." langsung menggigit bibirnya.Bibir pria dewasa yang memiliki bibir merah natural itu menyungging lebar dan merasai yang kemarin dia rasakan, bahkan mungkin lebih dahsyat dari sebelumnya.Mona yang masih belum terbiasa. Terlihat dari gerakannya saja masih kaku dan belum lihai, keringat dingin pun menghiasi pelipis dan telapak tangan."Jangan, Om!" suara Mona dengan nada bergetar, tangannya mendorong dada Leo yang bergeming.Leo. Masa bodo lah, yang jelas apapun yang terjadi dia akan menikahi Mona."Puaskan aku cantik." Bisiknya sambil menyusuri lehernya yang jenjang dan mulus.Leo banyak meninggalkan jejak di sana, apalagi di saat berada di atas dada Mona! dia sangat bersemangat meninggalkan tanda kepemilikannya.Menjadikan racauan dari bibir Mona semakin tidak karuan. Tatkala mulut Leo melahap dengan buas dua gundukan daging dengan bergantian.Mona semakin was-was melihat Leo menanggalkan semua yang melekat di tubuhnya, sehingga Terong dengan ukuran besar. Menjuntai ke depan. Menggantung di pohonnya."Buset!" Membuat manik mata Mona terbelalak dengan sangat sempurna, menelan Saliva nya berkali-kali.Leo yang semakin Kalaf dengan hasrat yang beberapa hari ini menyiksa dirinya, ingin tersalurkan pada tempat yang sama."Kau harus siap sayang!" suara berat Leo.Leo menggerakan tangannya yang berotot menelusuri lembah yang sudah banjir dan siap di pakai berendam.Di sisi lain Mona merasa ketakutan dan di satu sisi ia bertambah penasaran. Ini secara sadar ia lakukan dengan pria ini.Leo kembali mengecup bibir Mona yang mungil dengan tangan yang aktif berkelana, menikmati keindahan yang ada. Dia bukan tipe pria yang sembarangan memasukan sesuatu pada milik inti lawan mainnya.Selain dengan miliknya yang orisinil, dia paling anti memasukan yang lainnya. Lidah Leo menari-nari di puncak Himalaya. Membuat tubuh Mona meliuk-liuk dengan indah seperti sedang bergoyang dangdut."Om, ah ... Om!" suara itu terdengar halus seraya membenamkan wajah Leo di antara dua balon yang empuk miliknya. Nafasnya tersengal bak berlari maraton.Tangan Leo menarik kain penghalang yang akan menjadi kendala serangan Leo yang sudah tidak sabar untuk di lepaskan."Ku akan menikahi mu!" bisik Leo dengan suara bergetar."Om, a-aku ..." suara Mona yang bergetar dan tidak jelas maunya apa?Tangan Leo mencengkram dagu Mona supaya mendongak. Agar leluasa menyentuh lehernya, seiring dengan gerakan miliknya menghujam dan membenamkan di sebuah lembah.Tatapan Leo yang tertuju ke wajah Mona dengan tatapan yang berkabut nafsu. Berkata dalam hati, kalau perempuan muda ini akan sangat cantik kalau di tambah polesan.Dia akan menjadikannya bak ratu di istananya. Setelah nanti menjadi istrinya."Ooh, pengap sekali milik mu sayang." Leo meracau sambil mendongak dengan mata terpejamMona mengigit bibir bawahnya sambil terpejam juga. Kedua tangannya menjambak rambut Leo."Owh! Ahh! Om ... kok jadi nikmat begini ya, terong mu yang besar menyakiti ku juga memuaskan ku Om ..." kini Mona juga meracau tidak karuan.Di saat keperkasaan Leo mulai memberi sensasi yang berbeda dari sebelumnya. Memberikan candu yang hebat. Mona membuka mata, menatap wajah tampan di hadapannya itu."Bisa-bisa ... aku jatuh cinta jika sering bertemu dan bercinta. Ah aku bicara apa sih?" Batin Mona.Pagi-pagi Leo sudah tampak bersih dan segar. Duduk di tepi tempat tidur menatapi wajah Mona yang tampak pulas.Namun detik kemudian, Mona terbangun dan sedikit kaget! ternyata pria itu masih berada di situ."Bangunlah dan bersihkan dirimu!" Ucap Leo.Mona terdiam. Mengumpulkan nyawanya."Saya akan menemui orang tuamu?" tambahnya."Ha? menemui orang tuaku?" Mona mengerjapkan kedua manik matanya.Mona melamun, kalau Leo menemui orang tuanya, berarti dia benar-benar mau bertanggung jawab dan ingin menikahinya."Saya tunggu 10 menit!" Leo kembali berucap seraya pindah duduk ke sofa dan menikmati secangkir kopi yang tercium wanginya."10 menit mana cukup untuk aku bersihkan diri." Gumam Mona yang masih juga sembunyi di balik selimut."Apa kau mendengar ku? bangun lalu mandi," Dengan tegas, menuding ke arah beberapa paper bag di samping tempat tidur.Mona tidak mengeluarkan suaranya lagi, dia bergegas ke kamar mandi dengan bergulung selimut juga meraih paper bag yang ada.10 menit kemudian. Mona keluar dengan gaun yang tampak mewah dan memancarkan aura kecantikannya. Membuat kedua netra mata Leo terbelalak dan mengagumi Mona yang belum bersolek. Rambut masih basah dan belum dirapikan.Sekitar 10 menit kemudian Mona sudah terlihat rapi. "Aku sudah siap, Om!"Leo langsung mengajak Mona untuk menemui ayahnya. Tidak lama di perjalanan Mereka pun sampai di kediaman Mona, tentunya membuat sang ayah terkejut."Saya akan menikahi anak gadismu minggu ini juga!" ucap Leo tanpa basa-basi.Sebagai pria sejati Leo langsung mengutarakan isi hatinya Kalau dia mau menikahi Mona di minggu ini juga.Sang ayah kebingungan, namun Mona langsung membenarkan niat Leo! kalau mereka berdua ingin menikah secepatnya. Walau rasa kaget dan kebingungan masih menyelimuti hati sang ayah, dia pun menyetujui.Setelah itu Leo kembali mengajak Mona untuk ke salon dan mempersiapkan diri untuk pernikahannya nanti...Pada suatu hari yang indah, Monalisa, seorang gadis muda berusia 22 tahun, memasuki babak baru dalam kehidupannya saat ia menikah dengan seorang pria dewasa yang tampak masih muda, tampan, dan gagah berwibawa.Pria tersebut bernama Leo Batarajaya, seorang CEO perhotelan yang sukses. Acara pernikahan mereka diadakan di sebuah hotel bintang lima yang megah dan mewah.Pernikahan mereka yang mewah, menarik perhatian wartawan dari berbagai media sosial. Mereka meliput setiap momen indah, membagikan kebahagiaan pasangan ini kepada dunia. Semua orang terpesona akan kecantikan Monalisa dan kepribadian karismatik Leo.Pernikahan ini menjadi bukti bahwa cinta tidak mengenal batasan usia. Monalisa dan Leo membuktikan bahwa perbedaan usia bukanlah halangan dalam mencari kebahagiaan.Dalam wajah Leo yang dingin terpancar kehangatan dan kebahagiaan saat ia melihat Monalisa berjalan di lorong menuju altar."Kau sangat cantik!" Puji Leo pada Mona yang tersenyum samar.Kini Leo dan Mona Tengah berdansa diiringi musik nan romantis. Keduanya lebih banyak diam ketimbang bicara. Dalam hati Mona mengakui Kalau Leo memang sangat tampan, yakin cinta akan tumbuh dengan seringnya kebersamaan mereka.Mona berjalan menjauhi Leo yang tengah berbincang dengan rekan bisnisnya. Dalam hati Mona bertanya-tanya dimana sosok Marfin?Semenjak acara dimulai, dia tidak pernah menampakan batang hidungnya. Tapi Mona yakin, kalau Marfin melihat ia menjadi pengantinnya Leo. Dia pasti kecewa dan menyesali apa yang sudah diperbuat padanya.Dari sudut ruang ....Dari sudut salah satu ruangan Marfin terdiam, terpaku dengan keadaan. Dadanya begitu terasa sangat sesak, sakit dan kedua netra matanya pun memanas.Rasanya tidak sanggup melihat kebahagiaan Mona bersama sang ayah."Sial! kenapa Mona harus menikah dengan papa? Berarti mereka sudah ada main dari lama. Atau memang baru-baru ini mereka kenal?" Marfin bermonolog sendiri."Marfin kenapa kau sendirian di sini kenapa tidak bergabung sama yang lain?" Tanya sang omah menatap tajam ke arah cucunya."Oh, aku lagi malas aja Oma, lagian tadi aku sudah bersama mereka menemui para tamu." Marfin berkelakar.Sang omah semakin mendekat dan duduk tidak jauh dari Marfin, cucu kesayangannya."Bukannya kamu sudah punya kekasih, kenapa kekasihmu tidak dibawa ke sini?" Tatap oma menyelidik.Marfin sedikit kaget Omanya menyebut-nyebut kekasih. "Oh ya sedang kuliah Oma maksud aku. Dia sedang berada di luar kota!"Oma mengerutkan keningnya. "Bukannya kasihmu itu ... sudah bekerja di hotel?"Marfin menggaruk ten
Leo menatap ke arah Mona yang sudah berbaring di sampingnya. Berkali-kali menelan Saliva nya yang tercekat di tenggorokan.Mona yang berbaring merasakan dadanya yang berdebar. Tidak karu-karuan saja di suasana malam pergantian seperti ini. Apalagi melihat tatapan Leo bak singa lapar."Apa kau sudah ke dokter?" tanya Leo mengeluarkan suara baritonnya.Mona sejenak terdiam sambil mendudukan dirinya, menarik selimut menutupi dadanya."Sudah, aku lakukan itu!" Sahut Mona yang di suruh ke dokter untuk periksakan diri. Soal kesehatannya."Tidak pakai kontrasepsi?" Suara itu terdengar lagi sambil mengganti lampu dengan lampu tidur."Benar ya. Orang ini irit sekali bicaranya." Dalam hati Mona."Ooh. Tidak, aku tidak melakukannya dan aku hanya memeriksa kesehatan saja dan aku sehat kok seperti yang--""Sut ..." Leo menempelkan telunjuknya di bibir Mona yang ia pikir merepet.Mona terdiam dengan pandangan mengarah ke pria yang bertelanjang dada. Walau dalam remang tampak sekali ketampanannya.
Mona tidak tahu yang ada dalam pikiran Marfin saat ini. Incaran saat ini adalah kunci yang berada dalam saku celana depan, Marfin."Ha, aku tidak percaya itu. Aku tahu banar kamu seperti apa!" Elak marfin.Mona tersenyum kecut sedikit menyampingkan wajahnya."Terserah sih. Percaya atau tidak. Yang jelas ... aku sudah bulan madu dengan papa mu." Tegas Mona.Kepala Marfin menggeleng tetap tidak percaya. Namun hatinya terasa sakit bagai di gores benda tajam."Buka pintu, atau kuncinya seragkan?" Pinta Mona dengan tatapan tajam."Aku tidak akan membukakan pintu, juga tidak akan menyerahkan kuncinya!" senyum jahat dari Marfin.Mona mengangguk kecil. "Apa mau mu?""Mauku adalah, kamu kembali padaku dan jangan melanjutkan pernikahanmu dengan papa!" Marfin mendekatkan wajahnya.Wajah Mona terus menggeleng. permintaan Marfin itu sangat tidak mungkin."Itu sangat tidak mungkin. Aku adalah istri papa mu, sudah sah!" sahut mana dengan tatapan yang mengandung arti."Oke, kalau tidak mungkin kamu m
Mona menjerit histeris. Membuat Leo terkejut, hampir saja dia menidurkan diri langsung melonjak melihat ke arah Mona."Ada apa?" tanya Leo sambil mendekat."I-itu ... To ..." Mona terbata-bata.Leo mengernyitkan keningnya manatap tajam pada Mona yang membuatnya bingung. Mona menuding ke arah dinding yang ada toke nemplok dengan santai menatap ke arah dirinya. Penghuni villa pun berdatangan. menghampiri dimana Mona berada. Dengan wajah kebingungan.Leo yang melihat orang-orang melongo di depan pintu langsung menutup pintu dan setelahnya kembali pada Mona yang mematung."Itu toke!" Leo dengan nada datar."Iya, aku tahu itu tokek, kan aku takut! Kalau aku lagi tidur dia melompat gimana?" Mona menggeleng."Lompat ke mana?" tanya Leo."Ke tubuh aku lah, masa ke tubuh kamu nggak peduli aku." Sahut Mona."Gak mungkin!" Leo menarik tangan Mona menjauh dari dinding, duduk di tepi tempat tidur."Pergi mandi!" perintah Leo."Aku di suruh mandi? Kenapa diajak duduk?" Mona heran.Leo menghela naf
"Semoga ini mujarab. Dan aku akan mendapatkan bonus yang besar!" batinnya wanita tersebut.Wanita itu yang merupakan asisten di villa, terus mengaduk air di dalam gelas. Dengan kepala celingukan waspada bilakah ada yang melihat.Sang asisten membawa dua gelas minuman buah menuju kolam renang, di mana Mona dan Leo berada di sana."Silakan Nyonya, Tuan ... ini minumannya!" ucap sang asisten sembari menyimpan kedua gelas itu di meja yang tidak jauh dari kolam renang.Mona menoleh sembari berkata. "Terima kasih, Bi."Sang asisten tersenyum penuh arti, lalu meninggalkan tempat itu dengan sesekali menoleh ke belakang.Leo menepi dan naik ke permukaan, duduk di kursi dengan tatapannya terus ke arah Mona yang sudah lebih dulu naik, tampak begitu seksi."Ini minumnya, Om!" Mona memberikan gelas kepada Leo."Terima kasih!" lalu Leo menekuknya sampai tersisa setengahnya.Mona memegangi gelasnya. ditatapnya minuman itu, entah kenapa kok merasa ragu untuk minum dan berasa nggak haus aja."Kenapa?"
"Aku haus sekali, tapi rasanya aku nggak mau minuman ini. Aku pengen minuman yang masih disegel!" Mona menyimpan kembali gelasnya.Leo pun menyuruh asisten untuk mengambilkan minuman mineral, yang masih bersegel untuk Mona."Jangan, jangan! biar aku sendiri yang ngambil." Mona bergegas beranjak dan mengambil botol minuman dari lemari pendingin.Sang asisten hanya melongok melihat ke arah Mona. Yang tidak lama sudah duduk kembali tidak jauh dari Leo.Lek-lek-lek ... suara air yang mengalir di tenggorokan Mona tampak sekali kalau dia sangat haus."Ha ... segar ....""Gila! susah bener nih orang. Cuman minum air di gelas aja susahnya minta ampun!" gumam sang asisten sambil pura-pura menyibukkan dirinya.Leo menoleh pada sang asisten entah apa yang dia sedang pikirkan, detik kemudian melihat pada sang istri.Di hari yang begitu cerah ini, Mona berjalan-jalan di pesisir pantai yang tampak begitu indah! langitnya yang membentang biru dihiasi awan-awan yang putih. Burung-burung pun menari-na
Pria tampan yang dingin itu ... hanya mengernyitkan keningnya. Namun, tak ayal tangannya merangkul pinggang Mona.Mona bukannya tanpa alasan nemplok di Leo, disebabkan dia merasa ketakutan! dari balik pintu ada sosok yang mengerikan, tentu saja membuat dia menjerit dan lompat."Ada apa?" tanya Leo dengan tangan yang masih merangkul pinggang Mona."I-itu. di balik pintu ada ... ada ... itu sosok yang menakutkan." Suara Mona terbata-bata.Membuat bodyguard langsung mengecek tempat yang dituding oleh Mona, apa benar di sana ada sosok yang mengerikan?"Tidak ada apa-apa Tuan! yang ada hanya bibi yang sedang bersih-bersih!" laporan sang bodyguard sambil menghampiri.Leo menoleh ke arah Mona dengan gerakan alisnya, seolah-olah berkata, itu tidak ada apa-apa."Tapi beneran kok! tadi aku melihatnya, makanya aku ketakutan!" Mona meyakinkan diri kalau dia benar-benar melihat sesuatu yang menyeramkan."Di sini aman!" ucap Leo seraya melepaskan rangkulannya dan Mona berusaha berdiri tegak."Kamu
"Selamat datang Nyonya muda! selamat datang di mansion nya Leo, kau di sini akan menjadi ratu!" ucap Ibu Leo disertai tatapan sinis sambil bertepuk tangan.Leo menatap ke arah ibu. Dia merasakan kalau beliau masih belum bisa menerima Mona sebagai mantunya."Ibu gimana kabarmu!" seraya mengulurkan tangan pada sang ibu."Kabarku baik ... seperti yang kau lihat, bagaimana kabar bulan madu kalian?" selidik sang Ibu sembari memeluk putranya sesaat."Baik, Bu!" Leo bergumam. Lalu mengalihkan pandangan pada sang istri yang berdiri mematung.Suasana hati Mona sontak berubah, yang mulanya senang menjadi gak nyaman dengan keberadaan ibunya Leo alias sang ibu mertua."Sayang, ayo ikut aku!" Leo meraih tangan Mona dituntunnya untuk mengikuti langkah dia.Berjalan menuju sebuah lift, yang akan membawa mereka ke lantai 3 gimana kamarnya berada."Berbahagialah kalian berdua. Dibalik itu ada neraka yang akan selalu menguntit mu
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L