Leo mengangkat telepon dari seseorang, namun dia menjauh dari Mona. Wajahnya terlihat shock setelah berbicara di ujung telepon.Mona menatap Leo dengan keheranan. "Kenapa, ada apa?" tanya Mona, mencoba mencari tahu apa yang membuat Leo terlihat seperti itu."Aku harus pergi ke luar kota besok," jawab Leo dengan suara serius.Leo mendapat kabar bahwa sebuah hotel di luar kota mengalami kebakaran, dan dia harus pergi ke lokasi untuk menangani situasi tersebut."Mendadak banget, Om," ucap Mona dengan rasa heran."Iya, hotel di sana mengalami kebakaran," kata Leo sambil menghela nafas dalam.Lalu Mona masuk ke dalam kamar mandi, membawa pakaian dari lemari. Tidak lama kemudian, dia kembali dengan pakaian tugas malam yang menerawang, menunjukkan keindahan tubuhnya.Leo, yang sebenarnya ingin berganti pakaian, tergoda dengan penampilan menggoda istrinya. Dia memutuskan untuk menunda berganti pakaian dan membiarkan dirinya terpesona oleh kecantikan Mona."Sayang. Kau sangat cantik." Gumamnya
Leo menatap tajam ke arah seseorang yang mendekatinya. Mata Leo yang penuh dengan kebingungan dan keheranan, saat melihat sosok wanita yang dia kenal.Itu adalah Alexa, dengan senyuman manis yang memancar dari wajahnya, mendekati."Alexa," panggil Leo dengan suara yang penuh keheranan. "Kau berada di sini."Alexa tersenyum lembut, membalas tatapan dari Leo. "Leo, betapa senangnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Kau selalu membuat ku memikirkan mu."Leo menatap dingin. "Hem, jangan aneh-aneh!"Leo merasa aneh saja dengan kehadiran Alexa di dekatnya."Aku ke sini ... pasti heran, kan? Saya sangat merindukan mu dan ingin bersama mu." Alexa mendudukan dirinya di depan Alexa."Jangan macam-macam." Leo menggeleng."Saya tidak macam-macam, saya ingin mengungkapkan perasaan saja." Kata Alexa."Cukup. Tidak perlu berkata yang aneh," ucap Leo dengan nada tidak suka."Aku ke sini. Dengan sengaja untuk menemani mu dalam kesendirian." Alexa tampak serius."Saya sudah punya istri." Leo semakin geram
Kilatan cahaya kamera yang mengambil gambar Mona dan Marfin yang tanpa mereka sadari. Suasana tenang terhenti ketika Mona tiba-tiba beranjak dari duduknya, menarik perhatian Marfin yang duduk di sebelahnya.Marfin dengan cepat meraih tangan Mona dengan ekspresi penuh harap, namun tindakannya langsung ditepis oleh Mona sebagai penolakan yang tegas."Maaf, Marfin. Aku sudah memilih jalanku," ucap Mona dengan suara lembut namun mantap, mencoba menjelaskan tanpa melukai perasaan Marfin.Marfin terdiam sejenak, matanya mencerminkan kekecewaan yang mendalam. "Tapi, Mona, aku masih mencintaimu. Kita bisa memperbaiki semuanya," desis Marfin dengan nada penuh harap.Mona menggeleng pelan, ekspresinya penuh dengan campuran antara belas kasihan dan ketegasan. "Kita sudah berada di titik akhir, Marfin. Aku harap kau bisa mengerti," ucap Mona sambil menatap mata Marfin dengan penuh empati.Marfin terdiam, tak mampu berkata-kata dalam kekecewaannya. Mereka berdua terdiam sejenak. Yang detik kemudia
Mona mencoba melepaskan diri dari cengkraman kuat Alexander. Dia merasa terjepit dan memberikan ancaman kepada Alexander bahwa dia akan melaporkan kejadian ini pada suaminya, Alexander tidak gentar sedikit pun dan tetap terus menggenggam tangan Mona dengan kuat.Mona berusaha melepaskan diri. "Tuan, lepaskan aku! Aku akan melaporkan ini pada suamiku! Dia tidak akan tinggal diam melihat perlakuanmu!"Alexander dengan nada sinis. "Laporkan saja, cantik. Tapi apakah kamu yakin suamimu akan menyelamatkan mu? Dia tidak berada di sini untuk melindungimu."Mona merasa tertantang oleh kata-kata Alexander. Di satu sisi, dia merasa takut karena benar Leo saat ini sedang berada di luar kota. Sibuk dengan pekerjaannya."Suamiku pasti akan melindungi ku! Dia bukan tipe pria yang membiarkan orang lain menyakiti istrinya!" Teriak Mona.Alexander tersenyum sinis. "Kita akan lihat, cantik. Tapi sekarang, kamu harus menghadapi akibat dari ancamanmu."Tuan Alexander mengambil sesuatu dari sakunya. Kemud
Leo langsung menghindar dari rangkulan seorang wanita yang jelas-jelas dia kenal, meskipun dari baunya saja. Alexa tersenyum manja di hadapan Leo, mengenakan pakaian seksi yang menggoda. Leo menatap dengan ekspresi tidak suka.Leo menghindar dengan tegas. "Jangan berpikir bahwa aku tertarik denganmu."Pria tampan berwibawa itu tidak habis pikir. Apa sih maunya sehingga terus menguntitnya.Alexa meraih tangan Leo dengan penuh percaya diri. "Oh, Leo, jangan berpura-pura. Aku tahu kamu masih memiliki perasaan padaku. Kita bisa melanjutkan apa yang dulu kita miliki."Leo melepaskan tangan Alexa dengan tegas. "Salah. Aku tidak membutuhkannya."Bagi Leo. Masa lalu sudah berlalu dan dia telah melangkah maju. Tidak ingin terlibat dalam hubungan lagi.Alexa: menggoda dengan senyuman nakal. "Tapi, Leo, kita memiliki kenangan yang begitu indah bersama. Apa kamu benar-benar bisa melupakannya begitu saja?""Aku telah belajar dari kesalahan!" Tegas Leo. Tidak pernah terbesit di kepala Leo untuk kem
Leo memasuki kamar dengan langkah ringan, setelah melepas jasnya. Dia melihat pada Mona, yang sibuk membuka sepatunya sambil berjongkok dihadapannya.Wajah Mona terlihat sedih, memancarkan ketegangan yang baru saja dia alami."Sayang," panggil Leo lembut, menyuruh Mona untuk duduk di sampingnya.Mona mengangkat wajahnya yang sedikit kusut, mencoba tersenyum. "Iya, Om suami," jawabnya dengan suara yang sedikit tertekan.Leo mengambil tangan Mona dengan penuh kelembutan. "Apa yang terjadi, hem?" menatap wajah sang istri yang tampak risau.Mona menghela nafas, mencoba mengungkapkan perasaannya. "Om suami, tadi aku dan ibu Anda berdebat tentang memiliki anak. Dia seolah memaksa agar kita segera punya anak. Padahal aku kan tidak menjaganya sama sekali. Malahan ... menganggap aku mandul "Leo menatap Mona dengan penuh perhatian. "Memangnya kau mandul?" tanya Leo sambil mengerutkan keningnya."Iih ... mana aku tahu, aku juga dibandingkan dengan Laksmi yang jelas sudah matang, anak itu kan ti
Leo menatap jauh ke arah matahari yang mulai tenggelam. Melalui jendela ruang kerjanya."Aku tidak suka membahas mantan," ucapnya pelan, suara terbawa oleh angin senja.Mona mengangguk memahami. Sambil menatap mata Leo, dia tersenyum hangat. "Aku mengerti, Om. Kita lebih baik fokus pada masa depan kita bersama aja ya," ujarnya lembut.Leo tersenyum lega. Dia merasakan getaran hangat dari pelukan Mona yang erat."Terima kasih, sayang," ucap Leo, menggenggam erat tangan Mona.Mona tersenyum bahagia. Dia pun mengucapkan kata-kata yang selama ini terpendam di hatinya. "Aku sangat merindukan mu."Keduanya saling berpelukan kembali. ..Malam itu, suasana konferensi semakin hening ketika juru bicara Leo kembali mengambil mikrofon untuk melanjutkan penjelasannya kepada wartawan yang hadir."Demi menjaga transparansi, saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa foto-foto yang beredar itu benar-benar jebakan," ucap juru bicara Leo.Dengan suara yang mantap. "Tuan Leo dan Alexa hanya sebatas manta
Leo menatap layar CCTV dengan pandangan tajam, melihat dengan jelas Laksmi yang tengah mengambil gambar Mona dan Marfin secara diam-diam. Wajahnya langsung memucat dan dipenuhi dengan rasa geram dan kekecewaan yang mendalam. "Benar-benar tidak bisa diterima," desis Leo dengan suara berat, matanya masih tertuju pada layar CCTV yang menampilkan Laksmi.Mona, yang merasakan ketegangan yang memuncak, segera mendekati Leo dan memegangi tangannya dengan lembut."Om, tenanglah. Kita bisa mengatasi ini dengan tenang dan bijaksana," ujarnya dengan suara yang penuh ketulusan.Namun, Leo masih terus mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan Laksmi yang membuatnya semakin geram."Apa tujuannya?" geram Leo, suaranya terdengar bergetar oleh emosi yang meluap.Mona mencoba menjelaskan dengan lembut. "Mungkin ada alasan di balik tindakannya ini. Kita harus mencoba mengerti dan mencari solusi yang terbaik."Ibunya yang juga merasa khawatir dengan situasi ini, mencoba memberikan saran. "Leo
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L