Leo menatap jauh ke arah matahari yang mulai tenggelam. Melalui jendela ruang kerjanya."Aku tidak suka membahas mantan," ucapnya pelan, suara terbawa oleh angin senja.Mona mengangguk memahami. Sambil menatap mata Leo, dia tersenyum hangat. "Aku mengerti, Om. Kita lebih baik fokus pada masa depan kita bersama aja ya," ujarnya lembut.Leo tersenyum lega. Dia merasakan getaran hangat dari pelukan Mona yang erat."Terima kasih, sayang," ucap Leo, menggenggam erat tangan Mona.Mona tersenyum bahagia. Dia pun mengucapkan kata-kata yang selama ini terpendam di hatinya. "Aku sangat merindukan mu."Keduanya saling berpelukan kembali. ..Malam itu, suasana konferensi semakin hening ketika juru bicara Leo kembali mengambil mikrofon untuk melanjutkan penjelasannya kepada wartawan yang hadir."Demi menjaga transparansi, saya ingin menegaskan sekali lagi bahwa foto-foto yang beredar itu benar-benar jebakan," ucap juru bicara Leo.Dengan suara yang mantap. "Tuan Leo dan Alexa hanya sebatas manta
Leo menatap layar CCTV dengan pandangan tajam, melihat dengan jelas Laksmi yang tengah mengambil gambar Mona dan Marfin secara diam-diam. Wajahnya langsung memucat dan dipenuhi dengan rasa geram dan kekecewaan yang mendalam. "Benar-benar tidak bisa diterima," desis Leo dengan suara berat, matanya masih tertuju pada layar CCTV yang menampilkan Laksmi.Mona, yang merasakan ketegangan yang memuncak, segera mendekati Leo dan memegangi tangannya dengan lembut."Om, tenanglah. Kita bisa mengatasi ini dengan tenang dan bijaksana," ujarnya dengan suara yang penuh ketulusan.Namun, Leo masih terus mengedarkan pandangan ke sekitar, mencari keberadaan Laksmi yang membuatnya semakin geram."Apa tujuannya?" geram Leo, suaranya terdengar bergetar oleh emosi yang meluap.Mona mencoba menjelaskan dengan lembut. "Mungkin ada alasan di balik tindakannya ini. Kita harus mencoba mengerti dan mencari solusi yang terbaik."Ibunya yang juga merasa khawatir dengan situasi ini, mencoba memberikan saran. "Leo
Mona terkejut dengan pintu yang diketuk kasar dari luar. Suaranya mengganggu kedamaian malam yang tenang. Dengan langkah hati-hati, ia membuka pintu dan menemukan Marfin di luar, terlihat mabuk dan terguncang."Marfin, apa yang terjadi? Kenapa kau datang ke sini seperti ini?" tanya Mona dengan nada khawatir.Marfin menatap Mona dengan mata yang sayu, mencoba menahan emosinya yang meluap-luap. "Mona, maafkan aku. Aku bodoh. Aku telah mengkhianati cintamu sebelumnya, dan sekarang aku menyesalinya dengan segenap hatiku."Leo yang terbangun dari suara pintu yang dibuka, keluar dari kamarnya dan melihat Marfin dengan tatapan tajam."Marfin, kau apa-apaan?" Tegas Leo yang terganggu dengan semua ini tegurnya dengan suara tegas.Marfin menunduk, merasa menyesal atas perbuatannya. "Aku tahu aku telah salah besar. Tapi aku mencintai Mona, lebih dari yang bisa kubayangkan. Aku akan melakukan apapun untuk memperbaiki kesalahanku," ujarnya dengan suara lirih.Mona menatap Marfin dengan campuran pe
Mona merasa perutnya mulai tidak enak, jadi dia melepaskan tangannya dari Leo dan bergegas ke toilet yang berada dekat dapur.Sementara itu, Marfin turun dari tangga bersama dengan Oma dan istrinya, Laksmi, yang gelayutan terus pada tangan Marfin. Mereka berjalan mendekati Leo untuk berpamitan."Pah. Aku harus pergi sekarang. Terima kasih atas dukungan Papa." Marfin memeluk sang papa."Marfin. Semoga berhasil." Balas Leo sembari menepuk bahu putranya.Laksmi tersenyum penuh misteri pada Leo, "Kau tega pisahkan kami, saya sedang hamil. Harus jauh dari suami.""Semoga selamat, sampai tujuan." Leo menatap putranya tanpa pedulikan ucapan Laksmi."Iya, Pah!" Marfin mengangguk.Leo memandangi putranya yang tampak berat tuk pergi dan matanya seolah mencari seseorang.Marfin mengucapkan selamat tinggal pada Leo, kemudian meninggalkan rumah dengan berat hati.Setelah Mona keluar dari toilet dekat dapur, dia dengan sengaja menghindari pertemuan dengan Marfin yang mau berangkat ke luar Negeri un
Ibu mertua mengucapkan selamat kepada Mona atas kehamilannya. Mona dan Leo merasa sangat bahagia dengan berita ini yang membawa kebahagiaan baru dalam keluarga mereka.Ibu mertua melangkah mendekati Mona dengan senyuman hangat di wajahnya. "Mona, saya ingin mengucapkan selamat atas kehamilanmu! Saya sangat bahagia mendengar kabar ini. Kamu akan memberikan cucu pada saya!"Mona tersenyum lebar, merasa terharu dengan kebahagiaan yang ditunjukkan oleh ibu mertuanya. Dia merasa diterima dan dihargai sebagai bagian dari keluarga Leo."Terima kasih, Bu. Aku sangat bersyukur dan bahagia dengan kehamilan ini. Aku berjanji akan melakukan yang terbaik untuk menjadi ibu yang baik bagi anak ini," ucap Mona dengan suara penuh kebahagiaan.Leo juga tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Yang Sebentar lagi akan menjadi ayah kembali."Kita akan menjaganya bersama." Leo mengecup kening Mona.Ibu mertua tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memeluk Mona, mantu yang sesungguhnya tidak dia inginka
Karena kehamilan Mona yang masih muda, mereka memutuskan bahwa tidak mungkin bagi Mona untuk pergi ke luar negeri bersama Leo. Akhirnya, Leo memutuskan untuk pergi sendiri, ditemani oleh asistennya.Sebelum Leo berangkat, Mona memeluknya erat, mencoba menahan rasa cemas dan kekhawatirannya. Leo membelai lembut rambut Mona, mencoba memberikan kekuatan dan kasih sayang."Aku akan kembali secepat mungkin." Ungkap Leo, berharap Mona menjaga diri dengan baik.Mona mengangguk kecil dalam pelukan Leo."Aku akan merindukanmu," bisik Leo dengan suara penuh kasih.Mona menggerakan kepalanya, menatap Leo dengan mata penuh kekhawatiran. "Om, harap berhati-hati di luar sana. Aku akan selalu mendoakanmu dan menantimu kembali dengan selamat. Juga jangan nakal!"Leo terkekeh. "Kau yang jangan nakal."Mona mesem menunjukan 0ipinta yang lesum Pipit. Lalu Leo menyentuh perut Mona dengan lembut, seolah ingin merasakan kehadiran bayi mereka."Baby. Jaga mommy ya!" ucap Leo seraya terus mengusap perut Mona
Di klinik yang terdekat dari mension, Mona berbaring dengan tenang di ranjangnya setelah melewati masa-masa menebarkan. Senyum lega menghiasi wajahnya saat ia merasakan keadaan yang lebih baik. Bu Meri, sang asisten yang penuh perhatian. Mendekati Mona dengan senyum lembut di wajahnya."Nyonya Mona, bagaimana perasaanmu sekarang? Kehamilanmu baik-baik saja, ya?" Bu Meri merasa ikut senang.Mona mengangguk, senyumnya semakin melebar. "Ya, Bu. Saya merasa lega sekarang. Terima kasih atas semua bantuan yang sudah diberikan."Bu Meri tersenyum hangat. "Senang mendengarnya. Apakah Nyonya ingin saya memberitahu Tuan Leo! tentang kejadian ini?"Mona memikirkan sejenak, lalu menggeleng lembut. "Tidak, Bu. Saya akan memberitahunya sendiri. Tolong, jangan sampai membuat Leo khawatir."Bu Meri mengangguk memahami. "Tentu, Nyonya Mona. Saya akan menghormati keinginanmu."Lalu Bu Meri meninggalkan kamar inap Mona dengan hati yang lega.Sambil menatap langit-langit kamar, Mona merenung tentang baga
Mona dan ibu mertua saling menatap dengan perasaan, tegang saat mereka mendengar suara derap langkah yang mendekat. Pintu pun terbuka dan Laksmi, wanita yang terkenal dengan kepribadiannya yang berubah-ubah seperti wajah bunglon, masuk ke dalam kamar Mona.Laksmi dengan senyum licik. "Halo ... apa yang sedang terjadi di sini? Sepertinya ada suasana yang menegangkan."Mona dan ibu mertua melihat wajah Laksmi yang dipenuhi dengan senyuman santai, meskipun mereka tahu betapa berbahayanya wanita ini.Ibu mertua dengan ketus. "Laksmi, apa kau sudah memeriksakan kandungan mu Minggu ini?"Laksmi memiringkan kepala dengan berpura-pura tidak peduli, tetapi nyahut juga sambil mengusap perutnya yang sudah besar. "Tentu saja. Saya paling pandai menjaga kehamilan dan cucu mu Oma mertua."Mona dengan sedikit tajam. "Kamu pikir aku tidak bisa menjaga kehamilan ku? Kalau saja terkena insiden, bukan berarti tidak bisa menjaga kehamilan!"Laksmi sambil tertawa kecil. "Baiklah, baiklah. Biarlah, aku buk
Laksmi menatap dengan rasa tidak percaya bahwa malam ini dia harus keluar dari rumah impian itu, bahkan tanpa mendapatkan penghormatan dan mungkin tidak akan mendapatkan apa-apa. "Marfin, aku tidak selingkuh dan di mana buktinya aku selingkuh? Aku hanya ngobrol saja dengan dia. Dari mana buktinya aku selingkuh?" Laksmi berusaha membela diri. "Jangan banyak bicara! Bawa bajumu keluar dari sini! Semua barang-barang mu, get out!" ucap Marfin sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka lebar. "Tapi kan tidak ada buktinya bahwa saya selingkuh. Jadi tidak ada alasan bagimu untuk menceraikan saya!" teriak Laksmi dengan nada putus asa. "Sekarang, aku minta kamu segera merapikan semua barang-barang dan keluar dari rumah ini!" sergah Marfin sambil melempar semua barang Laksmi keluar kamar. Bahkan bukan hanya barang-barangnya yang dilempar keluar kamar, Laksmi pun ditarik keluar kamar. Padahal, ia baru saja ingin menggendong Mandala yang terdiam, melihat kedua orang tuanya dengan kebingu
Brak!Marfin mengejutkan mereka dengan menggebrak meja mereka, tatapan tajam diarahkan langsung pada Laksmi dan prianya. "Oh, ini yang namanya males keluar, pengen barengan di rumah, secrol medsos. Rupanya di sini ya. Saya tidak menyangka, ternyata kamu seorang ibu yang jahat, seorang istri yang penghianat!"Laksmi, terkesiap, melonjak naik berdiri, tidak percaya dengan kedatangan Marfin di hadapannya yang tadi katanya bermain di taman dan membawa anak tiba-tiba berada di depannya."Mar-Marfin, kamu ngapain di-di di sini?" suara Laksmi belibet, saking kagetnya."Kenapa, Mama Laksmi kaget? Karena suami yang lebih muda ini berada di sini? Kamu ternyata wanita murahan! Dulu kamu menggodaku, sampai hancurnya hubunganku dengan Mona. Dan sekarang kamu telah menghancurkan hubungan kita," suara Marfin dengan tegas."Ini tidak ... Ini tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku ... aku bisa jelaskan," sahut Laksmi dengan suara yang terbata-bata.Marfin mengangkat tangan memberi kode agar Laksmi tid
Setelah beberapa saat muter-muter membawa Mandala jalan-jalan akhirnya Martin hendak menuju pulang namun sebelum masuk ke area perumahannya melihat mobil sang istri keluar membuat dia tertarik untuk mengikutinya dan mencoba untuk menanyakan keberadaannya sekarang di mana.(Kamu di mana? bisa datangin aku nggak, di taman sedang mengajak Mandala bermain) kirim.Beberapa saat kemudian terdengar notif masuk. Ting ....(Aku sedang berada di rumah lah. Malas untuk keluar!) jawab Laksmi.Kemarin merasa kebingungan apa ya di rumah tapi yakin kok itu mobilnya. Sehingga Ia terus mengikuti mobil tersebut memperhatikannya dari kejauhan."Aku jadi penasaran, aku yakin kok mobilnya istriku, apa mobilnya dipinjamkan sama orang lain? Tapi sama siapa? Nggak mungkin juga," gumam Marfin sambil terus mengawasi mobil yang berjarak beberapa meter di depannya.Sementara itu, Mandala tertidur di jok samping, sesekali Marfin memperhatikan anaknya dan jalan bergantian. "Rasanya sangat tidak mungkin mobilnya d
Marfin melanjutkan perjalanannya, mengendarai mobil kesayangannya menuju pulang ke rumah. Saat tiba di rumah, ia disambut oleh putranya, Mandala, yang berusia kurang lebih satu tahun. Mandala sudah mulai bisa bicara dan bertanya kepada Marfin tentang oleh-oleh yang terlupa Marfin beli."Aduh lupa! Ayah lupa sayang!" Kata Marfin dengan senyuman."Mmm, Ayah! Kok lupa sih ... beli oleh-oleh buat Mandala?" tanya Mandala dengan suara polos dan penuh harap.Marfin merasa bersalah karena lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. "Maaf, Sayang. Ayah lupa membawa oleh-oleh untuk Mandala. Tapi Ayah akan memberikannya nanti, ya."Mandala mengangguk dengan wajah kecewa yang segera berubah menjadi ceria. "Baik, Ayah. Mandala tunggu. Jangan lupa lagi ya! Janji"Marfin merasa berat hati karena lupa membawa oleh-oleh, namun janji lain kali akan membawanya. Sesuatu yang spesial untuk Mandala. Dia menuntun Mandala masuk ke dalam rumah.Namun, saat mereka masuk, Marfin mendapati istrinya, Laksmi, sedang asi
Suasana rumah begitu ramai menyambut kedatangan baby kembar Arda dan Ardi. sekian waktu kemarin menghilang. Kini datang kembali Mambawa kebahagiaan untuk Leo dan keluarga.Saat itu datang dua orang polisi dengan tegaknya dan begitu hormat kepada Leo. "Silakan duduk!" Leo menyilakan duduk kepada tamunya."Terima kasih!" Keduanya duduk di sofa berhadapan dengan tuan rumah.Polisi memberikan laporan yang mengungkapkan bahwa dalang di balik penculikan anaknya adalah Alexa, dan bahkan terbukti bahwa Alexa juga terlibat dalam penggelapan uang perusahaan Leo. Leo sangat terkejut dan jatuh dalam rasa nyesek yang mendalam, bertanya-tanya apa maksud dari semua ini."Apa? Alexa? Apa maksud dari semua ini?" Leo tidak habis pikir. Bagaimana bisa dia melakukan penculikan dan menggelapkan uang perusahaannya."Iya, Pak Leo. Setelah melakukan penyelidikan yang mendalam, kami menemukan bukti yang mengarah kepada Alexa. Dia memiliki motif di sebalik ini, melakukan penculikan demi satu tujuan dan mengge
Mona kembali melihat ke arah sang suami yang menikmati makan bakso nya dengan sangat lahap. "Sebaiknya kita pulang," ajak Leo setelah menghabiskan makannya, berdiri dan menyimpan lembaran uang di bawah mangkok. Mona, menganggukkan kepala, lalu berdiri hendak meninggalkan tempat itu. "Saya sudah melihat kedua baby yang sekarang dirawat oleh Abang tukang bakso, wah lucu-lucu kembar lagi," suara pria yang berada di belakang Mona menarik perhatian mereka berdua. "Apa Pak, Abang tukang bakso merawat kedua baby kembar? Dan baby siapa itu?" Mona menjadi penasaran. "Entah, yang jelas di bawa sama orang gila dan sekarang dirawat sama istrinya tukang bakso," kata si bapak tadi. Leo segera merogoh sakunya, mengambil ponsel lalu dia menunjukkan foto baby Arda dan baby Ardi. "Apakah kedua baby ini?" tanya Leo penasaran, kepalanya menoleh banyak orang-orang yang berada di sana. Orang yang tadi mengobrol sama bapak yang barusan saling pandang, entah apa yang berada dalam pikiran mereka. "Kam
Mona akhirnya mau makan, setelah Marfin berhasil membujuknya dan memberinya makan dari tangannya. Leo merasa cemburu dan mengambil alih posisi Marfin."Sini, biar Papa saja," kata Leo sambil menyuapi Mona. "Sayang, makan yang banyak," ucap Leo pada Mona yang membuka mulutnya."Aku ingin bertemu bayi. Aku takut dia-" Mona terhenti saat Leo menempelkan jari di bibirnya.Marfin menatap Mona dan Leo yang terlihat mesra. Hati Marfin juga merasa cemburu melihat Mona yang begitu dekat dengan Leo. *****Hati Mona penuh kekhawatiran dan kegelisahan. Dia tidak dapat membayangkan apa yang mungkin terjadi pada kedua putrinya yang hilang. Berbagai pertanyaan bergejolak di dalam pikiran mereka."Di mana bayi-bayi kita? Kapan kita akan menemukan mereka?" Kata Mona sambil menatap keluar jendela."Aku tidak tahu. Kita akan terus mencarinya," balas Leo sambil memandang ke jalan yang terlewati saat ia mengemudi.Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan, mencari tanda-tanda keberadaan mereka. Mona berharap
Sementara itu, polisi sedang mengintai tempat yang dicurigai sebagai tempat bersembunyinya orang yang membawa bayi kembar, Arda dan Ardi.Dengan tegas, suara polisi memperingatkan. "Jangan bergerak! Serahkan dirimu, kalau tidak mau terjadi sesuatu padamu!" Polisi menodongkan senjata api ke arah wanita yang sedang memunggungi, sementara beberapa polisi lain berada di sekitar.Wanita itu, dengan rasa kaget, masih menghubungi pihak polisi dan perlahan-lahan mengangkat kedua tangannya. Kemudian, polisi segera meringkusnya, mengamankan tangannya ke belakang.Tanpa ada perlawanan, wanita tersebut digelandang ke kantor polisi. Selama di perjalanan, polisi terus menanyai di mana bayi kembar tersebut, namun wanita itu masih bungkam. Saat digeledah, tempat itu tidak ditemukan bayinya, hanya ada barang bukti berupa pakaian bayi.Berita mengenai kejadian ini langsung sampai ke telinga Leo dan Mona. Keduanya mendatangi polisi segera setelah mendengar kabar tersebut.Plak.Tidak dapat mengendalikan
Mona masuk ke kamar bayinya dengan hati yang panik dan terpukul. Dia melihat tempat tidur kosong dan bayinya sudah tidak ada di situ. Keadaan ini membuatnya kehilangan kendali dan dia langsung berteriak."Arda. Ardi, tolong ... bayiku hilang! Dia tidak ada di sini!" seru Mona dengan suara lantang.Mendengar teriakan Mona, semua orang di rumah berhamburan menuju kamarnya. Mereka melihat wajahnya yang panik dan hancur, dan situasi menjadi semakin kacau."Apa yang terjadi? Dimana bayimu?" tanya Wati yang lebih dulu sampai di lokasi dengan wajah yang penuh kekhawatiran."Baby aku hilang, Wati! Dia tidak ada di tempat tidurnya," kata Mona dengan suara yang penuh keputusasaan, sementara susternya pun yang baru selesai makan datang ke sana.Mona mencari ke kolong tempat tidur. Ke balik gorden. Balik sofa ... Dan asisten lain pun ikut mencari. suster pengasuh baby Arda dan Ardi pun kebingungan tadi kan waktu dia tinggalkan bersama Mona, terus kenapa sekarang tidak ada."Sabar, sayang," kata L