Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 210: Bertemu dengan Yonas

Share

Bab 210: Bertemu dengan Yonas

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-02 15:23:14

Yonas, pria yang selama ini hanya menjadi bayangan samar dalam pikiran Mark, kini berdiri di hadapannya dengan tatapan penuh beban.

Fakta bahwa Yonas adalah ayah kandung Dania—ayah mertuanya sendiri—terasa seperti angin dingin yang merayap, membawa kepingan masa lalu yang sulit diterima.

Mark, dengan wajah dinginnya yang seolah tak dapat ditembus oleh emosi apa pun, memandang Yonas dengan sorot mata tajam, seolah mampu membaca isi hati pria itu dalam sekejap.

"Aku tahu, maksudmu menghubungi Dania itu apa," ucapnya, suaranya seperti bilah es yang tajam, memotong keheningan di antara mereka.

Seperti biasanya, sikap dingin Mark adalah tameng yang ia gunakan untuk menjauhkan diri dari mereka yang dianggapnya sebagai ancaman—boomerang dalam hidupnya. Dan Yonas, dengan masa lalunya yang penuh keterkaitan dengan Alex, berada tepat di garis bidik Mark.

"Maafkan aku, Mark, Dania," ujar Yonas, suaranya bergetar seperti ranting yang melawan angin kencang.

"Aku baru menghubungimu karena aku bingu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
tu kan Yonas ada maunya aja tlp Dania untung Mark cerdas
goodnovel comment avatar
MAIMAI
wow mencengangkan banget nih kabar cindy. semoga aja klo nanti sembuh gak ganggu dania dan mark.
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
Dania mah baik banget masih semat doakan Cindy yg niatnya selalu buruk tapi toh doa baik juga bakal balik ke diri sendiri jd oke lah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 211: Rapat Pemegang Saham

    "Rapat pemegang saham akan dimulai. Terima kasih telah hadir di acara pertemuan penting ini," ucapnya, suaranya menggema hingga ke sudut aula yang paling jauh.Aula megah itu diselimuti oleh gemerlap lampu kristal yang memantulkan cahaya keemasan, menciptakan suasana yang mengesankan namun penuh ketegangan.Ratusan kursi telah terisi oleh para pemegang saham, investor, serta media yang menunggu dengan napas tertahan. Suara pengisi acara yang formal namun tegas memecah kesunyian.Kerumunan itu seakan menjadi lautan manusia yang tak sabar menanti momen besar. Kamera-kamera berlomba mengabadikan setiap gerakan, setiap kata, setiap ekspresi wajah yang mencerminkan ambisi, kegelisahan, dan harapan."Seperti yang telah kita ketahui," lanjut pembicara dengan intonasi yang penuh wibawa, "selama lima bulan terakhir, saham Kv’s Group terus mengalami peningkatan yang signifikan. Kerja sama strategis dengan beberapa perusahaan besar telah membawa dampak positif. Nilai saham perusahaan dalam satu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 212: Hadiah Anniversary

    Dua tahun berlalu seperti bisikan lembut angin yang menyapu hamparan waktu, membawa Mark dan Dania ke malam istimewa di restoran mewah.Lampu kristal menggantung di atas mereka, memancarkan cahaya hangat yang memeluk ruang, sementara orkestra kecil mengalunkan melodi romantis di sudut ruangan. Hanya mereka berdua malam itu.Clara yang kecil, tawa riangnya sementara waktu dititipkan pada Amy dan Sean, memberi mereka ruang untuk merayakan cinta yang telah tumbuh semakin kuat.“Happy anniversary, Sayang,” ujar Mark dengan suara rendah dan penuh kasih, matanya menatap Dania seperti memandangi bintang yang paling terang di langit malam. “Tidak terasa, kita sudah memasuki tahun kedua pernikahan kita.”Dania tersenyum, senyum yang mampu mencairkan es paling dingin sekalipun. “Ya, happy anniversary, Mark. Aku tidak menyangka, pernikahan dadakan yang kita jalani rupanya membawa kita pada kebahagiaan yang tidak terduga,” ucapnya, nada suaranya seperti alunan harpa yang merdu.Mark meraih tangan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 213: Babymoon in Yunani

    Dania dan Mark menjejakkan kaki di Yunani, tanah yang dibalut legenda dan keindahan abadi. Langit biru bersinar cerah, berpadu dengan lautan yang membentang sejauh mata memandang, menyerupai sutra biru tua yang bergelombang lembut.Clara, sang buah hati yang kini telah berusia satu tahun enam bulan, tertawa ceria dalam gendongan Mark, melengkapi suasana yang sudah begitu sempurna.“Akhirnya, setelah sekian lama, kita berlibur lagi,” ucap Dania, senyumnya merekah bak bunga yang mekar di musim semi. Ia mendorong pintu villa yang menghadap langsung ke pantai, tempat ombak bersenandung lembut, memanggil-manggil mereka ke dalam pelukan pasir keemasan.Mark menghampiri Dania, dengan Clara yang mulai menggeliat ingin turun. “Nikmati pemandangan ini sepuasnya, Sayang. Kita akan berlibur selama sepuluh hari di sini,” katanya, suaranya dalam namun penuh kelembutan yang menenangkan.Dania menoleh, bibirnya melengkung membentuk senyum penuh godaan. “Apakah CEO tampan, incaran para wanita murahan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-03
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 214: Hello, Samuel Frans Louis Evander

    Usia kandungan Dania sudah memasuki sembilan bulan, dan malam itu, tepat pukul dua dini hari, rasa mulas yang luar biasa menyergapnya seperti gelombang pasang yang tak tertahan. Kamar tidur yang tadinya tenang seketika berubah menjadi arena kepanikan.Napas Dania tersengal, keringat dingin membasahi dahinya. Matanya menatap Mark yang masih setengah sadar, berusaha mencerna situasi dengan tatapan penuh kantuk.“Kau akan melahirkan di malam hari, Sayang?” tanyanya dengan nada bingung, wajahnya tercampur panik dan sisa kantuk.Dania menatap suaminya dengan tajam, meski wajahnya memucat menahan rasa sakit. “Apa kau gila? Jam melahirkan tidak kenal waktu, Mark! Cepat, bawa aku ke rumah sakit! Perutku sudah sakit sekali!” serunya, suaranya menggema seperti perintah seorang ratu di tengah kekacauan.Mark langsung terjaga sepenuhnya, kepanikannya terlihat jelas. Ia segera meraih ponsel di meja samping, menghubungi rumah sakit agar ruang bersalin segera disiapkan. Dalam waktu singkat, ia sudah

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 215: Bocah Periang Tak Kenal Malu

    Lima tahun kemudian…Langit senja merekah seperti lukisan indah yang menggantung di cakrawala, memancarkan warna jingga keemasan yang membias di kaca mobil Stevan. Suara tawa seorang gadis kecil pecah, memecah ketenangan sore itu.“Uncle Stevan!” Clara berlari dengan langkah kecil yang riang, rambutnya yang halus tergerai ditiup angin. Matanya berbinar seperti bintang kecil yang menyala, wajahnya dihiasi senyuman tulus penuh cinta.Stevan membuka pintu mobilnya dan segera mengulurkan tangannya. “Gendong, Uncle. Gendong,” pinta Clara dengan nada yang manja.Tawa ringan keluar dari bibir Stevan, seperti melodi lembut yang memenuhi udara. Dengan penuh kasih, ia mengangkat tubuh mungil Clara yang kini telah tumbuh menjadi gadis kecil berusia tujuh tahun."Apa kau merindukanku, hm?" tanyanya lembut, menatap dalam mata Clara yang cerah seperti permata biru langit.Clara mengangguk dengan semangat, rambutnya yang harum terayun mengikuti gerakannya. "Sangat merindukan Uncle! Kenapa Uncle baru

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-04
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 216: Si Aktif dan Pendiam

    "Setelah kau dewasa, Clara. Jika aku menikahimu sekarang, aku akan ditangkap polisi, dan kita tidak bisa bulan madu," ucap Stevan, setengah bercanda, setengah mencoba menenangkan tawa yang nyaris meledak.Dania, yang berdiri tak jauh, memutar mata dan menghela napas panjang. Suaranya seperti angin yang menyerah melawan badai kecil. "Stevan!" serunya, separuh protes, separuh kelelahan.Clara, tanpa sedikit pun merasa terganggu, malah menatap Stevan dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Ah, begitu. Berapa lama lagi aku akan menjadi dewasa, Uncle?"Stevan mengerutkan kening, berpura-pura berpikir keras, lalu menjawab, "Um … mungkin tiga belas tahun yang akan datang?" Matanya berbinar penuh canda, menikmati obrolan ringan ini.Mark, yang sedari tadi berdiri menyaksikan percakapan absurd ini, akhirnya menyerah dengan senyum tipis di sudut bibirnya."Baiklah, baiklah. Aku tidak perlu pusing memikirkan siapa jodoh Clara di masa depan. Karena jodoh Clara sudah tercipta dari sekarang," kata

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 217: Kebenaran yang Terungkap

    Dania menepuk jidatnya, napasnya tertahan sejenak setelah mendengar cerita dari Stevan.Ada rasa geli sekaligus kelelahan yang bercampur dalam ekspresinya, seperti seorang ibu yang tak habis pikir dengan tingkah anak-anaknya, tetapi tetap tak bisa menahan senyum kecil di ujung bibir."Jangan dengarkan apa pun yang Clara katakan. Kau berhak memiliki kekasih, Stevan. Wanita di London banyak yang cantik dan pasti akan memikat hatimu," ucapnya, suaranya terdengar setengah serius, setengah bercanda, namun ada ketegasan khas seorang kakak yang selalu menginginkan yang terbaik untuk adiknya.Stevan mengangkat bahu dengan santai, senyumnya tipis namun penuh arti. "Aku tidak yakin, Kak."Dania menyipitkan matanya, tatapan seorang wanita yang tahu ada sesuatu yang disembunyikan."Why? Jangan bilang kalau kau sudah memiliki rasa pada anakku, Stevan? Kau akan dicap pedofil meskipun tidak melakukan apa pun pada anakku. Justru Clara lah yang sering memeluk dan menciummu."Mark hanya menghela napas

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 218: Sang Pawang Datang Tepat Waktu

    Empat tahun berlalu dengan gemuruh waktu yang tak henti-hentinya mengukir cerita.Siang itu, langit biru seperti kanvas kosong, hanya dihiasi sejumput awan yang melayang malas.Namun, suasana hati Mark terasa sebaliknya—penuh beban yang sulit diterjemahkan, seperti awan kelabu yang bergulung di dada."Anak Anda terlibat baku hantam dengan teman sekelasnya, Arnold. Namun, yang mengalami luka memar di wajahnya adalah Arnold. Sepertinya Clara sangat jago bela diri, Tuan Mark," ucap Mrs. Anneth, suaranya lembut tapi tajam, seperti pisau yang baru diasah.Mark memijat keningnya, tarikan napasnya berat seakan membawa beban dunia. "Maafkan anak saya, Mrs. Anneth. Dia memang sedikit bar-bar dan sulit sekali dinasihati," katanya, dengan nada yang terdengar lebih seperti permintaan maaf kepada dirinya sendiri daripada kepada wali kelas itu.Tanpa banyak bicara lagi, ia melangkah menuju ruang administrasi. Setiap langkahnya terdengar seperti dentang jam di aula kosong, menggema dengan rasa tanggu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   END~

    Satu tahun kemudian ….Clara berdiri di depan jendela apartemen milik Stevan. Lalu pria itu menghampirinya dan memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya dengan lembut.“Hi, Stev.”“Hm. Kau tahu? Apa yang sudah ayahmu bicarakan tadi di ruang meeting?” ucap Stevan dengan suara beratnya.“Apa?” tanyanya ingin tahu.Stevan menghela napasnya dengan panjang. “Dia menagih cucu padaku.”Clara yang mendengarnya sontak tertawa. Ia kemudian membalikan badanya dan menatap Stevan.“Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya kemudian.Stevan mengendikan bahunya. Ia lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan membukanya.Sontak Clara menutup mulutnya dengan mata membola melihatnya. “Stevan ….”“Clara. Kita sudah melewati perjalanan yang cukup panjang. Aku telah mencintaimu sejak kau masih remaja, aku telah menyayangimu sejak kau lahir ke dunia. Aku tahu, kau adalah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku.“Meski us

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Permintaan Clara

    Tiba-tiba, suara dentingan terdengar. Begitu cepat. Tanpa Emma sadari. Mike menendang meja. Meja menjadi miring lalu membuat pisau di tangan Emma terpental.Tring! Pisau menjauh dari Emma. Stevan bergerak dalam hitungan detik.Ia meraih lengan Emma, memelintirnya ke belakang, membuat wanita itu berteriak kesakitan.Clara tersungkur ke lantai saat Stevan berhasil menjatuhkan Emma.Napasnya memburu. "Mmmh ..." mulut itu terikat. Clara tak bisa bicara apapun.“Permainanmu selesai,” desisnya.Emma menatapnya, matanya dipenuhi amarah dan kepedihan.“Tapi aku mencintaimu …”Stevan memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.“Tidak, Emma.” Ia menatapnya tajam. “Ini bukan cinta, tapi obsesi. Aku tidak pernah mencintaimu dan kau salah mengartikan semuanya. Bahkan kau pun tahu sejak dulu pun aku hanya mencintai Clara.”“Sekali lagi kutegas

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Ancaman Gila

    Emma menyimpan pisaunya kembali, tetapi sorot matanya tetap menakutkan. Clara menelan ludah dengan susah payah, merasakan jantungnya berdegup begitu keras seakan ingin menerobos keluar dari dadanya.Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membasahi kulitnya yang sudah pucat.Emma berjalan ke pintu dengan langkah santai, seolah semua ini hanya permainan baginya. Namun, sebelum keluar, ia berhenti dan berbalik."Oh, dan satu hal lagi, Clara …"Clara menahan napas, tubuhnya menegang. Tenggorokannya terasa kering, seolah ada simpul yang mengikatnya erat dari dalam."Aku ingin dia melihatmu dalam keadaan paling menyedihkan sebelum akhirnya aku menghilangkanmu dari dunia ini."Senyuman Emma penuh kepuasan, seperti seorang seniman yang baru saja menyempurnakan mahakaryanya yang keji.Kemudian, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mendorong pintu gudang hingga tertutup dengan suara berderak, menggema di ruang kosong yang dingin.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Sudah Dalam Perjalanan

    "Hahaha, lelaki lemah. Kau mau apa? Menangisi wanitamu? Kau memang pantas ku buang sebagai rekanku. Aku tidak suka lelaki lemah sepertimu." Emma merasa menang. Desain tawanya begitu liar."Clara? Ini berbahaya, Emma. Kendalikan dirimu!""Mike, aku ... Aku hanya mengajaknya bermain. Kau tahu, dia selalu menghalangi jalanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran." Suara Emma santai tanpa rasa bersalah sama sekali."Emma, jangan lakukan ini!" suara Mike meninggi, tangannya mengepal. "Kau sudah cukup membuat kekacauan!""Oh, Mike, kau selalu terlalu baik l… atau terlalu bodoh? Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau dan Stevan bisa melindungi wanita ini. Sekarang dia ada di tanganku. Jika kau ingin menolongnya, ajak Stevan dan temui aku."“Apa yang kau lakukan pada Clara?” Mike menggertakkan giginya.Tawa Emma terdengar lebih keras. "Ah, kau akan melihatnya sendiri. Aku akan mengirim lokasi. Tapi jangan terlambat… atau

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Ingin Berbagi Kebahagiaan

    Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar."Seperti yang kau minta. Semuanya akan berjalan lancar."Emma tersenyum puas. Ia meletakkan ponsel itu kembali dan merapikan rambutnya di depan cermin."Malam ini akan menjadi malam yang panjang," bisiknya.Ia meraih mantel, mengenakannya dengan gerakan anggun, lalu mengambil kunci mobilnya dari meja. Satu tarikan napas panjang, satu langkah menuju pintu.Ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan tenang.Ponselnya ia tekan. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan. Ponsel lain dan nomor ponsel yang baru, telah ia siapkan kemarin."Nona Clara. Apa anda putri dari Tuan Mark? Papa Anda mengalami kecelakaan lalu lintas, saya menolongnya dan tuan Mark sekarang ada di Alvarado hospital medicare center. Tolong datang segera, karena saya harus mengejar jadwal penerbangan saya.""APAA?! ba-baiklah saya segera datang. Terima kasih Nona telah menolong Daddy." Hiks."Apakah Daddy baik-baik saj

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Pastikan Semuanya Siap

    Ia memiringkan kepala, tatapannya terpaku pada sosok Stevan di kejauhan. Mata hitamnya membesar, membulat seakan ia baru saja melihat sesuatu yang indah.Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona."Ah, Stevan …" gumamnya, suaranya terdengar seperti seorang gadis jatuh cinta. "Kau masih tampan sekali. Bahkan dari kejauhan sekalipun!"Ia menempelkan telapak tangan ke pipinya sendiri, memejamkan mata, membayangkan sesuatu.Pernikahan mereka. Stevan di altar, mengenakan jas putih. Ia di sisinya, mengenakan gaun yang memesona. Semua orang tersenyum bahagia.Ya … itulah yang seharusnya terjadi setelah ini.Emma membuka matanya, ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras, napasnya semakin cepat."Tapi sebelum aku menjemputmu, sayang …"Tangannya menyelip masuk ke dalam tas kecilnya. Jemarinya bergerak lincah, mencari sesuatu.Lalu, sesuatu berkilau di bawah lampu. Pisau kecil dengan ukiran indah di gagan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Jaga Clara

    Bodyguard pertama yang mencoba melawan. Namun, Randy dengan cepat menghindar dan menghantamkan pukulan yang kuat.Pria itu jatuh ke lantai mengerang. Tidak bisa bergerak. Bodyguard kedua mencoba menahan Randy. Tapi tidak berhasil.Seperti seorang pria yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anaknya, Randy mengamuk, membabi buta, tidak memberi ampun.Mike tergeletak di tanah. Wajahnya penuh dengan cairan merah pekat. Dan tubuhnya semakin tak berdaya.Di sebelahnya, Randy berjongkok, memeriksa keadaan anaknya. Mike masih bernapas, meskipun dengan susah payah."Mike bertahanlah." Randy berteriak, mengguncang bahu.Mike berharap ada reaksi. Tetapi Mike tidak bergerak. Cairan merah pekat itu mengalir deras dari luka-lukanya. Dan tubuhnya terasa dingin.Emma yang masih berdiri di kejauhan, karena perkelahian bodyguardnya, menyaksikan semua amukan Randy dengan tatapan penuh kebencian."Kau akan mati, Mike. Tidak ada yang bisa m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Semakin Menggila

    Sementara itu, di dalam mobil, Emma duduk dengan gelisah. Matanya menatap tajam ke depan, namun pikirannya jauh melayang.Botol wine di tangan kanannya hampir kosong, dan dagunya basah oleh sisa-sisa cairan yang tumpah.Ia tampak marah, kecewa, dan sangat kesal. Rasa sakit yang menggerogoti dirinya akibat kehadiran Clara begitu menyakitkan."Stevan…!" gumamnya dengan geram, suara hatinya penuh kebencian. "Kenapa dia harus ada di sana? Apa dia pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"Emma meneguk wine lagi, tanpa peduli dengan keadaan dirinya yang semakin kacau. Ia merasakan ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi ini."Kau pikir bisa menghindar, Stevan? Tidak. Aku akan pastikan Clara tahu siapa yang sebenarnya dia hadapi. Tidak ada yang akan bisa menghalangi rencanaku!"Tangannya yang gemetar memegang kemudi, namun di dalam dirinya, ada dorongan tak terhentikan untuk melanjutkan permainan berbahaya ini.Ia tahu bahwa j

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status