Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 190: Hanya Anak Angkat

Share

Bab 190: Hanya Anak Angkat

last update Last Updated: 2024-11-18 09:00:55

Dania yang sedang menyantap sandwich berhenti sejenak, tangannya melayang di udara sebelum dengan cepat ia menoleh ke arah Sesil.

Gadis itu sedang asyik memutar-mutar garpu di dalam sepiring pasta, tatapannya tampak biasa saja, namun cerita yang baru saja ia sampaikan benar-benar membuat Dania terpaku.

“Anak angkat?” ulang Dania, suaranya lebih seperti bisikan yang mengalun pelan, mencoba menegaskan apa yang barusan ia dengar.

Sesil mengangguk pelan, gerakan kepalanya seperti daun yang bergoyang lembut dihembus angin. “Ya. Dua belas tahun yang lalu. Anak itu ditinggalkan di taman dekat rumah Paman Sean.”

Ia berhenti sejenak, napasnya menghela panjang, seperti menelusuri kembali memori yang sarat emosi. “Lalu, dibawa ke rumah sakit untuk mencari tahu identitasnya. Tapi, tak ada satu pun petunjuk yang ditemukan.”

Mata Dania sedikit melebar, hatinya mencubit halus mendengar kisah itu.

“Paman Sean dan Bi

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
mark sesil klo ketemu pasti adu mulut haha tapi begitulah keseruan bersaudara
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
Steven jodoh sesil
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Siapa nih calonnya sesil? kayak nya sesil cocok sama Steven
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 191: Dia Sangat Briliant

    “Mark. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Suara Sean mengisi ruangan seperti angin yang menyelinap perlahan, memecah kesunyian kantor yang hanya diisi suara pelan dering telepon dan denting keyboard.Ia melangkah mendekat, melewati meja besar di mana Mark duduk dengan ekspresi serius, tangannya sibuk membalik halaman dokumen yang tampaknya penuh dengan angka dan strategi. Dua hari absen dari kantor tampaknya tidak mengendurkan dedikasinya.Mark mengangkat kepalanya perlahan, mata kelamnya bertemu dengan Sean. “Duduklah, Paman. Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh kendali, seperti biasanya. Ia menutup dokumen yang sedang ia periksa, menyisihkan pekerjaannya untuk memberi perhatian penuh.Sean menarik kursi dan duduk, tubuhnya terlihat tegang meskipun ia mencoba untuk tetap tenang. “Apa kau masih ingin mengambil alih perusahaan milik Kevin?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi. “T

    Last Updated : 2024-11-18
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 192: Deep Talk

    Dania melangkah perlahan menghampiri Mark yang berdiri diam di depan jendela, tubuhnya mematung seperti patung marmer yang menyerap kesunyian malam.Pemandangan kota yang berkilauan di balik kaca memantulkan bayangan suram di wajahnya, sementara matanya tampak menerawang, tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri.Ia baru saja selesai menidurkan bayi Clara, menyusui dengan lembut hingga bayi kecil itu tenggelam dalam mimpi tanpa beban. Langkahnya terhenti beberapa inci dari punggung suaminya yang tegap namun penuh beban. “Mark?” panggilnya lembut, suaranya seperti aliran air yang berusaha menyejukkan tanah yang gersang.Mark menoleh perlahan, senyum tipis menghiasi wajahnya, meski matanya menyimpan bayang-bayang gelisah yang tak mampu disembunyikan. “Clara sudah tidur, hm?” tanyanya dengan nada pelan, hampir seperti bisikan.Dania mengangguk, bibirnya melengkung dalam senyum kecil. “Ya, sudah. Apa yang sedang kau pikirkan? Sidang ayahmu besok?” Suaranya mengandung kekhawatiran yang le

    Last Updated : 2024-11-19
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 193: Bom Waktu itu Nyata Adanya

    Waktu sudah menunjuk angka sembilan pagi, namun suasana kamar itu dipenuhi kehangatan yang begitu menenangkan. Mark berdiri di dekat jendela, mengenakan kemeja putihnya yang rapi, siap menghadapi hari yang berat di pengadilan.Namun, satu rutinitas kecil yang tak pernah ia lewatkan tetap memikat hatinya—menggendong Clara.Dalam pelukan Mark, bayi mungil itu tampak tenang, matanya yang bening mengerjap seolah memandangi dunia dengan rasa penasaran.Mark tersenyum, matanya menelusuri setiap detail wajah Clara, dari alis halusnya hingga lengkung bibir kecilnya yang menggemaskan.“Sayang, lihatlah,” katanya dengan suara lembut, hampir berbisik. “Mata Clara sangat indah. Dan kau tahu? Aku mencintaimu karena aku menyukai matamu. Bisa-bisanya Clara memiliki mata indah sepertimu.”Dania yang tengah merapikan selimut di tempat tidur menghentikan aktivitasnya, lalu menoleh dengan senyum yang menghiasi wajahnya. Tawa kecil meluncur dari bibirnya, melengkapi suasana pagi itu.“Aku baru tahu kalau

    Last Updated : 2024-11-19
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 194: Sidang Putusan Alex

    Sidang Alex telah dimulai. Suasana ruang pengadilan terasa begitu tegang, seolah udara yang mengalir di antara deretan bangku itu membawa ketegangan yang bisa dirasakan hingga ke tulang.Wajah-wajah para hadirin—baik pengacara, juri, maupun penonton—terlihat serius, menanti setiap kata yang keluar dari mulut hakim.Setiap detik terasa melambat, seperti sedang menggantung di atas jurang misteri yang siap mengungkap kebenaran yang kelam.“Alex berulang kali mengendap-endap masuk ke dalam kantor Mark di malam hari,” suara hakim menggema, mengisi setiap sudut ruangan yang hening seperti kuburan.“Hanya untuk meretas produk yang akan diluncurkan saat itu. Namun, berulang-ulang kali pula ia gagal melakukannya sebab data tersebut tidak disimpan di kantor.”Para penonton mulai berbisik pelan, seperti gelombang kecil yang bergulir di atas permukaan air.Hakim melanjutkan, matanya yang tajam menatap langsung ke arah Alex yang duduk di kursi terdakwa dengan ekspresi dingin.“Ini termasuk ke dala

    Last Updated : 2024-11-20
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 195: Jangan Senang Dulu!

    Sidang Kevin telah berakhir dengan ketukan palu hakim yang menggema di ruang pengadilan, seakan menjadi pertanda runtuhnya tembok kokoh yang selama ini melindungi kesalahan-kesalahan Kevin.Dakwaan yang dilayangkan begitu tajam, seperti bilah pedang yang menembus jantung kebenaran, hingga membuat Kevin hanya mampu menunduk dalam keheningan—bukan karena kalah, tetapi karena pasrah pada takdir yang tak lagi dapat dielakkan.Hakim, dengan wibawa yang memancar dari setiap katanya, memutuskan Kevin harus mendekam di penjara selama dua puluh tahun.Vonis itu bak angin segar yang membawa kelegaan bagi Mark dan mereka yang telah berjuang dalam diam, menanggung luka demi tegaknya keadilan.“Paman Sean, Paman Bernard. Terima kasih,” ucap Mark dengan suara penuh ketulusan, matanya menatap kedua pria yang ia percayai dengan sepenuh hati. “Bantuan kalian dalam proses ini sungguh berarti bagi Ayah dan juga kasus Kevin.”Bernard, dengan sikap yang penuh kebapakan, menepuk pundak Mark dengan lembut n

    Last Updated : 2024-11-21
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 196: Tragedi Mengerikan

    Mark menaikkan kedua alisnya, tatapannya bergulir tajam mendengar ucapan Kevin sebelum pria itu melangkah masuk ke dalam mobil tahanan.Sebuah tawa samar terselip di sudut bibirnya, namun bukan tawa bahagia—melainkan tawa getir yang menyadari absurditas dari pria di hadapannya.“Kenapa mereka selalu mengatakan hal yang serupa?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri. “Apa mereka masih berencana bekerja sama bahkan di dalam penjara?”Ia menggelengkan kepala, senyuman kecil penuh ironi tersungging di wajahnya. Pikiran itu begitu menggelikan sekaligus mengesalkan.Bahkan jeruji besi yang seharusnya menjadi batas akhir tidak cukup untuk membendung ambisi dan obsesi mereka.Bagi Mark, perbuatan Kevin dan Alex sering kali melampaui batas logika. Bahkan ketika dunia mereka telah hancur, keduanya tetap menari di atas bara api yang mereka nyalakan sendiri, bukannya berubah, mereka justru semakin tenggelam dalam kekacauan.Namun, pikiran itu segera tersingkir ketika Mark meraih ponselnya.

    Last Updated : 2024-11-21
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 197: Golongan Darah yang Sama

    Dania berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit dengan nafas tersengal, air mata membasahi wajahnya tanpa henti. Setiap langkahnya terasa berat, seolah hatinya sudah lebih dulu hancur mendengar kabar buruk itu.Pikirannya dipenuhi oleh bayangan Mark, pria yang baru saja ia ajak berbicara beberapa jam lalu, kini terbaring tak berdaya di ruang darurat.Vicky menyusulnya dari belakang, wajahnya tidak kalah cemas. Ia datang segera ke rumah Dania begitu mendengar kabar dari sang istri bos.Kini, ia berada di sisinya, menawarkan kekuatan di tengah badai emosi yang mengoyak Dania.Sesampainya di meja perawat, Dania menghentikan langkahnya. Bibirnya bergetar hebat ketika ia mencoba bertanya, “Bagaimana kondisi suami saya, Suster?”Perawat di depannya menatap Dania dengan penuh simpati, namun suaranya tetap tenang dan profesional. “Pasien masih dalam pemeriksaan, Nyonya. Mohon tunggu dan banyak berdoa. Karena kondisi pasien sangat parah.”Ucapan itu menghantam hati Dania seperti pukulan yang

    Last Updated : 2024-11-22
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 198: Lakukan Tes DNA

    “Pasien telah melewati masa kritisnya. Hanya saja, kondisinya masih lemah sehingga tidak bisa dipastikan akan siuman dalam waktu dekat,” kata dokter Jonny, suaranya tenang namun tetap memancarkan kesan profesional yang penuh kehati-hatian.Kata-kata itu seperti desah angin yang membawa harapan. Amy, yang telah dengan rela memberikan darahnya, kini duduk di sudut ruangan, tubuhnya lelah namun wajahnya memancarkan kepuasan karena bisa menyelamatkan nyawa Mark.“Syukurlah. Setidaknya Mark telah melewati masa kritisnya. Aku benar-benar lega,” ucap Dania dengan suara yang nyaris tenggelam dalam keheningan. Matanya berkaca-kaca, menatap ke arah dokter dengan syukur yang tak terucapkan.“Terima kasih, Dokter.” Sean mengulas senyum kecil, meski bayang-bayang kecemasan masih melekat di wajahnya seperti awan mendung yang tak kunjung hilang.Saat dokter Jonny berlalu, Dania dan yang lainnya memasuki ruang rawat Mark. Di dalam, suasana terasa hening, hanya terdengar dengung perlahan dari alat-ala

    Last Updated : 2024-11-22

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 247: Masih Berbaik Hati

    “Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 246: Kepergian yang Mendadak

    Clara melangkah mendekati Mark yang baru saja memasuki ruang tamu, aroma malam yang dingin masih menempel di jas kerjanya. Wajah lelaki itu tampak lelah, namun ia tetap menyunggingkan senyum kecil untuk putrinya.“Daddy... ada apa?” Clara membuka percakapan dengan nada gelisah, mata beningnya menatap wajah Mark dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kau baru pulang selarut ini? Uncle Stevan di mana?” Suaranya bergetar, seperti angin yang menyelinap di antara dedaunan malam.Mark, dengan gerakan lembut yang sarat kasih sayang, mengusap sisi kepala Clara, jari-jarinya menyisir rambut putrinya seperti angin musim gugur yang pelan menyapa dedaunan.“Stevan harus pergi ke London untuk mengurus orang tuanya, Clara,” jawabnya, suara baritonnya terdengar berat, seolah ada rahasia yang ingin ia sembunyikan di balik kata-katanya.Clara mengerutkan keningnya, tatapannya mengunci pada Mark, mencari kebenaran di balik penjelasan yang terasa terlalu datar.“Kenapa lagi dengan mereka, Dad?” tanyanya, su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 245: Sainganmu sudah Tiba

    “Mulai detik ini, aku yang akan menjadi pemimpin di kampus ini sesuai dengan perintah dari Daddy,” suara Emma menggema di ruang rapat seperti lonceng perak yang memancarkan kewibawaan.Tatapan tajamnya menyapu wajah-wajah di sekitarnya, memancarkan aura kepemimpinan yang tak terbantahkan. “Maka dari itu, beritahu aku apa pun yang terjadi di kampus ini.”Rapat pergantian pimpinan di Label’s University berlangsung dalam keheningan yang sarat dengan ketegangan.Emma telah menjejakkan langkahnya di New York, membawa ambisi dan tekad yang tak tertandingi untuk memimpin kampus itu.“Nyonya Aneth?” panggil Emma ketika rapat telah usai, suaranya dingin namun terukur, seperti angin musim dingin yang menyusup ke sela-sela jendela.“Ada yang bisa dibantu, Nona Emma?” Aneth menjawab dengan nada sopan, berdiri dengan tubuh tegap seperti seorang prajurit yang setia.“Anda mengenal mahasiswi bernama Clara Evander?” Tanya Emma, kali ini lebih menajamkan sorot matanya, seolah mencari jawaban yang lebi

DMCA.com Protection Status