Beranda / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 181: Debat, Perkara Kecil

Share

Bab 181: Debat, Perkara Kecil

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-13 10:05:03

Menjelang hari kelahiran yang semakin mendekat, Mark dan Dania melangkah memasuki mall dengan senyum yang tak mampu mereka sembunyikan, seolah dunia mereka kini berputar hanya di sekitar persiapan menyambut buah hati mereka.

Deretan pakaian bayi yang lembut dan berwarna netral tampak begitu menggoda di mata mereka, seperti melambai-lambai, memanggil untuk dibawa pulang dan disiapkan dengan cinta.

"Sayang," Mark berbisik lembut, jemarinya menyentuh halus sepotong pakaian bayi yang mungil, "ini artinya kita akan membeli semua keperluan bayi kita dengan warna yang netral, kan?" Tatapan matanya terfokus pada baju-baju bayi yang lucu dan menggemaskan, seolah membayangkan si kecil sudah mengenakannya.

Dania tersenyum dan mengangguk. "Iya, setelah lahir, kita bisa kembali berbelanja, memilih warna yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Jadi sekarang, kita beli seperlunya saja. Jangan terlalu banyak, ya." Nada suaranya lembut namun penuh kepastian, seolah ia sudah merencanakan semua dengan mata
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (8)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
nah kan kalo belum tau jenis kelamin anak emang gitu repotnya pas beli perlengkapan Krn bingung pilih warna yg sesuai
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Orang kaya mah malas buat milih, paling enak langsung beli tokonya sekalian ...
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
uhh markkk , orang kaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 182: Lelucon Mengundang Tawa

    Mark duduk santai di sofa ruang tengah, matanya mengikuti gerak para pelayan yang berdatangan membawa setumpuk barang belanjaan bayi yang baru saja ia dan Dania beli.Sorot matanya memancarkan kepuasan tersendiri, seolah setiap barang yang masuk ke rumah adalah simbol kecil dari kebahagiaan mereka yang kian dekat.Dania berdiri di dekatnya, memandang wajah suaminya dengan raut cemas. "Mark, kau tidak serius ingin membeli toko perlengkapan bayi tadi, kan?" tanyanya pelan, seolah berharap jawabannya hanyalah candaan.Mark hanya tersenyum santai, bibirnya melengkungkan senyuman tenang yang kerap memikat. "Kenapa tidak? Bayangkan saja, Sayang, nanti jika kau butuh apa pun untuk anak kita, tinggal ambil saja tanpa harus repot pergi ke tempat lain," katanya, seolah membeli satu toko bayi hanyalah keputusan kecil.Dania menarik napas panjang, matanya yang indah memancarkan keheranan sekaligus kelelahan menghadapi kegemaran Mark yang sering kali melampaui batas kewajaran."Mark, kalau begini,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 183: Hari yang Menegangkan

    Dua hari kemudian, pagi itu diselimuti udara yang penuh ketegangan, seperti aliran angin dingin yang menggigit di antara kemeja dan kulit, membuat perasaan tak menentu merasuk ke dalam hati.Di tengah sunyi, hanya terdengar detak jarum jam yang pelan namun pasti, seolah menandai waktu yang terus beranjak mendekati saat-saat genting.Dania berdiri di hadapan Mark, jemari halusnya merapikan dasi suaminya dengan penuh kelembutan, sentuhan yang nyaris seperti mantra penenang bagi keduanya.Mata mereka saling bertemu, dan Mark, dengan nada penuh ketegasan namun tetap lembut, bertanya, “Apa kau benar-benar yakin ingin ikut ke sana?”Dania mengangguk, mata cokelatnya yang tenang menyiratkan api kecil keberanian yang semakin membara. “Aku ingin bertemu dengan Bibi Angel. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya,” ucapnya pelan namun penuh keyakinan, suaranya hampir seperti bisikan yang hanya ingin ia sampaikan kepada angin.Mark memperhatikan Dania yang kini memasukkan ponselnya ke dalam tas, r

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 184: Sidang Putusan Angel

    Sidang dimulai!Ruangan beraroma kayu tua terasa dingin, penuh sesak oleh keheningan yang menekan, seperti napas tertahan yang memenuhi setiap sudutnya.Hakim, dengan wajah yang tampak kokoh dan sorot mata yang menusuk, mengangkat berkas perkara Angel, menatap sekilas ke arah tersangka sebelum mulai berbicara dengan nada mantap, setiap kata bagaikan palu yang menghantam keras di telinga mereka yang hadir.“Sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan tim,” suara hakim menggema, memecah keheningan yang mencekam, “Nyonya Angel menerima uang dari Tuan Kevin sebanyak lima juta dolar secara tunai dengan tujuan mencuci namanya dalam rekening yang ternoda. Semua demi memberikan laporan palsu atas kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu.”Setiap kata yang meluncur dari bibir hakim menyelinap dalam, menampar wajah Angel, yang kini hanya menunduk, seakan dosa-dosa lamanya perlahan terkuak, dilihat telanjang di hadapan hukum. Hakim melanjutkan, nada suaranya semakin tegas, bagai guruh yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 185: Penjelasan Mengerikan

    Kata-kata itu bagai anak panah beracun yang menembus kedalaman jiwa. Ruangan kecil itu terasa semakin mencekam, seolah-olah setiap dindingnya menyerap segala pengkhianatan yang terkuak perlahan-lahan.Mark menatap Dania dengan kening yang berkerut tajam, alisnya tertaut dalam keterkejutan yang nyata, seolah tak percaya dengan kenyataan yang baru saja disampaikan istrinya.Napasnya tertahan, mata cokelatnya mencari jawaban dalam tatapan tenang Dania, wanita yang selalu ia coba lindungi namun selama ini ternyata tak pernah benar-benar aman dari niat jahat keluarganya sendiri.“Sayang,” ucap Mark pelan, suaranya bergetar dengan emosi yang sulit disembunyikan. “Apa maksudmu bicara seperti itu?” Ia benar-benar terkejut, setiap kata yang keluar dari bibir Dania mengukir kemarahan yang mulai membara dalam dirinya.Dania menarik napas panjang, dalam, seolah mengumpulkan keberanian untuk membuka kembali lembaran kelam yang selama ini ia sem

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 186: Semakin Mencekam

    Sidang Kevin berlangsung dalam ketegangan yang pekat, atmosfer ruang sidang dipenuhi oleh desakan argumen dan tatapan tajam para pengacara.Di tengah hiruk-pikuk itu, Mark duduk membatu, menatap kosong ke depan. Tatapannya seolah melewati semua orang di ruangan itu, terperangkap dalam labirin pikirannya sendiri.Kata-kata Angel berputar di benaknya, mengguncang stabilitas hatinya seperti badai yang tak kunjung reda."Mark?" suara lembut Dania menyusup ke dalam lamunannya. Ia merasakan genggaman hangat di tangannya.Mata Dania mencari-cari ketenangan dalam diri suaminya, namun yang ditemuinya hanya bayangan kelelahan yang mengintip di balik senyum sayu di bibirnya.Mark menoleh perlahan, senyumnya tipis namun penuh kepasrahan. “Aku baik-baik saja, Sayang,” ujarnya, namun suaranya seakan kehilangan semangat yang biasa menyertainya. “Kita dengarkan saja pernyataan hakim.”Dania mengangguk kecil, meski kegelisahan masih menyelimuti dirinya. Tangannya tergerak mengusap perutnya yang terasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 187: Proses yang Menegangkan

    Dania dilarikan ke rumah sakit setelah Mark melihat dress yang dikenakan istrinya basah oleh ketuban yang pecah, seperti tanda alam bahwa sebuah keajaiban akan segera lahir dari rasa sakit.Suasana di dalam mobil terasa begitu tegang, dengan nafas Mark yang terdengar berat, menyaingi denyut nadinya yang berpacu dengan kekhawatiran.Sesampainya di rumah sakit, langkah Mark terasa tergesa, hampir tak seimbang, saat ia mendorong ranjang dorong tempat Dania berbaring dengan wajah pucat dan bibir yang terus merintih menahan sakit.Pandangannya tak pernah lepas dari Dania, tangannya tak pernah berhenti menggenggam tangan istrinya, seolah hanya dengan itu ia bisa membagi sebagian rasa sakit yang tak mungkin ia rasakan.“Aku di sini, Sayang. Aku tidak akan ke mana-mana,” bisik Mark dengan suara lembut namun tegas, sembari menempelkan bibirnya ke kening Dania yang basah oleh peluh. Ciumannya adalah janjinya, dan genggaman tangannya adalah buktinya.“Sakit, Mark ….” keluh Dania dengan suara yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 188: Welcome, Baby Girl

    Tapi ingatan itu, kejadian tiga puluh satu tahun lalu, adalah luka yang terus berdenyut di sudut hati Amy.Bayangan pendarahan itu seperti sungai merah yang tak kunjung surut dalam pikirannya, menyapu semua mimpi tentang anak yang tak pernah sempat ia peluk.Bayi kecil itu, yang bahkan belum sempat membuka mata untuk melihat dunia, pergi hanya lima menit setelah ia dibawa ke ruang bayi.Lima menit yang terasa seperti abadi, waktu yang cukup untuk menghancurkan hati seorang ibu.Amy hampir gila setelahnya, hidupnya seperti kapal karam yang tak pernah benar-benar bisa berlayar lagi.Ditambah hari itu, di rumah sakit yang sama, Sarah melahirkan dengan selamat.Bayi Sarah, anak yang bahkan tidak pernah dinanti dengan sepenuh hati oleh Alex, datang ke dunia tanpa drama yang membekas.Kehidupan kadang terasa begitu ironis, memahat luka di hati yang paling rentan.“Dan bayi yang tidak diinginkan oleh Alex kini tumbuh menjadi anak yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 189: Nama yang Indah

    Satu hari setelah melahirkan, Dania sudah diperbolehkan pulang. Langit cerah menyambutnya di halaman rumah, memancarkan sinar lembut yang seolah memberkati langkah barunya sebagai seorang ibu.Sambutan hangat dari para pegawai dan keluarga besar membuat matanya berkaca-kaca, hati kecilnya berdesir oleh rasa syukur yang tiada terhingga.“Welcome home, Dania!” seru Sesil dengan nada yang begitu riang, suaranya seperti alunan melodi yang menghidupkan suasana.Dania merengkuh Sesil erat-erat, seakan ingin menuangkan seluruh emosinya dalam pelukan itu. Wangi parfum Sesil yang lembut dan familiar menyelimuti Dania, memberikan rasa nyaman yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.“Terima kasih, Sesil. Aku sangat terharu,” ucapnya dengan suara yang hampir pecah, seakan seluruh bebannya luruh begitu saja.“Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Dania.” Sesil mengusap punggung Dania dengan kelembutan seorang kakak, seperti angin musim semi yang membawa ketenangan.Namun, hangatnya momen i

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17

Bab terbaru

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Konferensi Pers Randy

    Tidak membutuhkan waktu lama. Persis dua jam kemudian. Konferensi pers di gelar mendadak.Kilatan lampu kamera menyilaukan, memenuhi ruangan konferensi pers yang penuh sesak.Wartawan dari berbagai media berebut posisi terbaik, mikrofon teracung ke depan, siap menangkap setiap kata yang keluar dari mulut Randy. Ketika langkah Rendy menuju meja konferensi."Pak Randy, apa benar Anda mengakui telah mencuri desain Stevan?" seru seorang reporter, suaranya nyaring menembus hiruk-pikuk saat Randy melangkah tergesa menuju meja utama konferensi pers."Apakah ini berarti semua tuduhan terhadap Stevan tidak benar?" tanya yang lain, matanya berbinar, mencium aroma skandal besar.Randy menelan ludah. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia mencoba membuka mulut, tetapi suara gemuruh kamera dan bisik-bisik wartawan membuat dadanya semakin sesak.Ia bukan lagi penguasa ruangan. Sekarang ia hanya seorang pria yang terpojok di bawah sorotan lampu.Randy berdiri di depan puluhan mic dari berbagai m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Randy yang Menantang Maut

    "Siapa yang mengizinkanmu memasuki ruanganku, Mark?" pekik Randy, suaranya melengking, dipenuhi keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Matanya membulat, seperti seekor tikus yang baru saja menemukan dirinya terperangkap dalam sarang ular."Kenapa?" Mark menjawab dengan nada sedingin es yang menetes perlahan-lahan, menusuk hingga ke tulang."Bukankah kau selalu menantangku di media? Kenapa setelah aku datang, kau malah terkejut seperti itu?" Matanya menatap Randy tajam, bagaikan elang yang mengintai mangsanya dari ketinggian, siap untuk menerkam tanpa ampun.Tatapan itu membuat Randy tersentak. Nyali yang sebelumnya membara di layar media kini menciut, redup seperti lilin di tengah badai.Kata-kata penuh keberanian yang biasa ia lontarkan berubah menjadi gumaman yang kehilangan arah."Bukan kau yang aku singgung, tapi Stevan!" ujar Randy, suaranya masih mencoba terdengar tegas, meski jelas ada getaran kecil yang mencemari nada itu."Baik aku maupun Stevan, sama saja," ujar Mark, s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Mulai Mengganggu

    "Argh! Sial!" seru Emma, suaranya melengking di tengah gemuruh musik yang menghentak.Cahaya neon ungu dan merah berkedip-kedip, membelah bayangan tubuhnya yang bergetar oleh frustrasi. Wajahnya yang memerah oleh amarah terlihat kontras dengan lipstik merah tua yang menghiasi bibirnya.Ia mencengkeram gelas koktail di tangannya hingga jari-jarinya memutih, seolah ingin menyalurkan kemarahan ke dalam benda mati itu.Sudah hampir dua bulan di New York, namun sosok Stevan yang diinginkannya masih saja tak tersentuh, bagai bayang-bayang yang terus menghindar dari cahaya."Sudahlah, Emma," ujar Rose lembut namun tajam, sambil menyandarkan tubuh rampingnya ke sofa empuk."Stevan tidak akan mau padamu. Jika dia menyukaimu, dia pasti sudah menyatakan cinta sejak kalian kuliah. Tapi itu tidak pernah terjadi, bukan?" Rose mengangkat alis, bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil yang terasa seperti belati.Emma mendengus kasar, matanya menyipit dengan amarah yang membara. "Itu karena dia su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status