แชร์

Bab 180: Terlalu Sulit

ผู้เขียน: Salwa Maulidya
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-11-12 12:23:10

Satu minggu telah berlalu, dan kabut misteri mulai terkuak. Di balik laporan audit yang baru saja diterimanya, Mark menemukan potongan-potongan kebenaran yang tersembunyi, seperti lembaran rahasia yang kini tersingkap di hadapannya.

Perusahaan Kevin, yang rencananya akan ia akuisisi, ternyata dipenuhi dengan jejak-jejak kecurangan yang selama ini terbungkus rapat di balik dinding-dinding berlapis emas.

"Berikut laporan yang sudah kami periksa, Tuan," ujar Henry, suara tenangnya menyiratkan kepastian. "Seperti dugaan Anda. Memang benar, Tuan Kevin telah melakukan berbagai transaksi ilegal, memanipulasi data, dan tidak melaporkan keuangan dengan benar."

Mark mengulurkan tangannya, mengambil dokumen yang penuh rahasia kelam itu. Dengan teliti, ia membaca satu per satu kesalahan yang telah dilakukan oleh Kevin selama menjadi CEO di Kv’s Group. Setiap lembar membawa aroma konspirasi yang telah lama membusuk, noda yang akan segera dituntaskan dengan keadilan.

Napasnya tertahan, lalu ia meng
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (7)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
g sabar lihat Kevin hancur se hancur hancurnya
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Siap siap kamu vin, mendapatkan pembalasan dari Mark
goodnovel comment avatar
aniek mardiana
si kepin fix tamat
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 181: Debat, Perkara Kecil

    Menjelang hari kelahiran yang semakin mendekat, Mark dan Dania melangkah memasuki mall dengan senyum yang tak mampu mereka sembunyikan, seolah dunia mereka kini berputar hanya di sekitar persiapan menyambut buah hati mereka.Deretan pakaian bayi yang lembut dan berwarna netral tampak begitu menggoda di mata mereka, seperti melambai-lambai, memanggil untuk dibawa pulang dan disiapkan dengan cinta."Sayang," Mark berbisik lembut, jemarinya menyentuh halus sepotong pakaian bayi yang mungil, "ini artinya kita akan membeli semua keperluan bayi kita dengan warna yang netral, kan?" Tatapan matanya terfokus pada baju-baju bayi yang lucu dan menggemaskan, seolah membayangkan si kecil sudah mengenakannya.Dania tersenyum dan mengangguk. "Iya, setelah lahir, kita bisa kembali berbelanja, memilih warna yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Jadi sekarang, kita beli seperlunya saja. Jangan terlalu banyak, ya." Nada suaranya lembut namun penuh kepastian, seolah ia sudah merencanakan semua dengan mata

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 182: Lelucon Mengundang Tawa

    Mark duduk santai di sofa ruang tengah, matanya mengikuti gerak para pelayan yang berdatangan membawa setumpuk barang belanjaan bayi yang baru saja ia dan Dania beli.Sorot matanya memancarkan kepuasan tersendiri, seolah setiap barang yang masuk ke rumah adalah simbol kecil dari kebahagiaan mereka yang kian dekat.Dania berdiri di dekatnya, memandang wajah suaminya dengan raut cemas. "Mark, kau tidak serius ingin membeli toko perlengkapan bayi tadi, kan?" tanyanya pelan, seolah berharap jawabannya hanyalah candaan.Mark hanya tersenyum santai, bibirnya melengkungkan senyuman tenang yang kerap memikat. "Kenapa tidak? Bayangkan saja, Sayang, nanti jika kau butuh apa pun untuk anak kita, tinggal ambil saja tanpa harus repot pergi ke tempat lain," katanya, seolah membeli satu toko bayi hanyalah keputusan kecil.Dania menarik napas panjang, matanya yang indah memancarkan keheranan sekaligus kelelahan menghadapi kegemaran Mark yang sering kali melampaui batas kewajaran."Mark, kalau begini,

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-13
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 183: Hari yang Menegangkan

    Dua hari kemudian, pagi itu diselimuti udara yang penuh ketegangan, seperti aliran angin dingin yang menggigit di antara kemeja dan kulit, membuat perasaan tak menentu merasuk ke dalam hati.Di tengah sunyi, hanya terdengar detak jarum jam yang pelan namun pasti, seolah menandai waktu yang terus beranjak mendekati saat-saat genting.Dania berdiri di hadapan Mark, jemari halusnya merapikan dasi suaminya dengan penuh kelembutan, sentuhan yang nyaris seperti mantra penenang bagi keduanya.Mata mereka saling bertemu, dan Mark, dengan nada penuh ketegasan namun tetap lembut, bertanya, “Apa kau benar-benar yakin ingin ikut ke sana?”Dania mengangguk, mata cokelatnya yang tenang menyiratkan api kecil keberanian yang semakin membara. “Aku ingin bertemu dengan Bibi Angel. Ada yang ingin aku bicarakan dengannya,” ucapnya pelan namun penuh keyakinan, suaranya hampir seperti bisikan yang hanya ingin ia sampaikan kepada angin.Mark memperhatikan Dania yang kini memasukkan ponselnya ke dalam tas, r

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 184: Sidang Putusan Angel

    Sidang dimulai!Ruangan beraroma kayu tua terasa dingin, penuh sesak oleh keheningan yang menekan, seperti napas tertahan yang memenuhi setiap sudutnya.Hakim, dengan wajah yang tampak kokoh dan sorot mata yang menusuk, mengangkat berkas perkara Angel, menatap sekilas ke arah tersangka sebelum mulai berbicara dengan nada mantap, setiap kata bagaikan palu yang menghantam keras di telinga mereka yang hadir.“Sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan tim,” suara hakim menggema, memecah keheningan yang mencekam, “Nyonya Angel menerima uang dari Tuan Kevin sebanyak lima juta dolar secara tunai dengan tujuan mencuci namanya dalam rekening yang ternoda. Semua demi memberikan laporan palsu atas kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu.”Setiap kata yang meluncur dari bibir hakim menyelinap dalam, menampar wajah Angel, yang kini hanya menunduk, seakan dosa-dosa lamanya perlahan terkuak, dilihat telanjang di hadapan hukum. Hakim melanjutkan, nada suaranya semakin tegas, bagai guruh yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-14
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 185: Penjelasan Mengerikan

    Kata-kata itu bagai anak panah beracun yang menembus kedalaman jiwa. Ruangan kecil itu terasa semakin mencekam, seolah-olah setiap dindingnya menyerap segala pengkhianatan yang terkuak perlahan-lahan.Mark menatap Dania dengan kening yang berkerut tajam, alisnya tertaut dalam keterkejutan yang nyata, seolah tak percaya dengan kenyataan yang baru saja disampaikan istrinya.Napasnya tertahan, mata cokelatnya mencari jawaban dalam tatapan tenang Dania, wanita yang selalu ia coba lindungi namun selama ini ternyata tak pernah benar-benar aman dari niat jahat keluarganya sendiri.“Sayang,” ucap Mark pelan, suaranya bergetar dengan emosi yang sulit disembunyikan. “Apa maksudmu bicara seperti itu?” Ia benar-benar terkejut, setiap kata yang keluar dari bibir Dania mengukir kemarahan yang mulai membara dalam dirinya.Dania menarik napas panjang, dalam, seolah mengumpulkan keberanian untuk membuka kembali lembaran kelam yang selama ini ia sem

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 186: Semakin Mencekam

    Sidang Kevin berlangsung dalam ketegangan yang pekat, atmosfer ruang sidang dipenuhi oleh desakan argumen dan tatapan tajam para pengacara.Di tengah hiruk-pikuk itu, Mark duduk membatu, menatap kosong ke depan. Tatapannya seolah melewati semua orang di ruangan itu, terperangkap dalam labirin pikirannya sendiri.Kata-kata Angel berputar di benaknya, mengguncang stabilitas hatinya seperti badai yang tak kunjung reda."Mark?" suara lembut Dania menyusup ke dalam lamunannya. Ia merasakan genggaman hangat di tangannya.Mata Dania mencari-cari ketenangan dalam diri suaminya, namun yang ditemuinya hanya bayangan kelelahan yang mengintip di balik senyum sayu di bibirnya.Mark menoleh perlahan, senyumnya tipis namun penuh kepasrahan. “Aku baik-baik saja, Sayang,” ujarnya, namun suaranya seakan kehilangan semangat yang biasa menyertainya. “Kita dengarkan saja pernyataan hakim.”Dania mengangguk kecil, meski kegelisahan masih menyelimuti dirinya. Tangannya tergerak mengusap perutnya yang terasa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 187: Proses yang Menegangkan

    Dania dilarikan ke rumah sakit setelah Mark melihat dress yang dikenakan istrinya basah oleh ketuban yang pecah, seperti tanda alam bahwa sebuah keajaiban akan segera lahir dari rasa sakit.Suasana di dalam mobil terasa begitu tegang, dengan nafas Mark yang terdengar berat, menyaingi denyut nadinya yang berpacu dengan kekhawatiran.Sesampainya di rumah sakit, langkah Mark terasa tergesa, hampir tak seimbang, saat ia mendorong ranjang dorong tempat Dania berbaring dengan wajah pucat dan bibir yang terus merintih menahan sakit.Pandangannya tak pernah lepas dari Dania, tangannya tak pernah berhenti menggenggam tangan istrinya, seolah hanya dengan itu ia bisa membagi sebagian rasa sakit yang tak mungkin ia rasakan.“Aku di sini, Sayang. Aku tidak akan ke mana-mana,” bisik Mark dengan suara lembut namun tegas, sembari menempelkan bibirnya ke kening Dania yang basah oleh peluh. Ciumannya adalah janjinya, dan genggaman tangannya adalah buktinya.“Sakit, Mark ….” keluh Dania dengan suara yan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 188: Welcome, Baby Girl

    Tapi ingatan itu, kejadian tiga puluh satu tahun lalu, adalah luka yang terus berdenyut di sudut hati Amy.Bayangan pendarahan itu seperti sungai merah yang tak kunjung surut dalam pikirannya, menyapu semua mimpi tentang anak yang tak pernah sempat ia peluk.Bayi kecil itu, yang bahkan belum sempat membuka mata untuk melihat dunia, pergi hanya lima menit setelah ia dibawa ke ruang bayi.Lima menit yang terasa seperti abadi, waktu yang cukup untuk menghancurkan hati seorang ibu.Amy hampir gila setelahnya, hidupnya seperti kapal karam yang tak pernah benar-benar bisa berlayar lagi.Ditambah hari itu, di rumah sakit yang sama, Sarah melahirkan dengan selamat.Bayi Sarah, anak yang bahkan tidak pernah dinanti dengan sepenuh hati oleh Alex, datang ke dunia tanpa drama yang membekas.Kehidupan kadang terasa begitu ironis, memahat luka di hati yang paling rentan.“Dan bayi yang tidak diinginkan oleh Alex kini tumbuh menjadi anak yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2024-11-17

บทล่าสุด

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   END~

    Satu tahun kemudian ….Clara berdiri di depan jendela apartemen milik Stevan. Lalu pria itu menghampirinya dan memeluk wanita itu dari belakang dan mencium pipinya dengan lembut.“Hi, Stev.”“Hm. Kau tahu? Apa yang sudah ayahmu bicarakan tadi di ruang meeting?” ucap Stevan dengan suara beratnya.“Apa?” tanyanya ingin tahu.Stevan menghela napasnya dengan panjang. “Dia menagih cucu padaku.”Clara yang mendengarnya sontak tertawa. Ia kemudian membalikan badanya dan menatap Stevan.“Lalu, apa jawabanmu?” tanyanya kemudian.Stevan mengendikan bahunya. Ia lalu mengambil sesuatu di dalam saku celananya dan membukanya.Sontak Clara menutup mulutnya dengan mata membola melihatnya. “Stevan ….”“Clara. Kita sudah melewati perjalanan yang cukup panjang. Aku telah mencintaimu sejak kau masih remaja, aku telah menyayangimu sejak kau lahir ke dunia. Aku tahu, kau adalah takdir yang telah Tuhan tentukan untukku.“Meski us

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Permintaan Clara

    Tiba-tiba, suara dentingan terdengar. Begitu cepat. Tanpa Emma sadari. Mike menendang meja. Meja menjadi miring lalu membuat pisau di tangan Emma terpental.Tring! Pisau menjauh dari Emma. Stevan bergerak dalam hitungan detik.Ia meraih lengan Emma, memelintirnya ke belakang, membuat wanita itu berteriak kesakitan.Clara tersungkur ke lantai saat Stevan berhasil menjatuhkan Emma.Napasnya memburu. "Mmmh ..." mulut itu terikat. Clara tak bisa bicara apapun.“Permainanmu selesai,” desisnya.Emma menatapnya, matanya dipenuhi amarah dan kepedihan.“Tapi aku mencintaimu …”Stevan memejamkan mata sejenak, lalu menarik napas dalam-dalam.“Tidak, Emma.” Ia menatapnya tajam. “Ini bukan cinta, tapi obsesi. Aku tidak pernah mencintaimu dan kau salah mengartikan semuanya. Bahkan kau pun tahu sejak dulu pun aku hanya mencintai Clara.”“Sekali lagi kutegas

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Ancaman Gila

    Emma menyimpan pisaunya kembali, tetapi sorot matanya tetap menakutkan. Clara menelan ludah dengan susah payah, merasakan jantungnya berdegup begitu keras seakan ingin menerobos keluar dari dadanya.Keringat dingin mengalir di pelipisnya, membasahi kulitnya yang sudah pucat.Emma berjalan ke pintu dengan langkah santai, seolah semua ini hanya permainan baginya. Namun, sebelum keluar, ia berhenti dan berbalik."Oh, dan satu hal lagi, Clara …"Clara menahan napas, tubuhnya menegang. Tenggorokannya terasa kering, seolah ada simpul yang mengikatnya erat dari dalam."Aku ingin dia melihatmu dalam keadaan paling menyedihkan sebelum akhirnya aku menghilangkanmu dari dunia ini."Senyuman Emma penuh kepuasan, seperti seorang seniman yang baru saja menyempurnakan mahakaryanya yang keji.Kemudian, dengan gerakan lambat yang disengaja, ia mendorong pintu gudang hingga tertutup dengan suara berderak, menggema di ruang kosong yang dingin.

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Sudah Dalam Perjalanan

    "Hahaha, lelaki lemah. Kau mau apa? Menangisi wanitamu? Kau memang pantas ku buang sebagai rekanku. Aku tidak suka lelaki lemah sepertimu." Emma merasa menang. Desain tawanya begitu liar."Clara? Ini berbahaya, Emma. Kendalikan dirimu!""Mike, aku ... Aku hanya mengajaknya bermain. Kau tahu, dia selalu menghalangi jalanku. Aku hanya ingin memberinya pelajaran." Suara Emma santai tanpa rasa bersalah sama sekali."Emma, jangan lakukan ini!" suara Mike meninggi, tangannya mengepal. "Kau sudah cukup membuat kekacauan!""Oh, Mike, kau selalu terlalu baik l… atau terlalu bodoh? Aku ingin melihat sampai sejauh mana kau dan Stevan bisa melindungi wanita ini. Sekarang dia ada di tanganku. Jika kau ingin menolongnya, ajak Stevan dan temui aku."“Apa yang kau lakukan pada Clara?” Mike menggertakkan giginya.Tawa Emma terdengar lebih keras. "Ah, kau akan melihatnya sendiri. Aku akan mengirim lokasi. Tapi jangan terlambat… atau

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Hanya Ingin Berbagi Kebahagiaan

    Beberapa detik kemudian, ponselnya bergetar."Seperti yang kau minta. Semuanya akan berjalan lancar."Emma tersenyum puas. Ia meletakkan ponsel itu kembali dan merapikan rambutnya di depan cermin."Malam ini akan menjadi malam yang panjang," bisiknya.Ia meraih mantel, mengenakannya dengan gerakan anggun, lalu mengambil kunci mobilnya dari meja. Satu tarikan napas panjang, satu langkah menuju pintu.Ia keluar dari kamar, menutup pintu dengan tenang.Ponselnya ia tekan. Bukan ponsel yang biasa ia gunakan. Ponsel lain dan nomor ponsel yang baru, telah ia siapkan kemarin."Nona Clara. Apa anda putri dari Tuan Mark? Papa Anda mengalami kecelakaan lalu lintas, saya menolongnya dan tuan Mark sekarang ada di Alvarado hospital medicare center. Tolong datang segera, karena saya harus mengejar jadwal penerbangan saya.""APAA?! ba-baiklah saya segera datang. Terima kasih Nona telah menolong Daddy." Hiks."Apakah Daddy baik-baik saj

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Pastikan Semuanya Siap

    Ia memiringkan kepala, tatapannya terpaku pada sosok Stevan di kejauhan. Mata hitamnya membesar, membulat seakan ia baru saja melihat sesuatu yang indah.Jantungnya berdetak lebih cepat. Pipinya merona."Ah, Stevan …" gumamnya, suaranya terdengar seperti seorang gadis jatuh cinta. "Kau masih tampan sekali. Bahkan dari kejauhan sekalipun!"Ia menempelkan telapak tangan ke pipinya sendiri, memejamkan mata, membayangkan sesuatu.Pernikahan mereka. Stevan di altar, mengenakan jas putih. Ia di sisinya, mengenakan gaun yang memesona. Semua orang tersenyum bahagia.Ya … itulah yang seharusnya terjadi setelah ini.Emma membuka matanya, ekspresinya berubah. Rahangnya mengeras, napasnya semakin cepat."Tapi sebelum aku menjemputmu, sayang …"Tangannya menyelip masuk ke dalam tas kecilnya. Jemarinya bergerak lincah, mencari sesuatu.Lalu, sesuatu berkilau di bawah lampu. Pisau kecil dengan ukiran indah di gagan

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Jaga Clara

    Bodyguard pertama yang mencoba melawan. Namun, Randy dengan cepat menghindar dan menghantamkan pukulan yang kuat.Pria itu jatuh ke lantai mengerang. Tidak bisa bergerak. Bodyguard kedua mencoba menahan Randy. Tapi tidak berhasil.Seperti seorang pria yang sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawa anaknya, Randy mengamuk, membabi buta, tidak memberi ampun.Mike tergeletak di tanah. Wajahnya penuh dengan cairan merah pekat. Dan tubuhnya semakin tak berdaya.Di sebelahnya, Randy berjongkok, memeriksa keadaan anaknya. Mike masih bernapas, meskipun dengan susah payah."Mike bertahanlah." Randy berteriak, mengguncang bahu.Mike berharap ada reaksi. Tetapi Mike tidak bergerak. Cairan merah pekat itu mengalir deras dari luka-lukanya. Dan tubuhnya terasa dingin.Emma yang masih berdiri di kejauhan, karena perkelahian bodyguardnya, menyaksikan semua amukan Randy dengan tatapan penuh kebencian."Kau akan mati, Mike. Tidak ada yang bisa m

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Semakin Menggila

    Sementara itu, di dalam mobil, Emma duduk dengan gelisah. Matanya menatap tajam ke depan, namun pikirannya jauh melayang.Botol wine di tangan kanannya hampir kosong, dan dagunya basah oleh sisa-sisa cairan yang tumpah.Ia tampak marah, kecewa, dan sangat kesal. Rasa sakit yang menggerogoti dirinya akibat kehadiran Clara begitu menyakitkan."Stevan…!" gumamnya dengan geram, suara hatinya penuh kebencian. "Kenapa dia harus ada di sana? Apa dia pikir aku tidak tahu apa yang sedang terjadi?"Emma meneguk wine lagi, tanpa peduli dengan keadaan dirinya yang semakin kacau. Ia merasakan ketidakmampuan untuk mengendalikan situasi ini."Kau pikir bisa menghindar, Stevan? Tidak. Aku akan pastikan Clara tahu siapa yang sebenarnya dia hadapi. Tidak ada yang akan bisa menghalangi rencanaku!"Tangannya yang gemetar memegang kemudi, namun di dalam dirinya, ada dorongan tak terhentikan untuk melanjutkan permainan berbahaya ini.Ia tahu bahwa j

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Cemas yang Berlebih

    Clara merapatkan mantelnya ketika angin malam menyelinap melalui serat kainnya. Ia baru saja keluar dari perpustakaan kampus setelah menyelesaikan tugas yang tertunda.Tatapan itu. Perasaan diawasi kembali lagi. Bahkan kali ini orang itu mengikutinya.Awalnya, ia mengira hanya kebetulan. Mungkin efek dari kurang tidur, atau mungkin hanya pikirannya yang terlalu waspada sejak Stevan memperingatkannya soal Mike.Tapi semakin hari, semakin sering ia merasakan kehadiran tak kasat mata yang seolah mengikuti setiap gerakannya.Ia menoleh ke belakang.Jalanan kampus hampir sepi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan jauh di depannya.Lampu jalan menerangi trotoar dengan temaram, menciptakan bayangan panjang yang bergerak setiap kali angin menggoyangkan dahan pepohonan.Tidak ada siapa pun di sana.Clara meneguk ludah, mencoba menenangkan dirinya.“Hanya perasaanmu saja,” gumamnya pelan.Namun, saat ia kembali melangkah, bulu kuduknya meremang. Ada suara langkah kaki di belakangnya—terde

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status