Home / Romansa / Terjerat Cinta CEO Dingin / Bab 184: Sidang Putusan Angel

Share

Bab 184: Sidang Putusan Angel

last update Last Updated: 2024-11-14 22:39:17

Sidang dimulai!

Ruangan beraroma kayu tua terasa dingin, penuh sesak oleh keheningan yang menekan, seperti napas tertahan yang memenuhi setiap sudutnya.

Hakim, dengan wajah yang tampak kokoh dan sorot mata yang menusuk, mengangkat berkas perkara Angel, menatap sekilas ke arah tersangka sebelum mulai berbicara dengan nada mantap, setiap kata bagaikan palu yang menghantam keras di telinga mereka yang hadir.

“Sesuai dengan pemeriksaan yang telah dilakukan tim,” suara hakim menggema, memecah keheningan yang mencekam, “Nyonya Angel menerima uang dari Tuan Kevin sebanyak lima juta dolar secara tunai dengan tujuan mencuci namanya dalam rekening yang ternoda. Semua demi memberikan laporan palsu atas kecelakaan yang terjadi dua belas tahun lalu.”

Setiap kata yang meluncur dari bibir hakim menyelinap dalam, menampar wajah Angel, yang kini hanya menunduk, seakan dosa-dosa lamanya perlahan terkuak, dilihat telanjang di hadapan hukum. Hakim melanjutkan, nada suaranya semakin tegas, bagai guruh yan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
dih giliran saat hukuman dia ungkit balas Budihelloioo balas Budi mah sama orang baik,orang jahat biar dibalas budinya bakal tetep kena karma tauuu
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Angel kamu tuh salah masih aja bersikap kurang ajar sama dania mana membahas balas budi lagi
goodnovel comment avatar
Voni Oktavia93
mampus kamu angel harusnya hukuman 5th itu kurang buatmu angel
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 185: Penjelasan Mengerikan

    Kata-kata itu bagai anak panah beracun yang menembus kedalaman jiwa. Ruangan kecil itu terasa semakin mencekam, seolah-olah setiap dindingnya menyerap segala pengkhianatan yang terkuak perlahan-lahan.Mark menatap Dania dengan kening yang berkerut tajam, alisnya tertaut dalam keterkejutan yang nyata, seolah tak percaya dengan kenyataan yang baru saja disampaikan istrinya.Napasnya tertahan, mata cokelatnya mencari jawaban dalam tatapan tenang Dania, wanita yang selalu ia coba lindungi namun selama ini ternyata tak pernah benar-benar aman dari niat jahat keluarganya sendiri.“Sayang,” ucap Mark pelan, suaranya bergetar dengan emosi yang sulit disembunyikan. “Apa maksudmu bicara seperti itu?” Ia benar-benar terkejut, setiap kata yang keluar dari bibir Dania mengukir kemarahan yang mulai membara dalam dirinya.Dania menarik napas panjang, dalam, seolah mengumpulkan keberanian untuk membuka kembali lembaran kelam yang selama ini ia sem

    Last Updated : 2024-11-15
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 186: Semakin Mencekam

    Sidang Kevin berlangsung dalam ketegangan yang pekat, atmosfer ruang sidang dipenuhi oleh desakan argumen dan tatapan tajam para pengacara.Di tengah hiruk-pikuk itu, Mark duduk membatu, menatap kosong ke depan. Tatapannya seolah melewati semua orang di ruangan itu, terperangkap dalam labirin pikirannya sendiri.Kata-kata Angel berputar di benaknya, mengguncang stabilitas hatinya seperti badai yang tak kunjung reda."Mark?" suara lembut Dania menyusup ke dalam lamunannya. Ia merasakan genggaman hangat di tangannya.Mata Dania mencari-cari ketenangan dalam diri suaminya, namun yang ditemuinya hanya bayangan kelelahan yang mengintip di balik senyum sayu di bibirnya.Mark menoleh perlahan, senyumnya tipis namun penuh kepasrahan. “Aku baik-baik saja, Sayang,” ujarnya, namun suaranya seakan kehilangan semangat yang biasa menyertainya. “Kita dengarkan saja pernyataan hakim.”Dania mengangguk kecil, meski kegelisahan masih menyelimuti dirinya. Tangannya tergerak mengusap perutnya yang terasa

    Last Updated : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 187: Proses yang Menegangkan

    Dania dilarikan ke rumah sakit setelah Mark melihat dress yang dikenakan istrinya basah oleh ketuban yang pecah, seperti tanda alam bahwa sebuah keajaiban akan segera lahir dari rasa sakit.Suasana di dalam mobil terasa begitu tegang, dengan nafas Mark yang terdengar berat, menyaingi denyut nadinya yang berpacu dengan kekhawatiran.Sesampainya di rumah sakit, langkah Mark terasa tergesa, hampir tak seimbang, saat ia mendorong ranjang dorong tempat Dania berbaring dengan wajah pucat dan bibir yang terus merintih menahan sakit.Pandangannya tak pernah lepas dari Dania, tangannya tak pernah berhenti menggenggam tangan istrinya, seolah hanya dengan itu ia bisa membagi sebagian rasa sakit yang tak mungkin ia rasakan.“Aku di sini, Sayang. Aku tidak akan ke mana-mana,” bisik Mark dengan suara lembut namun tegas, sembari menempelkan bibirnya ke kening Dania yang basah oleh peluh. Ciumannya adalah janjinya, dan genggaman tangannya adalah buktinya.“Sakit, Mark ….” keluh Dania dengan suara yan

    Last Updated : 2024-11-16
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 188: Welcome, Baby Girl

    Tapi ingatan itu, kejadian tiga puluh satu tahun lalu, adalah luka yang terus berdenyut di sudut hati Amy.Bayangan pendarahan itu seperti sungai merah yang tak kunjung surut dalam pikirannya, menyapu semua mimpi tentang anak yang tak pernah sempat ia peluk.Bayi kecil itu, yang bahkan belum sempat membuka mata untuk melihat dunia, pergi hanya lima menit setelah ia dibawa ke ruang bayi.Lima menit yang terasa seperti abadi, waktu yang cukup untuk menghancurkan hati seorang ibu.Amy hampir gila setelahnya, hidupnya seperti kapal karam yang tak pernah benar-benar bisa berlayar lagi.Ditambah hari itu, di rumah sakit yang sama, Sarah melahirkan dengan selamat.Bayi Sarah, anak yang bahkan tidak pernah dinanti dengan sepenuh hati oleh Alex, datang ke dunia tanpa drama yang membekas.Kehidupan kadang terasa begitu ironis, memahat luka di hati yang paling rentan.“Dan bayi yang tidak diinginkan oleh Alex kini tumbuh menjadi anak yang

    Last Updated : 2024-11-17
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 189: Nama yang Indah

    Satu hari setelah melahirkan, Dania sudah diperbolehkan pulang. Langit cerah menyambutnya di halaman rumah, memancarkan sinar lembut yang seolah memberkati langkah barunya sebagai seorang ibu.Sambutan hangat dari para pegawai dan keluarga besar membuat matanya berkaca-kaca, hati kecilnya berdesir oleh rasa syukur yang tiada terhingga.“Welcome home, Dania!” seru Sesil dengan nada yang begitu riang, suaranya seperti alunan melodi yang menghidupkan suasana.Dania merengkuh Sesil erat-erat, seakan ingin menuangkan seluruh emosinya dalam pelukan itu. Wangi parfum Sesil yang lembut dan familiar menyelimuti Dania, memberikan rasa nyaman yang sulit ia ungkapkan dengan kata-kata.“Terima kasih, Sesil. Aku sangat terharu,” ucapnya dengan suara yang hampir pecah, seakan seluruh bebannya luruh begitu saja.“Kau sudah menjadi bagian dari keluarga kami, Dania.” Sesil mengusap punggung Dania dengan kelembutan seorang kakak, seperti angin musim semi yang membawa ketenangan.Namun, hangatnya momen i

    Last Updated : 2024-11-17
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 190: Hanya Anak Angkat

    Dania yang sedang menyantap sandwich berhenti sejenak, tangannya melayang di udara sebelum dengan cepat ia menoleh ke arah Sesil.Gadis itu sedang asyik memutar-mutar garpu di dalam sepiring pasta, tatapannya tampak biasa saja, namun cerita yang baru saja ia sampaikan benar-benar membuat Dania terpaku.“Anak angkat?” ulang Dania, suaranya lebih seperti bisikan yang mengalun pelan, mencoba menegaskan apa yang barusan ia dengar.Sesil mengangguk pelan, gerakan kepalanya seperti daun yang bergoyang lembut dihembus angin. “Ya. Dua belas tahun yang lalu. Anak itu ditinggalkan di taman dekat rumah Paman Sean.”Ia berhenti sejenak, napasnya menghela panjang, seperti menelusuri kembali memori yang sarat emosi. “Lalu, dibawa ke rumah sakit untuk mencari tahu identitasnya. Tapi, tak ada satu pun petunjuk yang ditemukan.”Mata Dania sedikit melebar, hatinya mencubit halus mendengar kisah itu.“Paman Sean dan Bi

    Last Updated : 2024-11-18
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 191: Dia Sangat Briliant

    “Mark. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.”Suara Sean mengisi ruangan seperti angin yang menyelinap perlahan, memecah kesunyian kantor yang hanya diisi suara pelan dering telepon dan denting keyboard.Ia melangkah mendekat, melewati meja besar di mana Mark duduk dengan ekspresi serius, tangannya sibuk membalik halaman dokumen yang tampaknya penuh dengan angka dan strategi. Dua hari absen dari kantor tampaknya tidak mengendurkan dedikasinya.Mark mengangkat kepalanya perlahan, mata kelamnya bertemu dengan Sean. “Duduklah, Paman. Apa yang ingin kau bicarakan?” tanyanya, suaranya tenang namun penuh kendali, seperti biasanya. Ia menutup dokumen yang sedang ia periksa, menyisihkan pekerjaannya untuk memberi perhatian penuh.Sean menarik kursi dan duduk, tubuhnya terlihat tegang meskipun ia mencoba untuk tetap tenang. “Apa kau masih ingin mengambil alih perusahaan milik Kevin?” tanyanya langsung, tanpa basa-basi. “T

    Last Updated : 2024-11-18
  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 192: Deep Talk

    Dania melangkah perlahan menghampiri Mark yang berdiri diam di depan jendela, tubuhnya mematung seperti patung marmer yang menyerap kesunyian malam.Pemandangan kota yang berkilauan di balik kaca memantulkan bayangan suram di wajahnya, sementara matanya tampak menerawang, tenggelam dalam lautan pikirannya sendiri.Ia baru saja selesai menidurkan bayi Clara, menyusui dengan lembut hingga bayi kecil itu tenggelam dalam mimpi tanpa beban. Langkahnya terhenti beberapa inci dari punggung suaminya yang tegap namun penuh beban. “Mark?” panggilnya lembut, suaranya seperti aliran air yang berusaha menyejukkan tanah yang gersang.Mark menoleh perlahan, senyum tipis menghiasi wajahnya, meski matanya menyimpan bayang-bayang gelisah yang tak mampu disembunyikan. “Clara sudah tidur, hm?” tanyanya dengan nada pelan, hampir seperti bisikan.Dania mengangguk, bibirnya melengkung dalam senyum kecil. “Ya, sudah. Apa yang sedang kau pikirkan? Sidang ayahmu besok?” Suaranya mengandung kekhawatiran yang le

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Tidak Seharusnya Meragukannya

    Stevan mengerutkan keningnya, sorot matanya tertuju pada Clara yang sedari tadi hanya memutar-mutar spaghettinya tanpa minat.Piring di depannya terlihat seperti kanvas yang hanya dilukis separuh hati, gerakan garpu yang berulang menciptakan pola tanpa arah, mencerminkan pikiran yang penuh gejolak.Mereka kini duduk di sebuah restoran kecil nan hangat, dindingnya dihiasi lukisan klasik yang seolah ingin membawa pengunjung ke era lampau.Di luar, matahari siang mengintip malu-malu dari balik awan kelabu, sinarnya yang redup memantul lembut di permukaan meja kayu tempat mereka duduk.“Honey?” panggil Stevan, suaranya penuh perhatian, seperti alunan nada piano yang lembut di tengah hening.“Are you okay?” tanyanya dengan nada sedikit cemas, matanya menatap Clara dengan intensitas yang sulit diabaikan.Clara mendongakkan kepala, memandang Stevan dengan mata yang tampak berkilau namun terselubung bayangan kegelisahan. “Ya. I’m okay,” ucapnya lirih, bibirnya yang pucat membentuk senyum tipi

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Percakapan Random Keluarga Evander

    "Clara? Apa kau tidak merasakan sesuatu?"Suara Mark memecah keheningan dengan nada yang tenang namun penuh teka-teki, seperti bisikan angin malam yang membawa rahasia gelap dari kejauhan.Tatapan matanya mengunci Clara, seolah mencari jawaban yang tak pernah terucap."Apa maksudmu, Dad? Aku tidak mengerti sedikit pun," jawab Clara dengan alis yang berkerut.Ia melanjutkan kunyahannya pada cokelat batang yang mulai meleleh di sudut bibirnya, sementara matanya terpaku pada lembaran buku yang baru saja dibelinya.Mark menghela napas panjang, mengangkat kepalanya perlahan seolah mencari kata-kata yang tepat di langit-langit ruang tamu yang redup. “Sudah berapa lama kau dan Stevan menjalin hubungan?”Pertanyaan itu melayang di udara seperti percikan api kecil di tengah kabut, membakar rasa penasaran dalam dada Clara.Clara melirik ke arah ayahnya dengan pandangan setengah penasaran, setengah jengkel. Jarinya mengetuk meja, menghitung pelan.“Sepertinya sudah mau lima bulan. Kenapa, Dad? A

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 251: Makan Malam Keluarga Besar

    Mark mengundang Stevan, Sean, Amy, dan juga Lisa untuk makan malam di rumahnya. Clara sendiri tidak tahu jika Mark mengadakan makan malam ini, sehingga suasana di meja makan terasa lebih intim, namun ada juga ketegangan yang menggantung di udara.“Terima kasih atas kehadirannya di acara makan malam ini,” ucap Mark dengan suara berat, matanya menyapu ke seluruh wajah yang hadir, memberikan kesan bahwa setiap kata yang keluar dari bibirnya tidak bisa dianggap remeh.Clara menoleh ke arah Samuel, merasakan kegelisahan yang mulai tumbuh di dada. Pria itu hanya mengendikan bahunya, tanda bahwa dia pun tak tahu jika Mark mengundang orang tuanya dan ibu Stevan ke rumah mereka malam ini.“Terima kasih juga sudah mengundangku pada acara ini, Mark,” ucap Lisa dengan nada lembutnya, namun ada nada yang agak dipaksakan dalam suaranya, seperti yang sering terlihat pada orang yang berusaha menyembunyikan perasaan tidak nyaman.Mark tersenyum tip

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 250: Tindakan yang Membuat Mabuk Kepayang

    “Apa yang kau bawa dari London? Aku sudah tidak sabar melihatnya.” Clara, yang sebelumnya bersumpah tidak akan memaafkan Stevan, justru merasa seolah tak bisa menjauh dari pria itu.Pertahanannya luluh, begitu cepat dan begitu tiba-tiba, saat tatapan Stevan menyentuhnya dengan kekuatan yang tak terungkapkan.Ada sesuatu dalam mata pria itu yang begitu memikat, seakan ia menarik Clara ke dalam pusaran perasaan yang sulit ditolak.Stevan menatap wajah Clara dengan intensitas yang dalam, seakan ingin membaca setiap jejak emosi yang bersembunyi di dalamnya.Dengan gerakan yang begitu lembut namun penuh tekad, ia menarik wajah Clara mendekat.Bibir mereka bertemu dalam ciuman yang begitu mendalam, tak terduga, dan penuh gairah. Ciuman itu bukan sekadar pertanda rindu, melainkan sebuah ledakan emosi yang membakar seluruh penahanan mereka.Clara terkejut, hatinya berdebar dengan cepat dan hampir tak teratur. Ciuman itu datang tanpa aba-

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 249: Permintaan Maaf Stevan

    Dua minggu kemudian...Perpisahan Lisa dan Randy akhirnya resmi selesai, menyisakan babak baru yang dimulai dengan rasa lega bercampur keraguan.Di bawah langit kelabu New York yang seolah mengerti beratnya perjalanan ini, Lisa mengikuti langkah Stevan memasuki rumah sederhana yang telah disiapkan untuknya.“Ini rumahmu selama di sini,” ucap Stevan singkat, suaranya datar, tetapi ada sekilas kelembutan yang sulit disembunyikan.Lisa melangkah perlahan, matanya mengamati setiap sudut rumah dengan sorot yang sarat makna.Dinding putih bersih, perabotan minimalis, dan suasana hangat rumah itu memberi rasa nyaman yang sudah lama ia rindukan. Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, seolah menghapus jejak beban dari masa lalunya.“Terima kasih, Nak. Aku tidak akan merepotkanmu selama di sini,” ucapnya lembut, namun suaranya mengandung getar haru.Stevan hanya mengangguk tipis, wajahnya sulit dibaca. Hatinya terbelah&

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 248: Ancaman Mengerikan Randy

    Ketika pintu apartemen terbuka dengan suara berderit yang berat, Randy berdiri di ambang pintu, tatapan matanya seperti kilatan petir yang menyambar langit malam.Udara di dalam ruangan mendadak terasa dingin, menciptakan suasana tegang yang mengancam meledak kapan saja.“Kau,” desis Randy dengan suara serak yang dipenuhi kemarahan, langkahnya mendekati Stevan dengan berat seperti membawa dendam yang membara. “Kau yang telah menghasut ibumu untuk bercerai denganku, huh?”Stevan berdiri tegak di sisi ruangan, wajahnya tenang namun matanya menyala dengan amarah terpendam.“Memangnya kau masih mengharapkan ibuku?” tanyanya, suaranya tegas seperti pisau yang menusuk ke dalam.“Selama ini kau hanya memanfaatkan ibuku agar mau membujukku untuk membangun perusahaanmu, Tuan Randy yang terhormat.”Randy menggeram, tangannya mengepal hingga buku-bukunya memutih. “Kurang ajar!” ia men

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 247: Masih Berbaik Hati

    “Maaf, aku tidak memberitahumu karena urusanku sangat mendadak,” suara Stevan terdengar di seberang sana, tenang namun mengandung jejak kelelahan yang sulit disembunyikan.Clara menghela napas panjang, dadanya terasa sesak oleh kekhawatiran dan amarah yang bercampur menjadi satu. “Sekarang jelaskan, apa yang kau lakukan di sana sampai pergi mendadak seperti ini?” tanyanya, suaranya bergetar, antara menahan rasa kecewa dan desakan ingin tahu.“Ibuku memaksaku untuk datang,” jawab Stevan akhirnya, suaranya terdengar berat, seperti seseorang yang menanggung beban yang terlalu besar. “Suaminya mengancam akan membunuh ibuku jika aku tidak pergi, Clara. Meskipun dia sudah menyakitiku, dia tetap ibuku.”Kata-kata itu menggantung di udara, menusuk relung hati Clara. Ia menelan salivanya dengan pelan, mencoba meredakan gemuruh emosinya. “Memangnya ayah tirimu sejahat itu, Uncle?” tanyanya, nada suaranya penuh dengan campuran simpati dan ketakutan.“Entahlah,” Stevan menjawab, suaranya nyaris s

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 246: Kepergian yang Mendadak

    Clara melangkah mendekati Mark yang baru saja memasuki ruang tamu, aroma malam yang dingin masih menempel di jas kerjanya. Wajah lelaki itu tampak lelah, namun ia tetap menyunggingkan senyum kecil untuk putrinya.“Daddy... ada apa?” Clara membuka percakapan dengan nada gelisah, mata beningnya menatap wajah Mark dengan penuh kekhawatiran.“Kenapa kau baru pulang selarut ini? Uncle Stevan di mana?” Suaranya bergetar, seperti angin yang menyelinap di antara dedaunan malam.Mark, dengan gerakan lembut yang sarat kasih sayang, mengusap sisi kepala Clara, jari-jarinya menyisir rambut putrinya seperti angin musim gugur yang pelan menyapa dedaunan.“Stevan harus pergi ke London untuk mengurus orang tuanya, Clara,” jawabnya, suara baritonnya terdengar berat, seolah ada rahasia yang ingin ia sembunyikan di balik kata-katanya.Clara mengerutkan keningnya, tatapannya mengunci pada Mark, mencari kebenaran di balik penjelasan yang terasa terlalu datar.“Kenapa lagi dengan mereka, Dad?” tanyanya, su

  • Terjerat Cinta CEO Dingin   Bab 245: Sainganmu sudah Tiba

    “Mulai detik ini, aku yang akan menjadi pemimpin di kampus ini sesuai dengan perintah dari Daddy,” suara Emma menggema di ruang rapat seperti lonceng perak yang memancarkan kewibawaan.Tatapan tajamnya menyapu wajah-wajah di sekitarnya, memancarkan aura kepemimpinan yang tak terbantahkan. “Maka dari itu, beritahu aku apa pun yang terjadi di kampus ini.”Rapat pergantian pimpinan di Label’s University berlangsung dalam keheningan yang sarat dengan ketegangan.Emma telah menjejakkan langkahnya di New York, membawa ambisi dan tekad yang tak tertandingi untuk memimpin kampus itu.“Nyonya Aneth?” panggil Emma ketika rapat telah usai, suaranya dingin namun terukur, seperti angin musim dingin yang menyusup ke sela-sela jendela.“Ada yang bisa dibantu, Nona Emma?” Aneth menjawab dengan nada sopan, berdiri dengan tubuh tegap seperti seorang prajurit yang setia.“Anda mengenal mahasiswi bernama Clara Evander?” Tanya Emma, kali ini lebih menajamkan sorot matanya, seolah mencari jawaban yang lebi

DMCA.com Protection Status