Setelah mengunci pintu kamarnya, Nauval bergegas ke kamar mandi. Dia tersenyum melihat Nela yang tertidur kelelahan akibat ulahnya. Nela selalu menyetel ponselnya setiap tiba waktu sholat. Ketika azan berkumandang dari ponselnya dia segera bangun. Saat dia bangun Nauval telah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Nampak air menetes dari ujung rambutnya.Dengan mata yang masih mengantuk dia segera bangun dan meraih bajunya yang berserakan lalu mengenakannya. "Ku kira kau masih menikmati tidurmu, ayo buruan mandi setelah itu kita makan siang," ucap Nauval.Dengan wajah malu-malu Nela mengambil handuk dari dalam kopernya lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Sebelumnya dia masih mendengar suara Nauval."Jangan lama-lama mandinya!"Nela membersihkan dirinya dia harus mandi sebersih-bersihnya sebelum dia sholat. Kemudian dia segera keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk yang melilit di kepala."Maaf kak, belum terlalu lapar kan? Aku sholat dulu!"
Zaskia menelpon sambil menangis, dia mengadukan semua tingkah Nauval pada ibu Astrid."Jangan menangis nak, masih banyak cara untuk menyatukan kalian berdua, jika kau masih ingin menunggunya maka bersabarlah," hibur ibu Astrid dari balik telepon.Ibu Yanti menghampiri kakaknya tuan Budi."Kak, awasi istrimu, aku tak tahu apa yang akan dia lakukan pada menantumu itu, kulihat dia sangat ingin menyatukan Zaskia dengan Nauval."Tuan Budi menghela nafas dan berkata, "Aku sih tergantung Nauval saja, jika dia benar-benar mencintai Nela, bagaimanapun upaya Astrid semua tetap kembali pada pribadinya sendiri."Yanti merasa tidak puas dengan jawaban kakaknya, "Bagaimana jika Astrid menghalalkan segala cara untuk memisahkan mereka berdua?""Kau Ini seakan tak percaya Tuhan, jika Allah sudah menjodohkan mereka berdua maka tak ada yang bisa memisahkan mereka, sudah begini saja, sebaiknya kau tinggallah dulu di sini selama beberapa hari sampai Nela bisa beradaptasi di dalam rumah ini," pinta tuan Bu
Selama seminggu berada di rumah mertua, Nela melakukan semua rutinitas seperti biasanya, karena saudara ayah mertuanya terus mendampinginya sehingga tak ada rasa sungkan lagi, para maid menghormatinya sebagai nyonya Nauval.Ibu Astrid tersenyum sinis dia belum melakukan sesuatu sampai ketika adik iparnya kembali ke rumahnya dan Nauval kembali aktif di kantor mulailah dia berulah. Para maid dilarang membantu Nela memasak, semua pakaian kotor harus Nela sendiri yang mencucinya."Maafkan kami nyonya, nyonya besar melarang kami membantu anda" kata salah seorang maid yang bernama Eka.Nela sudah menduganya, tak biasanya tak seorang maid pun di dapur ketika dia bangun tidur hendak menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum ke kantor."Tidak apa-apa bi, aku bisa melakukannya sendiri," ucap Nela dengan tersenyum.Mungkin Tuhan sedang menguji kesabarannya, dulu ibu tirinya sekarang ibu mertuanya."Satu lagi nyonya, menurut nyonya besar pakaian kotor milik tuan dan nyonya muda di cuci sendiri, so
Tuan Budi menghubungi dokter keluarga, dia menyuruh maid mengangkat tubuh istrinya ke dalam kamar. Cukup kerepotan mengangkat tubuh berat majikannya, sehingga Dewi membantu mereka mengangkat sampai ke lantai dua. Tujuannya bukan untuk membantu mertua jahat itu tetapi membantu para maid agar tidak kerepotan.Dokter keluarga segera datang, dan langsung di tuntun maid ke kamar majikannya. Nampak oleh Dr. Leo dahi ibu Astrid lebam."Nyonya kenapa?" tanya Dr. Leo pada tuan Budi."Dia terpeleset di dapur!" jawab tuan Budi singkat.Dia masih marah pada istrinya, mungkin semua itu akibat dosa yang dilakukan Astrid pada menantunya makanya dia tak terlalu mempermasalahkannya. Dr. Leo melakukan tugasnya dengan baik, lalu menyerahkan beberapa butir obat yang harus di minum dan salep yang digunakan untuk mengobati lebam di dahi ibu Astrid."Sebentar lagi nyonya akan siuman, jangan lupa minumkan antibiotiknya sesuai aturan, saya permisi!"Dr. Leo di antar tuan Budi sampai ke ujung tangga, lalu tuan
Di rumah tuan Budi mempekerjakan asisten rumah tangga sebanyak dua puluh orang, tapi kemarin ibu Astrid telah memberhentikan enam orang di antaranya Koki dan tukang cuci.Ibu Astrid sengaja bekerja sama dengan maid kepala yang bernama Eka untuk mengerjai Nela.Eka yang sudah tahu kedatangan tuan mudanya segera menuju ke tempat jemuran."Bi Eka, aku ingin bicara!" Maid Eka terkejut saat melihat Nauval telah berdiri menghadangnya di depan pintu."Kemana maid yang lain?" tanya Nauval garang.Eka yang baru saja menaruh pakaian di keranjang terkejut dan mendongak."Eh tuan muda, maaf saya tak melihat anda. Ada enam maid mengundurkan diri hari ini tuan," jawab bibi Eka."Bagaimana mereka bisa mengundurkan diri bersamaan?" tanya Nauval."Saya tidak tau tuan, maafkan saya!" Maid kepala berdiri dengan kepala menunduk, dia kembali ke dapur dan melihat isterinya sudah membuka celemek lalu menyiapkan makan malam di atas meja."Temani aku makan!" pinta Nauval.Nela menatap suaminya sambil terseny
Gara-gara kejadian kemarin, hari ini Nauval enggan ke kantor, dia ingin menunjukkan pada ibunya akan kepeduliannya terhadap istrinya."Hari ini kau tak ke kantor?" tanya ibu Astri saat melihat Nauval hanya memakai pakaian rumahan ketika menikmati sarapannya di ruang makan."Sepertinya aku minta cuti untuk bulan madu agar kami secepatnya bisa memberikan cucu buat mama!" jawab Nauval.Dia menatap wajah ibunya lalu beralih ke wajah ayahnya yang terlihat tersenyum. Ibu Astrid cukup terkejut mendengar pengakuan anaknya ini."Mama masih tidak sehat, sampai kita belum menemukan pengganti maid yang mengundurkan diri jangan pergi dulu. Untuk memiliki anak kan tidak harus pergi berbulan madu, di rumah pun bisa."Ibu Astrid bersikap biasa saja, Dewi mendengar apa yang dikatakan ibu mertua Nela, maka dia harus mengawasinya. Setelah sarapan, ibu Astrid bersiap-siap pergi."Mama mau kemana? Bukankah dahinya masih lebam tuh!" tanya tuan Budi sambil mengingatkan."Mama mau ke tempat yayasan tenaga ker
Dewi pulang ke perumahan dan memberitahu Nathan dan Abilon apa yang sekarang terjadi di rumah mertua Nela. "Sebenarnya apa sih tujuannya?" tanya Nathan.Dia sedikit gusar mendengar cerita Dewi, adiknya itu belum juga menemukan kebahagiaannya. Sejak kecil sudah di intimidasi, sekarang setelah menikah mendapat perlakuan yang sama."Aku menduga mertua Nela mendesak Nauval agar segera punya anak, jika dalam beberapa bulan ke depan Nela tak kunjung hamil maka ibunya akan menyarankan pada Nauval untuk menikah lagi dan menceraikan Nela," jawab Dewi."Rasanya aku ingin membuat perhitungan dengan ibu Astrid!" ucap Abilon.Baginya Nela walau tak ada ikatan darah dengannya tetapi dia sudah menganggapnya sebagai ponakan."Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Nathan."Nela telah memintaku mencari beberapa jenis tanaman obat, dia meminta bantuan istrimu untuk meraciknya," jawab Dewi.Mereka terdiam beberapa saat, Linda muncul dari dapur membawa dua gelas teh hangat dan kudapan."Kenapa hanya ba
Nauval merasa lega karena melihat ibunya tak lagi mengintimidasi Nela, dia sudah bisa berkantor kembali seperti biasa. Bahkan saat sarapan ibunya malah menyuruhnya segera memberikan mereka cucu."Mama sudah tak sabar ingin punya cucu!" kata Astrid saat sarapan pagi.Nela memaksakan senyumnya saat mendengar ucapan ibu mertuanya, dia sudah bisa menduga rencana ibu mertuanya. Nela berdoa di dalam hati agar Tuhan segera memberikannya anak.Kini Nela dilarang memasak dan melakukan pekerjaan, bahkan mereka menyuruh Nela istirahat saja di kamarnya. Semua pekerjaan rumah dikerjakan maid, Nela dilarang ke dapur. Dia tahu penyebab pelarangan itu.Saat melihat Nela sudah naik ke lantai dua, ibu Astrid mendekati koki yang bernama Wati."Apa kau sudah mencampurkan obat yang ku berikan?" "Sudah nyonya, jika nyonya masih ragu sebaiknya nyonya saja yang melakukannya," jawab Wati.Karena tak ingin rencananya gagal, kini Astrid yang mencampurkan obat ke makanan Nela. Setiap kali hendak makan maka Ibu
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela