Nauval merasa lega karena melihat ibunya tak lagi mengintimidasi Nela, dia sudah bisa berkantor kembali seperti biasa. Bahkan saat sarapan ibunya malah menyuruhnya segera memberikan mereka cucu."Mama sudah tak sabar ingin punya cucu!" kata Astrid saat sarapan pagi.Nela memaksakan senyumnya saat mendengar ucapan ibu mertuanya, dia sudah bisa menduga rencana ibu mertuanya. Nela berdoa di dalam hati agar Tuhan segera memberikannya anak.Kini Nela dilarang memasak dan melakukan pekerjaan, bahkan mereka menyuruh Nela istirahat saja di kamarnya. Semua pekerjaan rumah dikerjakan maid, Nela dilarang ke dapur. Dia tahu penyebab pelarangan itu.Saat melihat Nela sudah naik ke lantai dua, ibu Astrid mendekati koki yang bernama Wati."Apa kau sudah mencampurkan obat yang ku berikan?" "Sudah nyonya, jika nyonya masih ragu sebaiknya nyonya saja yang melakukannya," jawab Wati.Karena tak ingin rencananya gagal, kini Astrid yang mencampurkan obat ke makanan Nela. Setiap kali hendak makan maka Ibu
Nauval mengajak Nela menemui dokter kandungan, saat mereka keluar dari rumah, ibu Astrid melihat dari balik jendela kamar dengan mencibir."Aku bisa pastikan kau mandul Nela!" senyumnya tersungging dengan sudut bibir yang terangkat ke atas.Setibanya di rumah sakit, Nela terlihat sangat tidak nyaman."Tidak apa-apa sayang, dokter akan memberikan solusi untuk kita," Nauval menenangkan Nela sambil menggenggam erat tangannya.Untunglah hari ini pasien cukup sepi, sehingga mereka tidak terlalu lama menunggu daftar antrian. "Nyonya Nela," panggil perawat.Nela dengan di dampingi suaminya masuk ke ruang praktek."Hmm, Nela nama yang bagus!" puji Dr. Leo. "Baru pertama berobat?" lanjutnya."I..iya dok!""Apa keluhannya?" tanya Dr. Leo"Begini dok, kami sudah tiga bulan menikah tapi istri saya belum menunjukkan tanda-tanda kehamilan," jawab Nauval.Dia yang mewakili istrinya yang terlihat sangat gugup. Dilihatnya papan nama dokter kandungan yang ternyata sama dengan nama dokter keluarga mer
Berusaha untuk terus berpikir positif itu sulit, tetapi Nela harus terus melakukannya. Dia mengusap-usap perutnya, dan terkadang sering mengajak janinnya ngobrol. Pagi ini Nela membantu koki memasak di dapur, walau koki melarangnya tetapi Nela tetap melakukannya. Koki yang bernama Wati ini merasa tidak nyaman. Kemarin dia kena damprat dari nyonya besar gara-gara misi mereka gagal."Lihat! Sekarang dia malah hamil, jangan-jangan kau memberinya obat penyubur kandungan!" tuduh ibu Astrid."Kan nyonya yang mencampurkan obatnya!" elak Wati. Dia tak mau disalahkan dengan sesuatu yang tidak di lakukannya.Kini melihat Nela di dapur, Wati jadi merasa takut. Dia takut akan kena damprat lagi dari nyonya besar. Dia masih sangat membutuhkan pekerjaan ini, anak dan cucunya memerlukan biaya sekolah di kampung."Nyonya muda sebaiknya istirahat di kamar saja, biar saya dan beberapa maid yang akan memasak. Nyonya beritahu kami ingin makan apa, kami akan mengupayakan untuk memasak apa yang nyonya muda
Atas permintaan Nela, tak ada maid yang berani buka bicara atas insiden yang nyaris membuatnya terpeleset. Semua berlangsung dengan normal kembali.Ibu Astrid masuk ke ruang studio dan mencoba melihat rekaman CCTV. Dia tertegun saat melihat Nela yang menurut perkiraannya pasti jatuh itu malah terlihat sedikit melayang seakan ada yang menopang tubuhnya. "Apakah dia memiliki ilmu menjaga keseimbangan tubuh? Atau jangan-jangan dia memliki penjaga?" gumam ibu Astrid. Dia yang sudah bekerja sama dengan Maid kepala Eka, sengaja menyiramkan minyak goreng di dekat ruang makan. Ibu Astrid tak ingin bekerja sama dengan koki karena menurutnya kerja Wati tidak becus.Lalu dia melihat Nela sedang berbicara dengan beberapa maid. Dia ingin tahu apa yang di katakan menantunya itu. Ibu Astrid keluar dan memanggil salah seorang maid yang dilihatnya sempat berbincang dengan Nela."Apa yang dikatakan menantuku padamu hah?' tanya ibu Astrid."Nyonya muda hanya menyuruh kami membersihkan kamarnya nyonya!
Hanya karena ingin menyatukan Zaskia dan Nauval membuat ibu Astrid tidak menyadari jika dia berusaha menghilangkan salah satu penerusnya. Benar apa yang dikatakan Dewi, Ibu Astrid bukannya peduli tapi dia sangat penasaran bagaimana mungkin Nela tak jatuh, menurut perkiraannya, siapapun dia yang akan melintas di ruangan itu pasti akan jatuh. Dia berpikir mungkin saja Nela ada mahluk yang menjaganya, buktinya dia sudah mencampurkan berbagai macam obat pada makanan Nela, tapi menantunya itu malah hamil.Ibu Astrid memliki saudara sepupu yang indigo, dia berencana untuk memanggil saudaranya itu ke rumah. Tujuannya hanya ingin tahu siapa yang sering membantu Nela. Dia juga ingat bagaimana Nela bisa begitu mudahnya mencuci pakaian yang menumpuk. Padahal pakaian itu dengan mesin saja membutuhkan waktu yang lama, apa lagi hanya di cuci dengan tangan.Saat itu ibu Astrid sudah penasaran tetapi karena insiden yang menimpanya membuatnya lupa untuk mempermasalahkan hal itu.Tuan Budi baru saja ti
Ibu Astrid merasa tidak puas, dia sudah berupaya mendatangkan sepupu indigonya ke rumah namun tak menunjukkan hasil. Sepupunya itu malah menyudutkannya, ibu Astrid sangat gusar. Diam-diam dia menemui Zaskia untuk merencanakan sesuatu."Ibu mertua Nela berusaha mencari cara untuk mencelakai Nela!" lapor Dewi pada suaminya Abilon."Nenek sihir itu harus di beri pelajaran, mana ada mertua yang tak menginginkan cucunya lahir ke dunia?"Abilon sangat geram, jika bukan sedang menjalani ujian dia akan datang ke rumah Nauval dan memberikan pelajaran pada mertua jahat itu."Aku khawatir dia akan menghalalkan segala cara untuk memuluskan rencananya!" "Sekarang yang harus kau ikuti Ibu Astrid, kurasa Nela bisa menjaga dirinya sendir!" kata Abilon."Baiklah, besok pagi aku akan kesana!"Pagi hari semua penghuni rumah sudah bangun dan bersiap-siap untuk beraktivitas, Nauval bangun lebih awal dan mengumpulkan semua maid."Dengarkan baik-baik, aku tidak mau mendengar apapun yang menimpa istriku. Ka
Suasana mistik mulai terasa saat mereka memasuki sebuah desa. Dewi pun ikut merasakan hawa itu. Tubuhnya merinding, dia segera menggunakan ilmu menghilang agar tak dilihat oleh mahluk kasat mata seperti dirinya."Coba kita tanyakan pada pria tua yang sedang berjalan sendirian itu, siapa tau dia mengenalnya," tunjuk ibu Astrid pada pria tua yang memakai kaus berwarna biru.Zaskia menghentikan mobil di samping pria tua tersebut dan bertanya."Permisi pak, boleh tau rumah suhu dimana ya?" tanya Zaskia dengan sopan.Pria tua itu berhenti dan memandang mereka."Tabib Suhu?" tanyanya."Benar pak!""Oh rumahnya di atas gunung itu, mobil tak bisa masuk. Dulu rumah itu di tempati seorang tabib yang bernama Sonu tapi sudah lama sekali tabib itu tak terlihat dan kini sudah berganti dengan pria tua yang bernama Suhu!" ucap pria tua itu."Makasih pak!" Zaskia meneruskan mobilnya sampai ke arah gunung. Dia lalu memarkirkan mobilnya di depan pos kamling."Sepertinya jalan setapak itu yang menuju ke
Selama ini Dewi mengenal Nathan adalah pria yang dingin, namun kini dia menyadari ternyata Nathan termasuk pria yang normal sama dengan suaminya. Andai bukan karena situasi yang cukup genting, mungkin saja Abilon akan melakukan hal yang sama seperti apa yang terjadi di dalam kamar Nathan.Sementara itu, Abilon mencoba menghubungi kakek Sutan di dunia lain."Kakek, apakah kau di sana?""Ada apa? Apakah kau sudah mempelajari semua ilmu kedokteran di dunia manusia?""Aku baru saja selesai melaksanakan ujian, ada hal serius yang ingin aku sampaikan.""Apa itu?""Nyawa Nela sekarang terancam, ibu mertuanya menemui seorang dukun dari kawasan gunung hijau. Menurut Dewi dukun yang mereka temui berilmu tinggi!"Kakek Sutan yang masih berada di istana terdiam beberapa saat, Ia teringat betapa Nela sangat membantu ketika berada di Istana, haruskah dia membiarkan gadis itu dalam bahaya?"Pantau terus mereka, dan apapun perkembangannya segera kabari kami, menurut kakek, dukun itu masih bisa kalian
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela