Wisuda para calon apoteker dan berbagai keilmuan lainnya berlangsung sangat meriah, Nela dengan makeup yang natural terlihat sangat cantik. Nauval turut bergabung bersama Abilon dan Nathan untuk menjadi pendamping Nela. Linda di dampingi kedua orang tuanya. Ramainya acara wisuda hari ini membuat jalan menuju ke universitas macet total.Para petugas lalu lintas mencoba mengurai kemacetan, nampak wajah-wajah bahagia para sarjana muda terpancar dari wajah para wisudawan dan wisudawati. Nauval nampak menatap Nela dengan penuh kekaguman, dia yang terpaut usia lima tahun lebih tua dari Nela ini sudah berpikir untuk menikahi gadis itu. Dia sudah menyiapkan sebuah acara yang akan mempertemukan kedua orang tuanya dan Nela."Aku ingin memperkenalkan Nela pada orang tuaku besok!" kata Nauval pada Nathan saat acara Wisuda usai."Boleh saja, nanti tanya dia bersedia apa nggak!" ujar Nathan.Mereka kembali ke rumah, Linda berpamitan kembali ke desa sehingga Nathan dan Abilon harus menemaninya. Tak
Keluarga Nauval sudah tiba sejak beberapa menit yang lalu, Ibu Astrid terus mengomeli putranya."Lihat, seperti ini yang kau akan kenalkan pada mama?" katanya Sebal."Sabar ma, mungkin mereka kena macet," tuan Budi membela anaknya."Huh! Entah seperti apa wajahnya, ibu sangat tidak yakin dia akan bisa menjadi menantu kita pa!"Tepat ketika ibu Astrid bicara seperti itu Nela dan kedua kakaknya muncul. Nela memang tak mendengar tetapi Abilon mendengarnya. Nela mengucapkan salam dan menjabat tangan calon mertuanya satu persatu. Ibu Astrid terlihat membuang muka, namun saat Abilon menjabat tangannya dia tersentak kaget."Mari silakan duduk!" tuan Budi mempersilakan mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan untuk mereka.Ibu Astrid terus mencibir, dia mengakui dalam hati jika Nela sangat cantik tetapi dia terlanjur berjanji pada sahabatnya untuk menjodohkan anak mereka."Kirain Nela datang bersama orang tuanya!" ucap tuan Budi dengan ramah."Saya anak yatim piatu, saya hanya punya kaka
Nathan dan Abilon turun dari mobil namun Nela masih tetap.berdiam diri di dalam. Nathan bahkan sudah mengetuk kaca jendela tapi Nela masih terlalu serius dengan ponselnya."Hei, ayo turun!"Suara Nathan terdengar sangat nyaring namun Nela mengabaikannya."Jangan-jangan anak itu kesambet!" gerutu Nathan."Sudahlah biarkan saja dia, ntar lagi dia turun kok!" Abilon menarik tangan Nathan masuk ke dalam rumah.Di dalam nampak paman Badar dan Giri sedang duduk berbincang sedangkan Nita menyiapkan teh di dapur."Sudah lama paman?" tanya Nathan."Baru saja!" jawab paman Badar lalu menatap Abilon.Dari pandangan matanya tersirat dia menanyakan keberadaan Abilon."Adik ibu!" jawab Nathan.Percuma dia menyembunyikan Abilon toh paman tahu latar belakangnya."Oh! Mana Nela?" tanyanya sambil matanya melongok ke luar."Entahlah anak itu, tadi kami bertemu calon suami beserta kedua orang tuanya, namanya Nauval," jawab Nathan sambil duduk di samping paman Giri di susul Abilon."Oh benarkah? Serius?"
Proses Ijab Qabul antara Nathan dan Linda berlangsung hikmad, Nathan mengucapkan ijab qabulnya dengan lancar, Nela tak ikut tapi Abilon melakukan video call sehingga dia bisa menyaksikannya dari rumahnya.. Tak terasa air mata Nela mengalir deras, andai saja ayahnya masih hidup pasti akan merasakan kebahagiaan seperti yang mereka rasakan saat ini.Nathan kini telah resmi mempersunting Linda sebagai isterinya, atas permintaan tetua adat resepsi akan diadakan di halaman rumah Aris di desa. Dekorasi resepsi sudah di siapkan dengan megah. Semua prosesnya diserahkan ke pihak Wedding organizer, sehingga tidak banyak yang dilakukan oleh keluarga.Besok pagi di adakan unduh mantu di rumah mendiang almarhum Aris, setelah itu dilanjutkan dengan proses Ijab Qabul Nauval Setiawan. Nauval hanya di dampingi ayahnya, ibunya tidak ikut. Mudah di maklumi karena ibu Astrid menolak dengan keras pernikahan ini.Berhubung Nathan juga adalah pengantin sehingga walinya di wakilkan kepada tetua adat. Pernikah
Abilon dan rombongan tiba di kerajaan Goro, setelah berganti pakaian dia di panggil Raja untuk menghadap."Hamba datang menghadap paduka!""Agar tidak mengganggu belajarmu sebaiknya bawalah Dewi ke dunia manusia!" "Tapi ayahanda, bagaimana dengan bayi junior, tak mungkin baginya untuk tinggal di sana!" Abilon sedikit keberatan."Tinggalkan dia bersama kami, bukankah pengasuhnya ada? Kalian bisa datang sewaktu-waktu. Saat kau belajar ilmu kedokteran, Dewi mengawasi kemanapun Nela pergi sampai dia benar-benar dinyatakan aman. Kita tak bisa menyerahkan tanggung jawab itu pada Nathan, keluarga istrinya orang yang taat beragama jadi sangat mustahil.bagi Nathan untuk.melindumgi Nela dan meninggalkan istrinya."Penjelasan Raja cukup masuk akal, Abilon akan mempertimbangkannya kembali dengan Dewi dan mertuanya.Ternyata baik Dewi dan mertuanya menyetujui usul Raja. Akhirnya Abilon mengirim telepati pada Nathan jika dia akan membawa Dewi."Itu bagus, setidaknya paman tidak kesepian lagi," can
Sesaat tak ada kalimat lagi yang terucap, Nela menyiapkan pakaian untuk suaminya. Lalu dia meminta izin untuk keluar kamar."Mau kemana?" cegah Nauval."Aku ingin ke dapur!" jawab Nela."Jangan biasakan meninggalkan suami sendirian, apakah kau tak ingin tahu siapa wanita tadi?" tegur suaminya.Nela mengurungkan niatnya untuk membantu menyiapkan makan siang di dapur. Akhirnya dia duduk di tepi ranjang."Siapapun dia kurasa kalian cukup dekat, bukankah tak ada hak bagiku untuk mengetahuinya?" Ucapan Nela membuat Nauval berusaha untuk mendalami perasaan istrinya. "Kau punya hak untuk bertanya sayang, sekarang kau adalah istriku. Wanita tadi namanya Zaskia, dia mantan kekasihku!"Nela sudah menduganya, saat ini dia tak ingin merusak momen indah di hari ke dua pernikahannya."Oh, aku sudah menduganya, kulihat sepertinya dia masih menginginkan dirimu!""Apakah kau cemburu?" pancing Nauval."Selama kau tak memberinya ruang untuk mengisi hatimu kenapa harus cemburu?" jawab Nela sambil terse
Setelah mengunci pintu kamarnya, Nauval bergegas ke kamar mandi. Dia tersenyum melihat Nela yang tertidur kelelahan akibat ulahnya. Nela selalu menyetel ponselnya setiap tiba waktu sholat. Ketika azan berkumandang dari ponselnya dia segera bangun. Saat dia bangun Nauval telah keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di pinggang. Nampak air menetes dari ujung rambutnya.Dengan mata yang masih mengantuk dia segera bangun dan meraih bajunya yang berserakan lalu mengenakannya. "Ku kira kau masih menikmati tidurmu, ayo buruan mandi setelah itu kita makan siang," ucap Nauval.Dengan wajah malu-malu Nela mengambil handuk dari dalam kopernya lalu bergegas masuk ke kamar mandi. Sebelumnya dia masih mendengar suara Nauval."Jangan lama-lama mandinya!"Nela membersihkan dirinya dia harus mandi sebersih-bersihnya sebelum dia sholat. Kemudian dia segera keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan handuk yang melilit di kepala."Maaf kak, belum terlalu lapar kan? Aku sholat dulu!"
Zaskia menelpon sambil menangis, dia mengadukan semua tingkah Nauval pada ibu Astrid."Jangan menangis nak, masih banyak cara untuk menyatukan kalian berdua, jika kau masih ingin menunggunya maka bersabarlah," hibur ibu Astrid dari balik telepon.Ibu Yanti menghampiri kakaknya tuan Budi."Kak, awasi istrimu, aku tak tahu apa yang akan dia lakukan pada menantumu itu, kulihat dia sangat ingin menyatukan Zaskia dengan Nauval."Tuan Budi menghela nafas dan berkata, "Aku sih tergantung Nauval saja, jika dia benar-benar mencintai Nela, bagaimanapun upaya Astrid semua tetap kembali pada pribadinya sendiri."Yanti merasa tidak puas dengan jawaban kakaknya, "Bagaimana jika Astrid menghalalkan segala cara untuk memisahkan mereka berdua?""Kau Ini seakan tak percaya Tuhan, jika Allah sudah menjodohkan mereka berdua maka tak ada yang bisa memisahkan mereka, sudah begini saja, sebaiknya kau tinggallah dulu di sini selama beberapa hari sampai Nela bisa beradaptasi di dalam rumah ini," pinta tuan Bu
Abilon sedang duduk berbincang dengan Nathan di teras rumah, tak lain yang mereka bicarakan pastilah Nela dan ibu mertuanya."Kapan lagi ibu mertua Nela menjalani terapi, kalau menurutku sih bawa saja ibunya itu ke rumah sakit jiwa biar dia tahu rasa!" ucap Abilon."Hahahaha...kau ada-ada saja, oh ya Dewi kapan kembali ke kerajaan, kita sebentar lagi akan masuk kuliah, jika kelak setelah wisuda apakah kau akan melanjutkan terus untuk menggapai profesi dokterku?" tanya Nathan.'Sepertinya tidak lagi, aku sudah cukup tau banyak hal tentang medis dari kampus, mungkin setelah wisuda aku akan kembali ke kerajaan Goro, mengingat ayahanda sudah sangat tua jadi aku harus sudah bersiap-siap menggantikan posisinya sewaktu-waktu, dan Dewi besok sudah harus kembali ke kerajaan Goro," jawab Abilon.Sementara itu di rumah keluarga tuan Budi, ibu Astrid sudah bangun dari tidurnya, sesuai petunjuk ustad saat bangun ibu Astrid diminumkan air ruqyah dan setelah itu di mandikan di halam belakang rumah.
Melati yang saat itu sedang duduk di pendopo bersama beberapa ustazah dikejutkan dengan mobil paman Badar yang berhenti tepat di depan pendopo. Dan yang lebih membuatnya terkejut lagi saat melihat paman Badar turun bersama Rendy dari mobil. Seketika wajah Melati menjadi pias, dadanya bergemuruh. Dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya agar para ustazah yang lain tidak mengetahuinya."Assalamu alaikum!" ucap paman Badar dan Rendy bersamaan."Waalaikum salam!" jawab para ustazah bersamaan.Tak sengaja mata Rendy bertatapan dengan Melati, ada getaran aneh yang menjalar di dada kedua insan ini, namun Melati berusaha memalingkan wajahnya. Rendy semakin penasaran, wajah Melati terlihat bersinar dan sangat cantik. Dia terbayang wajah permaisuri yang berada di kerajaan Bilu, keningnya berkerut mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.Untunglah dalam situasi itu Kyai Lukman segera datang bersama isterinya."Selamat datang tuan Badar, ini siapa? Adiknya atau ponakan? Mari silakan masuk!
Proses Ruqyah berjalan dengan lancar, tak terdengar lagi teriakan ibu Astrid. Nampak ustad Thohir keluar dari kamar di susul tuan Budi dan Nauval."Untuk proses terapinya tidak hanya sekali, kita akan mencoba meruqyahnya besok, sekalian disiapkan beberapa media seperti daun Bidara dan beberapa obat herbal lainnya. Besok kita akan memandikan ibu Astrid dengan daun Bidara," kata ustad Thohir."Baiklah, kami akan menyiapkannya. Terima kasih!" kata tuan Budi dengan penuh rasa terima kasih.Sementara itu di sudut hutan nampak berjalan terseok-seok seorang pria tampan dengan pakaian yang sangat lusuh. Tubuhnya lemas tak bertenaga, dia melihat ke kiri dan kanan berharap menemukan air untuk melepas dahaganya.Ustad Thohir setelah melakukan. proses ruqyah di antar oleh Nathan menuju ke desanya, mereka melewati jalan belakang, tak sengaja Nathan melihat sosok pria yang berjalan sempoyongan di balik pohon."Sepertinya ada orang yang membutuhkan pertolongan," kata Nathan sambil menepikan mobilnya
Di kediaman tuan Budi nampak kesibukan yang cukup ramai, betapa tidak, semua keluarga datang berkumpul karena ibu Astrid mengalami kesurupan yang parah. Bahkan Zaskia juga terlihat di tengah banyaknya keluarga yang datang membesuk."Aku harus bicara dengan Zaskia!" kata Nauval."Untuk apa? Jangan menambah beban keluarga kita. Kurasa dia tidaklah penting, yang penting saat ini adalah ibumu!" cegah Nela."Setidaknya dia harus tau jika kondisi mama seperti ini karena ulahnya, aku akan memberi peringatan padanya untuk berhenti mengganggu kita, aku sangat muak melihatnya," Nauval tetap bersikukuh ingin mendekati Zaskia.Nela hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, menurutnya semua ini tak akan ada gunanya. Tapi karena melihat Nauval yang tetap ngotot akhirnya dia hanya mengangkat bahunya tanda pasrah.Nauval menghampiri Zaskia, wanita cantik itu sudah menyadari keberadaan Nauval yang mendekatinya. Hatinya berbunga-bunga, dia menunjukkan rasa simpatiknya pada Ibu Astrid yang tertidur pulas di
Di kerajaan Bilu masyarakat berbondong-bondong menyaksikan tertangkapnya tabib Jorgi yang saat itu juga di arak keliling kampung. Ada yang tak pernah tahu alasan penangkapan merasa iba saat melihat tabib Jorgi terkurung di dalam kerangkeng yang terbuat dari kayu jati yang sangat kuat. "Kasihan tabib itu ya? Apa salahnya dia? Bukankah dia yang telah menyelamatkan Raja dan nenek Kolona?" ucap salah seorang warga."Dia merencanakan pemberontakan!" kata salah seorang lagi."Oh benarkah? Aku tak percaya ini!" gumam seorang wanita muda. Dia sangat kasihan melihat wajah tabib Jorgi yang memar dan bengkak akibat di pukul oleh para pengawal kerajaan.Putri Balqis mendengar tertangkapnya tabib Jorgi merasa tidak tenang, dia bahkan mengurung dirinya di dalam kamar dan tak berani keluar."Akhirnya tabib itu tertangkap juga, apakah kau tak ingin melihatnya?" tanya Rendi yang melihat isterinya hanya berbaring saja di tempat tidur."Untuk apa? Biarkan Raja yang mengambil keputusan tepat untuk mengh
Tak ada penyesalan sedikitpun di wajah Suhu, dia malah tersenyum mengejek saat melihat Nauval yang menatapnya dengan marah. "Kita apakan dukun ini?" tanya Nauval pada ayahnya."Papa ingin menyerahkannya pada polisi, tadi papa sudah mengirim pesan pada teman papa," jawab tuan Budi pelan.Dia tak gentar dengan gertakan Suhu yang hendak menyeret isterinya. Iya sudah memikirkannya dengan baik, makanya dia menghubungi temannya di kepolisian. Kalau memang istrinya tetap terseret ke ranah itu, dia harus menerimanya dengan legowo. Siapa tau dengan begitu istrinya akan sadar dengan apa yang telah di lakukannya.Nathan tak berkata apapun dia hanya memejamkan matanya mencoba menerka apa yang sedang di pikirkan oleh pria yang terikat di depannya ini. Suhu terlihat tenang-tenang saja, merasa dirinya tidak bersalah sama sekali.Tak lama kemudian, sebuah mobil polisi berhenti depan rumah. Dua orang petugas dengan berseragam lengkap mendatangi rumah tuan Budi. Setelah memberi salam keduanya masuk ke
Nathan dan Nela saling berpandangan, ada sedikit kelegaan di hati kedua kakak beradik itu, lalu seakan teringat sesuatu Nathan segera menarik tangan Nela masuk ke dalam.Nampak Nauval sedang duduk berjongkok di depan ibunya yang terus meringkuk gemetar, air yang di berikan Kyai Lukman hanya di taruhnya di atas meja. Di samping kanan Nauval nampak Suhu terikat dengan tak sadarkan diri.Nauval menghampiri Suhu dan berusaha menepuk-nepuk bahunya agar sadar. Nela menghampiri suaminya dengan membawa botol air yang terletak di meja."Kak, mengapa tak memberikan air ini pada mama. Kasihan mama sedang shock, kita perlu menghubungi dokter," ucap Nela lalu ikut duduk di samping suaminya.Nauval bukannya tak mendengar perkataan Nela tetapi di hatinya sangat menyesali tindakan ibunya. Nela begitu sangat perduli pada ibunya walau dia tahu ibunya bermaksud mencelakainya.Mobil berhenti di depan rumah, rupanya tuan Budi yang sejak tadi di hubungi Nauval telah tiba dari luar kota. Para maid segera be
Di dalam rumah pertarungan terus berlanjut, Kyai Lukman merasa seakan ada yang membantunya, Nathan berhasil melumpuhkan Suhu. Seisi rumah menjadi berantakan, para maid bersembunyi di dapur, ada yang nyalinya cukup kuat berusaha mengintip dari balik pintu."Jika tuan Budi kembali melihat rumah bagaikan kapal pecah seperti ini kira-kira apa yang akan terjadi?" kata Maid Wati."Hush diam, ini bukan menjadi urusan kita. Kita hanya akan membantu membereskan rumah!" tegur Maid kepala pada bawahannya.Di sudut rumah nampak ibu Astrid meringkuk ketakutan, dia tak menyangka akan terjadi seperti ini, entah apa yang akan dia sampaikan pada suaminya apalagi Nauval kini membencinya.Di dalam kamar Nauval tak sekalipun meninggalkan Nela, di elusnya kepala istrinya itu dengan lembut "Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun padamu," hiburnya.Nela mendengar pertarungan di luar walau suaminya berusaha menutup telinganya dengan headset, Nela mendengar suara kakek Sutan dan beberapa suara pasukan yang men
"Hentikan!" teriakan Ibu Astrid dari ujung tangga cukup membuat Nauval dan Nathan terkejut."Apa-apaan ini ma, mereka membaca ayat-ayat suci, kok mama menyuruh berhenti, ada apa ini ma?" protes Nauval.Ibu Astrid terkejut dengan protes anaknya, dia yang tak berpikir panjang dengan teriakannya sendiri kelabakan menghadapi protes Nauval. Dia terdiam beberapa saat, Nauval ada benarnya, mengapa dia menghentikan bacaan ayat-ayat itu? Kyai Lukman tak terpengaruh dengan itu semua, dia tetap meneruskan bacaannya dan malah lebih di keraskan. Abilon dan Dewi tertawa melihat tingkah ibu Astrid."Pasti tabib Jorgi yang menyuruh ibu Astrid sehingga bertingkah konyol begitu!' ucap Abilon."Mereka sepertinya nya kepanasan, aku merasakan hawa panas dari ruang studio!" kata Dewi.Belum selesai obrolan mereka berdua tiba-tiba dari lantai dua terdengar teriakan yang menggema."Aku tak suka ini, hentikan!"Abilon dan Dewi waspada, begitupula Nathan, Kyai Lukman tak terpengaruh sama sekali, dia terus mela