Sebuah kotak brangkas penyimpanan terbuka di atas meja, beberapa emas batangan berada di dalamnya bersama sebongkah berlian besar berwarna merah muda berada dalam kotak kecil, ada sebuah kalung berlian yang sangat terkenal di dalam kotak itu. Beberapa lembar sertifikat kepemilikan terbungkus dengan sempurna tidak ada yang rusak sedikitpun. Semua barang dalam brangkas itu adalah harta rahasia Kimberly yang selama ini dia sembunyikan, Kimberly tidak sempat menggunakannya karena dia tidak bisa langsung mengambil hartanya di tengah-tengah ratusan kamera yang terus menerus mengintai kesehariannya yang terpuruk. Para wartawan bersikap seperti burung kondor, semakin Kimberly sekarat dalam derita fitnah, mereka semakin berkerumun memperhatikam dan menantikan Kimberly mati untuk mereka cabik menjadi bahan makanan. Winter terbelalak takjub sekaligus tidak percaya, Mante Hemilton mengerjakan pekerjaannya dengan begitu cepat padahal tugasnya sangat berat karena bersangkutan dengan Bank dan keam
Derung suara motor terdengar kencang di jalanan, Marvelo mengendarai motornya dalam keadaan cepat melewati jalanan sepanjang kota Loor yang ramai. Winter mengeratkan pelukannya dan menyandarkan tubuhnya di balik punggung kokoh Marvelo. Di balik helm yang dia pakai, Winter memperhatikan setiap pemandangan yang di lewatinya, Winter merasakan nuansa yang berbeda saat dia melihat keindahan kota dengan mengendari motor. Nuansa kota Loor yang terang benderang di hiasi cahaya, gedung-gedung berasitektur indah dan menawan terlihat memanjakan mata, fasilitas transfortasi umum di setiap sudut tidak pernah berhenti di penuhi oleh orang-orang yang beraktivitas. Beberapa orang pejalan kaki berdiri berkumpul menonton pengamen jalanan, beberapa di antara mereka duduk di bawah tenda sambil menikmati segelas minuman. Jiwa Kimberly selalu merasa bersyukur karena dia bisa lahir dan tinggal di kota Loor dimana hampir semua orang sangat suka hal-hal yang indah dan estetik, memperhatikan fashion, menci
Setelah mendapatkan telepon dari Charlie, Marvelo membawa Winter pergi dengan tergesa, pria itu tidak menjelaskan apapun mengenai situasi yang sedang kini dia hadapi. Winter tidak berkata apapun, gadis itu hanya diam dan memperhatikan sesekali memberitahu Marvelo untuk hati-hati dan tidak terburu-buru. Meski Winter tidak tahu masalah apa yang terjadi, namun dia bisa merasakan kekhawatiran yang begitu besar pada diri Marvelo. Entah masalah apa yang sedang di hadapi Marvelo saat ini, tidak seperti biasanya anak itu bersikap seperti ini. Tidak ada percakapan apapun yang terjadi pada mereka sampai akhirnya Marvelo membawa Winter pada sebuah rumah berlantai tiga, rumah itu adalah kediaman keluarga Marvelo. Masih tanpa penjelasan apapun Marvelo langsung turun dari motornya, Winter yang penasaran ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi langsung berlari mengikuti Marvelo yang langsung masuk ke dalam rumah dan segera pergi menuju lantai dua. Kedatangan mereka di sambut oleh Charlie yang kin
“Ini kan yang kau mau dariku? Melihatku tersiksa dan mati?” Rasa sesak mencekik hati Winter yang kini berdiri melihat semua yang telah terjadi. Marvelo, pria yang selalu bereskpresi dingin dan terlihat sempurna, kuat, cerdas, ternyata dia memiliki luka yang begitu besar di dalam hatinya. Mata Winter memanas, sebuah perasaan penyesalan menghantam hatinya begitu tahu alasan mengapa selama ini Marvelo mau berdandan seperti perempuan. Rupanya semua itu untuk berpura-pura menjadi Vellyncia demi menghibur ibunya. “Marvelo” Bisik Irina sambil menangis terlihat sedih dan bingung karena ini untuk pertama kalinya Marvelo sangat marah kepadanya. “Kenapa kau menatapku seperti itu?” Tanya Marvelo dengan mata berkaca-kaca dan wajah yang terluka. Setetes air mata terjatuh dari sudut matanya, “Kau takut wajahku yang mirip dengan Vellyncia rusak? Apa baru sekarang kau peduli padaku?” “Marvelo..” “Mengapa kau melahirkan aku juga jika sepanjang hidupmu kau hanya mencintai Vellyncia?” Lirih Marvelo
Vellyncia yang ingin pergi jalan-jalan ketika semua orang sibuk mempersiapkan pesta, Vellyncia memaksa Marvelo untuk menemaninya pergi berkeliling di salah satu hutan yang mengelola pabrik kertas milik keluarga mereka. Marvelo dan Vellyncia pergi ke hutan bersama-sama dan menghabiskan waktu mereka dengan berjalan-jalan dan memetik bunga, namun karena hutan yang luas, Marvelo dan Vellyncia tersesat di hutan itu. Dalam perjalanan pulang mencari jalan, mereka sempat berlari ketakutan karena mendengar suara tembakan sekelompok pemburu. Marvelo dan Vellyncia terjatuh ke jurang dan mengalami luka berat, mereka baru bisa di temukan setelah sepuluh jam hilang. Keadaan Marvelo dan Vellyncia yang sama-sama dalam keadaan buruk langsung di bawa ke rumah sakit. Marvelo yang terluka sangat parah mengalami beberapa patah tulang dan kerusakan yang lain, sementara Vellyncia yang memiliki tubuh lemah itu menjadi kritis. Dokter mengatakan salah satu di antara mereka harus di selamatkan, mustahil jika
Lama mereka berada di sisi danau, Marvelo mulai mendapatkan ketenangannya kembali, Winter masih duduk di sisinya sejak tadi. Winter tidak beranjak pergi meski Marvelo sudah meminta. Winter tahu bagaimana perasaan Marvelo, pria itu membutuhkan seseorang yang berada di sampingnya, tidak perlu berbicara, tidak perlu menasihati, cukup saja dengan diam dan menjadi pendengar yang baik untuknya. Malam ini, untuk pertama kalinya Marvelo menceritakan semua yang telah terjadi kepadanya hingga membuat dia sering berpakaian wanita. Melihat kesedihan Marvelo, ada perasaan kuat di hatinya yang membuat dia merasa sangat peduli kepada Marvelo. Jiwa Kimberly tahu ini bukan perasaan miliknya, namun ini perasaan milik Winter Benjamin. “Kau pasti kesal saat aku memanfaatkan kelemahanmu waktu itu,” bisik Winter sedih. Marvelo tersenyum samar mendengarnya, dia memang pernah merasa cukup kesal dengan sikap Winter, namun di balik kejadian itu hubungan mereka menjadi kembali dekat. Sejak mereka saling s
“Aku harus segera pulang, sampai bertemu di sekolah” perlahan Winter membungkuk dan tanpa terduga dia mengecup kening Marvelo, dengan cepat Winter turun dari ranjang dan berlari keluar meninggalkan Marvelo seorang diri yang masih terbaring di ranjangnya. Suara hembusan napas kasar terdengar dari mulut Marvelo, semu merah malu menghiasi wajah tampannya, namun sorot mata Marvelo menyiratkan perasaan sedih. “Seharusnya kau tidak terlalu dekat dan besikap terlalu lembut dengaku jika kau hanya ingin kita menjadi teman saja Winter,” bisik Marvelo berbicara pada kesunyian di sekitarnya. Marvelo mengusap dadanya dan merasakan degup kencang jantung yang berdebar, ironis untuk Marvelo karena terus menerus terpengaruh oleh semua kebaikan dan kata-kata Winter yang sebenarnya hanya sekadar bercanda. “Bodoh” maki Marvelo pada dirinya sendiri karena dia sudah membodohi dirinya sendiri. Marvelo jatuh cinta kepada Winter sejak pertama mereka bertemu, Marvelo tidak pernah berpaling pada gadis lain
Winter terduduk di sebuah bangku taman sekolah, malam tadi dia mendengar kabar Paula masuk rumah sakit karena terlalu banyak meminum obat diet dan penenang, sepanjang malam Winter mendapatkan banyak panggilan dan pesan dari Paula. Paula sudah mengetahui rencana Winter, meski sudah ketahuan Winter tidak akan berhenti begitu saja dengan rencananya. Kini sudah saatnya Winter mengecoh kecurigaan Paula dan cuci tangan, namun tetap melanjutkan rencananya melalui orang lain. Winter tersenyum lebar melihat kedangan Lizza, teman satu kelas Paula, sekaligus teman nongkrong Paula. Lizza segera duduk di sisi Winter, gadis itu terlihat tidak begitu bersahabat begitu dia tahu Winter mengajaknya bertemu karena masalah Paula. Bibir Winter langsung menyunggingkan senyuman ramahnya, “Terima kasih sudah meluangkan waktumu.” Lizza tidak menjawab, gadis itu bersedekap dan cemberut kesal. Lizza datang karena terpaksa, pengawal Winter terus menerus mengejarnya dan meminta Lizza untuk mau bertemu dengan
Dua tahun kemudian.. Kota Den Haag Sebuah gedung hotel tampak sibuk dan ramai malam ini karena ada pesta besar yang sedang merayakan ulang tahun hotel Lessy yang berpusat di kota Neydish. Di dalam sebuah ruangan besar orang-orang berkumpul, mereka terlihat anggun dan tenang, saling berbicara satu sama lainnya menikmati pesta yang sedang berlangsung. Seorang wanita bergaun putih memainkan cello opera di tengah pesta, wanita itu memainkan musik Romeo & Julliet Love Theme. Para tamu undangan yang berdiri dan sibuk bicara di buat terkesima mendengarkan alunan musik yang begitu dalam menghiasi malam pesta. Mereka berbalik melihat sepenuhnya ke arah orang-orang yang bermain musik dan sejenak menghentikan pembicaraan mereka. Di antara banyak orang yang melihat musik, seorang pria berdiri di depan jendela, pria itu sibuk dengan kesendiriannya, memandangi langit malam yang begitu gelap. Alunan musik dalam pendengarannya membawa dia dalam sebuah ingatan indah ketika dia belajar menari di
Sebuah photo terbingkai di pajangkan di atas meja belajar, Winter menopang dagunya melihat photo dirinya saat pelulusan sekolah di hadiri Benjamin dan Vincent. Tidak terasa, tiga bulan telah berlalu sejak kematian Marius dan kepergian Marvelo, kini Winter bisa duduk santai di meja belajarnya, tidak tahu apa yan harus dia lakukan karena semua tujuan hidupnya yang dia cari sudah berada dalam genggaman, yaitu kebahagiaan dan balas dendamnya yang sudah di tuntaskan. Setiap akhir pekan Winter akan mengunjungi makam Kimberly dan Marius, sudah dua kali juga Winter bertemu Jenita akhir-akhir ini. Keadaan Jenita terlihat lebih baik dari sebelumnya, Jenita bersama Levon membangun lebih luas panti asuhan tempat tumbuhnya Kimberly. Keduanya tampak mulai menikmati masa-masa tua mereka, Felix menjaga mereka dengan baik sebagaimana keinginan Marius. Sejak hukuman Paula di tetapkan, kini Winter tidak lagi bertemu dengannya. Untuk Marvelo, sejak kepergiannya ke Belanda, dia tidak memberikan kabar
Satu bulan setelah kepergian Marius, kini Winter kembali harus melanjutkan kehidupannya seperti biasa, sedikit demi sedikit gadis itu berusaha menyembuhkan hatinya dan kembali menemukan kekuatannya lagi. Winter harus berjuang lebih kuat karena Marvelo juga sudah menghilang dari sisinya, tidak ada lagi seseorang yang bisa menjadi teman penghapus kesedihannya. Jiwa Kimberly sempat berpikir, melepaskan Marvelo akan membuat perasaan dia lebih baik karena tidak lagi membuat Marvelo tersiksa karena memendam perasaannya. Rupanya tidak semudah itu, karena jiwa Kimberly merasakan kekosongan besar di dalam hatinya. Ternyata, Marvelo memiliki tempat yang begitu spesial dia dalam hati Winter Benjamin. Meski kini mereka berpisah jauh, kini Winter hanya bisa mendo’akan yang terbaik untuk Marvelo. Hari ini adalah hari persidangan pertama Paula, persidangan akan di adakan secara terbuka sehingga siapapun dapat menyaksikannya. Winter sudah siap untuk menghadirinya. Winter berdiri di depan jende
Marvelo menarik kopernya melewati beberapa orang yang ada di depannya, sekilas pria itu melihat ke belakang, Marvelo tersenyum hangat melihat Charlie dan Lessy melambaikan tangan mereka mengantar kepergian Marvelo. Marvelo kembali melangkah, pria itu tetap tersenyum menyembunyikan suatu perasaan yang mengganjal di hatinya. Kepergian Marvelo terasa tidak begitu menyenangkan karena dia meninggalkan Winter dalam keadaan sedang terluka. Tidak ada maksud untuk dia meninggalkan Winter sendirian, namun keadaan yang memaksa Marvelo harus mengambil keputusan ini. Meski Marvelo ingin menemaninya dan membantu gadis itu bangkit dari kesedihannya, namun Marvelo juga tidak berani terus mendekat karena dia harus segera melenyapkan perasaannya. Marvelo tidak ingin menjadi pria lemah yang hidup tanpa tujuan dan tidak berani mengambil keputusan karena sebuah keraguan. Marvelo harus melangkah ke depan. Andaipun suatu hari nanti dia masih tidak bisa melupakan Winter dan masih memiliki kesempatan un
Payung yang meneduhi Winter menghilang, Nai pergi ke belakang dan berdiri dengan para pengawal lainnya. Sementara Winter, gadis itu masih tetap berdiri di tempatnya melihat makam dirinya dan Marius yang berdampingan berada di tempat yang jauh dari pemakaman yang lainnya. “Aku akan merindukanmu Marius, sama seperti saat kau merindukanku ketika aku hilang. Namun aku juga akan bangkit Marius, seperti apa yang kau inginkan, aku akan bahagia dan menjalani kehidupanku dengan baik. Terima kasih telah menjadikanku cinta pertama dan terakhirmu, aku merasa begitu terhormat.” Winter membungkuk,meletakan bunga yang sejak tadi tidak lepas dari pelukannya. “Aku tidak akan melupakanmu Marius, aku mencintaimu.” Matahari yang turun mulai kehilangan cahayanya, pohon-pohon besar yang berdiri menjulang mengelilingi area pemakaman mulai menghalangi sore terakhir hari ini. Angin berhembus lebih kuat menggerakan rumput-rumput dan bunga liar di sekitarnya. Winter tercekat kaget, samar dia melihat bayang
Marvelo terduduk di kursinya melihat keluar jendela, memperhatikan Irina yang kini tengah makan siang bersama Lessy dan juga Charlie. Marvelo menghela napasnya dengan berat, dua hari ini terakhir ini dia sempat di buat galau karena mendengar pengakuan Winter, rupanya gadis itu sudah tahu mengenai perasaannya, sayangnya Winter tidak ingin mendengarkan pengakuan cinta Marvelo. Marvelo sedikit marah dan kecewa, jika saja Winter tidak terlalu menggodanya dan menunjukan sikap seperti seseorang yang suka kepadanya, mungkin Marvelo tidak akan menaruh harapan yang banyak dan berpikir bahwa gadis itu memiliki perasaan juga kepadanya. Marvelo malu karena ternyata dia terlalu terbawa perasaan dengan kebaikan yang Winter berikan kepadanya. Ini sangat menyakitkan, mengecewakan dan membuat Marvelo beberapa kali harus duduk termenung memikirkan bagaimana cara mengatasi patah hatinya. Kini, tidak ada lagi alasan yang bisa menahan Marvelo berlama-lama di Neydish, Marvelo akan segera pergi. Di am
Winter tertunduk mengenggam tangan Marius, gadis itu bernapas dengan tersenggal tidak mampu menutupi apapun lagi yang selama ini dia rahasiakan. Winter meletakan bunga itu tangan Marius agar pria itu menggenggamnya. Rahasia yang begitu sulit untuk Winter beritahu mengenai siapa dia sebenarnya kini akhirnya meledak mendorong Winter lebih berani berkata jujur. “Dulu, saat masih kecil, tepat di hari kasih sayang, kita menjual bunga mawar di jalanan hingga malam hari agar aku kita bisa membeli sepatu baru karena sepatu lamaku harus di pakai adik-adikku. Aku masih ingat, saat itu tiba-tiba saja kau berlari pergi mengambil sebuah simpul kain berwarna biru yang mengikat beberapa cangkang kado, kau menutup mataku dan memaksaku untuk pergi dari tempat itu. Kau bilang kau akan memberiku kejutan. Sebenarnya aku tahu, alasan kenapa saat itu kau terburu-buru membawaku. Di dekat toko kita berjualan, ada ayahku yang tengah makan malam bersama isteri dan anaknya, mereka terlihat bahagia, kau membaw
Levon dan Jenita yang tertidur di sofa langsung di buat terbangun begitu merasakan pergerakan orang yang lewat. Mereka melihat ke penjuru ruangan, memperhatikan kedatangan dua dokter dan satu perawat memasuki ruangan tempat Marius berada, para ahli medis itu mereka langsung menuju ranjang dan melakukan suatu tindakan yang terlihat darurat karena Marius semakin kesulitan bernapas. Perlahan Levon bangkit, dari balik kaca Levon melihat para pekerja medis yang terlihat sangat berusaha membantu Marius agar kembali stabil. Wajah Levon tampak pucat di penuhi oleh kekhawatiran, padahal dua jam yang lalu keadaan Marius terlihat membaik bahkan Marius sempat berbicara dengan akrab bersamanya dan juga Jenita, namun ternyata kini keadaan dia kembali memburuk. Jenita meminta Levon terduduk lemah, rapalan do’a dan harapan tidak pernah putus, namun suara kesakitan Marius yang teramat dalam begitu menyiksa pendengaran Jenita dan Levon. “Masa depanku sudah gelap semenjak melihat Marius kembali ter
Levon duduk dengan tegak di samping Marius, pria itu kembali datang dengan cepat dan memilih mengesampingkan semua pekerjaannya yang selama ini selalu menjadi prioritasnya. Sejak Marius terbangun kembali, tidak ada pembicaraan yang berarti terjadi di antara mereka. Levon sendiri sadar, terlalu banyak kesalahan yang telah dia buat hingga tidak dapat lagi di jabarkan dengan kata-kata. Kini Levon sedang berusaha membuka kasus di balik penyerangan yang di alami puteranya, namun yang menjadi masalahnya adalah Shanom dan Sean tiba-tiba menghilang sejak beberapa hari yang lalu. Perginya mereka secara bersamaan semakin menguatkan kecurigaan Levon jika keduanya memang dalang dari semua masalah yang terjadi. Jika Marius semakin tidak berdaya dengan keadaan tubuhnya, hal ini akan menciptakan guncangan hebat untuk perusahaan dan Sean akan terpilih sebagai peminpin selanjutkan ketika Levon pensiun di karenakan Sean lebih berpengalaman. Hak Marius tidak mungkin juga di ambil Jenita begitu saja