Mereka Tidak Boleh BersatuAle dan Jayid saling melemparkan tatapan tajam, seolah-olah mereka sedang menghunuskan dua pedang yang dilemparkan pada lawan bicara. Ale melihat sejenak ke arah jari-jemari tangan Jayid yang mencengkeram kerah bajunya. Dia melihat cincin yang sama dengan yang dimiliki oleh kakek serta dirinya. Seketika dia mengerutkan kening dan senyum menyeringai, sambil memalingkan kepala.“Oh! Jadi kau melihat semuanya?” Ale balik bertanya, tapi Jayid tidak meresponnya.Sepertinya Ale sudah menemukan musuh yang sepadan, untuk memperebutkan seorang gadis. Da sungguh mencintai Nawa jauh dari lubuk hati, bahkan mungkin sebelum Jayid menemukan Nawa. Apa mungkin laki-laki di depanku ini adalah keturunan dari keluarga Solomon? Pikir Ale.Solomon dulu pernah menjadi teman kakek Ale juga, sekaligus saingan berat dalam berbisnis hasil kebun dengannya.Ale tidak bisa menerima jika Nawa harus menjadi jodoh dari laki-laki itu, dia akan berusaha menghalangi dengan berbagai c
Perancang PerhiasanAle melangkah meninggalkan Jayid dan memasuki rumahnya, lalu menemui Elly, ibunya yang tengah menikmati camilan.“Bu, cucu dari Solomon ada di sini dan aku hampir saja berkelahi dengannya!”“Oh, ya? Dari mana kau tahu? Siapa namanya?” tanya Elly sambil menyimpan makanan dan menoleh pada anak lelakinya itu.Ale menjawab sambil melirik foto besar ayah dan kakeknya di dinding dekat perapian ruang tengah rumah mereka, “Namanya aku tidak tahu, tapi dia memakai cincin yang dibuat Ayah, dia mencari istrinya, apa Ibu tahu siapa istrinya itu? Dia Nawa, Bu!”“Tidak mungkin mereka menikah, Ibu pikir setelah kecelakaan itu mereka tidak akan membuat pernikahan apa pun! Bukankah kau bilang mereka terlibat salah paham?””Ya. Aku melihatnya sendiri mereka sudah tidak sejalan lagi, seperti saat kakek mereka masih hidup.”Semua hanya pikiran dan emosi Ale hingga bisa menyimpulkan demikian. “Bagaimana perasaanmu, Ale? Apa kau baik-baik saja?” Elly merasa khawatir karena dia t
Kejadian Dibalik Layar Di sebuah gedung, tempat penyelenggaraan peragaan busana tengah dilangsungkan. Tampak beberapa wanita sedang berjalan melenggak lenggok di atas catwalk. Ada Michella di antara mereka, dia menjadi idola hari itu, karena dia adalah bintang utamanya. Dia memakai dan memperagakan busana andalan seorang desainer pertama. Semua berlangsung dengan baik dan lancar sampai acara berakhir, dengan penyerahan karangan bunga kepada desainer dan semua foto modelnya. Tepuk tangan meriah dari semua hadirin yang datang, memenuhi ruangan aula. Setelah itu, semua model pun turun dari panggung. Begitu juga dengan Mishella, yang melangkah dengan anggun, turun dari singgasana yang ditempati para model itu.Namun baru saja Mishella menjejakkan kakinya di lantai bawah, dia dikejutkan oleh kedatangan dua orang pria kurus yang berdiri seolah menghadangnya. Bukan hanya itu saja, selain dua orang itu, ada seorang polisi yang berdiri di belakang mereka.Mishella sama sekali tidak meng
Penguntit“Jay! Apa kau sudah mendengar berita pagi ini, sebenarnya apa yang kau lakukan? Bagaimana dengan istrimu apa dia sudah tahu semua ini, kau mengecewakan Ibu, Jay!” kata-kata niah menyembur begitu telepon tersambung ke nomor Jayid—anaknya. Wanita itu tidak rela kalau dengan kejadian ditangkapnya Mishella, maka Nawa akan lepas dari keluarga mereka ataupun meminta cerai.Niah sangat merasa bersalah kepada Hana—ibunda Nawa yang telah tiada. Dia wanita yang selalu baik sejak pertama kali mereka saling mengenal. Oleh karena itu, dia berusaha bersikap baik dan tidak mengecewakan Nawa.. Namun, hal seperti ini terjadi di luar dugaan. Begitu juga ia berharap pada Jayid agar dengan setulus hati mencintai istrinya.Menyadari kenyataan itu, Niah dan Bahira pun bingung sebab pada akhirnya Mishella terpaksa harus dipenjara, demi mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal yang akan mencoreng nama baik keluarga, tapi mereka sadar bila kebohongan tidak selamanya bisa ditutupi dengan rapi. Bahk
Di PemakamanJayid dan Rizal mengendarai satu mobil kali ini, untuk mengikuti mobil Rasyid yang melaju dengan kecepatan sedang. Dia tercengang dengan apa yang dilihatnya, setelah beberapa waktu melakukan perjalanan. Nawa sangat luar biasa di matanya, walau wajahnya pucat, tetapi ia tetap tersenyum kepada beberapa orang yang ditemuinya di jalan dan kebetulan mengenal mereka.Rasyid pun menampilkan diri sebagai sosok saudara yang baik dan juga menjadi pengganti orang tua yang sempurna bagi Nawa.Melihat hal itu Jayid seolah-olah hatinya tercabik cabik, dia bagai pria yang tidak berarti apa-apa bagi wanitanya. Semua itu karena sang kakak ipar yang sudah tampil dengan begitu sempurnanya.Wajar saja kalau Nawa begitu mudah pergi, karena dia tidak membutuhkan seorang laki-laki seperti Jayid untuk menjadi pendamping hidupnya. Dia sudah punya kakak yang luar biasa baiknya.Zayid beberapa kali mengalihkan pandangannya ke berbagai tempat, hanya untuk menahan agar air matanya agar tidak
Siap Menerima Pukulan“Kau?” tanya Rasyid tertahan, dia tidak melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba saja mulutnya menjadi kelu. Enggan rasanya berbicara dengan orang yang sudah mengikutinya itu.Jayid tidak melirik sedikit pun pada Nawa dan Rasyid karena dia sudah melihat wajah dua orang itu dari kejauhan, dan hanya menunduk fokus ke hadapan makam.Nawa begitu terperangah melihat laki-laki yang ada di hadapannya, jujur ia rindu tetapi kebenciannya lebih besar, hingga menutupi rasa rindunya itu. Dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan dan menatap Jayid penuh kerinduan, sedangkan air mata masih meleleh di pipinya.Sementara Rasyid tampak begitu geram pada Jayid, tangannya terkepal dan rahangnya terlihat mengeras. Ekspresi wajahnya tiba-tiba saja menggelap dengan tatapan mata membara, pada orang yang sedang berlutut di sampingnya.Dia tidak peduli apapun yang didoakan atau yang dikatakan kepada Tuhan, oleh Jayid untuk kedua orang tuanya, sebaik apapun doa yang dia panjat
Lepaskan Dia“Cukup Kakak! Cukup! Lepaskan dia!” kata Nawa sambil melompat ke hadapan Jayid saat melihat sang Kakak akan memukulnya lagi.“Menyingkirlah!” bentak Rasyid pada Nawa yang berusaha membela suaminya. Tangannya masih terkepal dan siap kembali menghantam.“Aku akan bercerai darinya! Apa kakak puas? Jadi, jangan pukuli dia lagi!”Jayid memejamkan mata melihat perlawanan dari Nawa dia berusaha meredam emosinya, sambil mengepalkan kedua telapak tangannya.Namun, ucapan pembelaan ini berbeda dari pandangan Jayid, justru ia tidak masalah di pukuli, asal tetap bisa bersama dengan Nawa Ini menunjukkan kalau wanita itu masih peduli. Dia pun menarik Nawa ke samping, dengan memegang pinggangnya.“Pukul aku lagi sampai kau puas, asal kau tetap izinkan aku menjadi suaminya!” Jayid berkata dengan suara gemetar, permohonan yang sangat pada Rasyid agar mengabulkan keinginannya untuk diizinkan menjadi pendamping adiknya.Nawa adalah wanita satu-satunya dan tetap akan seperti itu sampai ia ti
Pulanglah, Jay!Rasyid mengeluarkan ponsel dan membuka layarnya, ia memperlihatkan sebuah video kepada Nawa tentang berita yang tersebar di internet. Gadis itu memperhatikannya dengan baik, setelah itu ia tercengang, dan menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Kemudian melirik pada Jayid dan juga kakaknya secara bergantian.“Ini tidak mungkin!” katanya, lirih. Nawa menarik napas dalam sambil meneruskan melihat berita itu sampai selesai.Setiap keadilan akan menemukan caranya sendiri, untuk menunjukkan bahwa, sesuatu tidak sesuai pada tempatnya. Salah satu contohnya adalah, kejadian di mana Misella tertangkap secara tidak sengaja.Pertanyaan yang muncul di benak Nawa adalah, siapa dua orang itu dan mengapa mereka bisa mengetahui Mishella terlibat di dalam kecelakaan ayahnya. Ya, pertanyaan seperti itu wajar, karena terjadi secara kebetulan.“Kakak, siapa dua orang itu tanya Nawa kepada Rasyid.“Kau ingat saudara Ibu yang ada Dealisvill?” Rasyid balik bertanya, Nawa pun meng
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah