Ali mengendarai mobilnya menuju suatu tempat sambil menghubungi seseorang. Dalam perbincangan di telepon itu, mereka berjanji untuk bertemu dan merencanakan sesuatu di suatu tempat. Saat berbicara, Ale terdengar beberapa kali menyebut sebuah nama, dan itu adalah Jayidian Razee.Dua orang itu bertemu di sebuah cafe, ketika sampai di tempat yang disepakati bersama, Ale tersenyum tipis pada seseorang yang bertubuh tinggi tegap, dan ia sudah menyambutnya. Mereka minum kopi dan merokok sambil berbincang beberapa lama. Dua laki-laki itu adalah orang yang sama-sama mendendam pada keluarga Solomon.Dahulu, kedua orang tua mereka sama-sama memiliki perindustrian atau pabrik yang melakukan pengolahan bahan makanan. Para orang tua mereka menginginkan hasil perkebunan dari Deono dijual kepada mereka. Kebetulan saat itu mereka siap membeli hasil kebun dengan harga sesuai pasaran, tetapi Deono lebih memilih menjualnya kepada Solomon, dengan alasan sahabatnya itu baru merintis perusahaan. Bahkan,
Akibat Perbuatannya “Oh, itu kebetulan. Aku baru mengantarkan pesanan buah, ke rumah yang di dekat makam, kau tahu, kan? Jadi, karena itu aku tahu,” kata Ale sambil mengelap mulutnya dengan tisu. Ia sudah selesai makan.“Apa kau penasaran dengan laki-laki itu?” tanya Rasyid sambil meletakkan sendok dan garpunya ia pun sudah selesai makan.Ale melihat Rasyid dengan antusias. Walaupun, ia sudah tahu siapa sebenarnya laki-laki tersebut, tapi ia ingin mendengar sendiri pengakuan saudara Nawa itu seperti apa kepadanya, yang notabene adalah orang luar selain keluarganya.“Ya tentu saja sepertinya kalian cukup akrab, tapi aku hanya melihat selintas saja, padahal aku belum pernah melihat orang itu di kampung kita sebelumnya.” Ale berkata sambil menghadapkan badannya ke arah Rasyid yang duduk di sampingnya.“Dia Jayidian Razee, cucu terakhir keluarga Solomon. Kemungkinan dialah pewaris terakhir dari perusahaan Al Razee. Walaupun, mereka punya cicit juga, tetapi bukan pewaris langsung dari
Menyadari Kesalahan Yang Terlambat Tentu saja Jayid tahu tentang semua itu dia yang sudah menaruh curiga pada Misella, sejak awal mula mengapa Nawa bisa melihat dokumen itu di rumahnya. Sebagai laki-laki, Jayid pun tahu jalan pikiran Rasyid yang merasa jika mempermalukan kakaknya adalah hukuman yang sangat pantas.Jayid bisa berpikir logis tentang Misella, karena profesi dan juga ketenaran bagi wanita itu adalah segalanya. Bahkan, ia rela mengabaikan anak serta suami, demi acara-acara yang sangat membanggakan di matanya.Bukankah nama baik adalah segalanya bagi setiap orang, kadang-kadang orang mempertahankan nama baiknya, dengan sebuah kebohongan memanipulasi ataupun menjatuhkan orang lain.“Jay, Jay!” panggil Misellah ketika melihat adik laki-lakinya itu berada di luar jeruji besi yang membatasi kebebasannya. Ia berdiri dan meraih tangan Jayid dari sela-selanya.“Jay, kau harus membantuku, kau satu-satunya saudaraku, aku tahu kau tidak akan membiarkan aku selamanya di sini, kau
Kecelakaan Mobil JayidRasyid mengendarai kembali mobilnya begitu keluar dari ruang tahanan, ia menjalankan kendaraan roda empat itu menuju apartemen Jayid. Dia ingin bertemu untuk menyelesaikan hubungan pernikahan antara adik iparnya itu dengan Nawa. Baginya hubungan yang melibatkan dua keluarga mereka, tidak perlu dilanjutkan lagi. Cukup sampai di sini. Sejak awal hubungan itu hanyalah keterpaksaan saja, dalam pandangan Rasyid sehingga saat menemui hal yang tidak diinginkan seperti ini, maka keputusan untuk berpisah menjadi sangat mudah.Sebuah hubungan layak dipertahankan bila memiliki misi serta tujuan yang sama, tapi bagi Rasyid dua keluarga itu dan dua orang yang menjalani hubungan pernikahan, yaitu Jayid dan Nawa, memiliki tujuan akhir yang berbeda. Jadi, untuk apa dipertahankan.Nawa mungkin hanya mengikuti naluriah dan pemikiran sebagai wanita yang logis, serta ketertarikan secara pribadi pada Jayid. Oleh karena itu ia menerima untuk menjadi istrinya. Sementara Jayid, mem
Seorang Teman Masa LaluRasyid diam, ia merasa bahwa Niah tidak perlu minta maaf, asalkan yang bersalah mendapatkan hukumannya, itu saja sudah cukup. Ia masih belum tahu, kelak pengadilan akan memutuskan peristiwa itu sebagai, sabotase atau murni kecelakaan. Beginya yang terpenting sekarang adalah menolong Niah agar bisa segera disembuhkan. Sesampainya di rumah sakit, Niah dan tiga korban kecelakaan segera di tangani, polisi pun sudah ada di di sana, setelah beberapa waktu, sedangkan para korban masih menjalani operasi dari luka-lukanya.Niah selesai lebih dahulu dan segera dipindahkan ke ruang perawatan, di sana polisi memintanya keterangan sebagai saksi kecelakaan. Sementara Rasyid masih mendampinginya dengan sabar. Niah tidak tahu apa yang mendasari pria itu berbuat demikian, tapi satu hal yang pasti kalau Rasyid terlihat begitu prihatin dengan dirinya.“Rasyid, terima kasih, Nak! Kau sudah repot-repot menolongku,” kata Niah, setelah selesai melakukan wawancara pada polisi
Sebuah BeritaRasyid kini dalam dilema apakah harus mengatakan berita ini pada Nawa atau tidak. Dia yakin kalau adiknya itu pasti akan sedih bila mengetahui jika sekarang Jayid dalam keadaan koma. Meskipun laki-laki itu pernah mengecewakan Nawa, biar bagaimanapun juga mereka adalah sepasang suami istri. Apalagi, kecelakaan yang dialami adik iparnya sungguh di luar dugaan, serta di luar dari misi balas dendamnya.Sekali lagi Rasyid Jayid menghampiri Jayid di ruang ICU sebelum pulang. Dia hanya bisa terlihat dari kaca jendela yang menjadi pemisah antara ruang lainnya, dsn memperlihatkan pria itu tengah terbaring, tidak sadarkan diri dalam balutan perban hampir di sekujur tubuhnya. Rasyid menggelengkan kepalanya saat rasa prihatin muncul dibalik rasa kecewanya pada Jayid. Mereka pernah saling percaya, tapi sekarang justru terjadi hal seburuk itu padanya. Tiba-tiba ia merasa kasihan jika Nawa benar-benar sudah mencintai suaminya, yang kini terbaring tak berdaya.Setelah tiba di rumah
Ada Apa Dengan Nawa“Ya ...,” sahut Nawa lirih. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia tidak bisa membayangkan apa yang suaminya alami. Sekelebat senyum tipis Jayid saat berpura-pura menjadi suaminya dulu di saat pernikahan Marhan dan Aida muncul. Cinta mereka telah dipertemukan oleh takdir jauh sebelum mereka disadarkan oleh dendam antara dua keluarga. Tidak ada yang menyangka jika suami bohongan itu telah jadi suami yang sebenarnya.“Apa kau mendengarku?”“Ya,” sahut Nawa lagi sambil menarik napas dalam, dia merasakan tiba-tiba sesak di dadanya dan dia tidak merasakan apa-apa lagi setelah itu selain kegelapan, tubuhnya seolah tak bertulang dan kulit seolah tak merasakan panas atau dingin di sekitarnya. Ia terjatuh ke samping dari duduknya. Nawa pingsan.“Nawa, Nawa, Nawa! Kau kenapa Nak?” kata Eli, panik, ia segera mendekati Nawa dan menyimpan kepala gadis itu di atas pangkuannya.Tiba-tiba Ale berjalan mendekat dan berseru, “Ada apa dengan Nawa, Bu?”“Dia pingsan!”
Bukan Menjemput Tiba-tiba Ale masuk ke dalam kamar Nawa, membuat wanita itu kaget. Ia menyesal karena tidak mengunci pintu kamar, padahal ia adalah wanita yang tinggal seorang diri. Meskipun, Ale adalah lelaki sopan yang selama ini menjadi tetangga yang baik, mereka tetaplah tidak patut jika hanya berdua di dalam kamar.“Ale? Ada apa kau kemari?” Nawa seketika bangun dan duduk dengan tegak, ia waspada. Canggung dengan keadaan mereka yang seperti itu.Ale tersenyum dan duduk di sisi tempat tidur dengan tenang ia mengeluarkan tangan untuk ditempelkannya di kening Nawa, dia ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Setelah itu dia hanya mengangguk-angguk. Walaupun dalam hatinya gemas dan ingin melakukan sesuatu, tapi ia tidak melakukannya dan memilih tetap tenang. Dia harus mempertahankan diri sekuat tenaga agar terkesan baik di hadapan Nawa.“Aku hanya khawatir padamu!’ katanya sambil membungkukkan badan hingga wajah mereka saling berdekatan.“Nawa, aku tidak suka kamu sakit, dan
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah