Ada Apa Dengan Nawa“Ya ...,” sahut Nawa lirih. Ia sudah tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia tidak bisa membayangkan apa yang suaminya alami. Sekelebat senyum tipis Jayid saat berpura-pura menjadi suaminya dulu di saat pernikahan Marhan dan Aida muncul. Cinta mereka telah dipertemukan oleh takdir jauh sebelum mereka disadarkan oleh dendam antara dua keluarga. Tidak ada yang menyangka jika suami bohongan itu telah jadi suami yang sebenarnya.“Apa kau mendengarku?”“Ya,” sahut Nawa lagi sambil menarik napas dalam, dia merasakan tiba-tiba sesak di dadanya dan dia tidak merasakan apa-apa lagi setelah itu selain kegelapan, tubuhnya seolah tak bertulang dan kulit seolah tak merasakan panas atau dingin di sekitarnya. Ia terjatuh ke samping dari duduknya. Nawa pingsan.“Nawa, Nawa, Nawa! Kau kenapa Nak?” kata Eli, panik, ia segera mendekati Nawa dan menyimpan kepala gadis itu di atas pangkuannya.Tiba-tiba Ale berjalan mendekat dan berseru, “Ada apa dengan Nawa, Bu?”“Dia pingsan!”
Bukan Menjemput Tiba-tiba Ale masuk ke dalam kamar Nawa, membuat wanita itu kaget. Ia menyesal karena tidak mengunci pintu kamar, padahal ia adalah wanita yang tinggal seorang diri. Meskipun, Ale adalah lelaki sopan yang selama ini menjadi tetangga yang baik, mereka tetaplah tidak patut jika hanya berdua di dalam kamar.“Ale? Ada apa kau kemari?” Nawa seketika bangun dan duduk dengan tegak, ia waspada. Canggung dengan keadaan mereka yang seperti itu.Ale tersenyum dan duduk di sisi tempat tidur dengan tenang ia mengeluarkan tangan untuk ditempelkannya di kening Nawa, dia ingin memastikan gadis itu baik-baik saja. Setelah itu dia hanya mengangguk-angguk. Walaupun dalam hatinya gemas dan ingin melakukan sesuatu, tapi ia tidak melakukannya dan memilih tetap tenang. Dia harus mempertahankan diri sekuat tenaga agar terkesan baik di hadapan Nawa.“Aku hanya khawatir padamu!’ katanya sambil membungkukkan badan hingga wajah mereka saling berdekatan.“Nawa, aku tidak suka kamu sakit, dan
Dia Suamiku“Aku belum tentu pulang besok. Aku masih capek!” sahut Rasyid setelah mendengar keinginan Nawa.Penolakan Rasyid itu adalah salah satu cara agar adik perempuannya beristirahat lebih lama. Ia melihat wajah Nawa masih pucat, dan belum terlalu kuat untuk melakukan perjalanan jauh. Tubuhnya masih lemas. Pria itu tidak tega kalau harus membawa pulang dalam keadaan seperti itu.Nawa diam, perasaan bercabang antara dirinya sendiri dan suaminya yang terbaring di rumah sakit. Tentu Jayid lebih lemah darinya saat ini.Namun, ekspresi wajah Ale lebih ceria, karena Nawa tidak bisa pergi keesokan harinya. Ia masih memiliki kesempatan untuk bersamanya lebih lama dan melakukan rencana selanjutnya.Ale keluar dari rumah keluarga Deono, setelah Rasyid selesai makan. Ia pergi bersama ibu dan adiknya sambil membawa alat penyimpan makanan yang tadi dibawa dari rumahnya. Sementara Rasyid dan Nawa dibiarkan beristirahat.“Ibu, masuklah dulu. Aku akan pergi sebentar,” kata Ale setelah menga
Memaafkan “Entahlah, Kak, aku pikir kita hanya perlu menunggu pembuktian dari polisi saja di pengadilan nanti, siapa yang menjadi pembunuh sebenarnya.” Nawa menyahut dengan tenang. Dia mengerti bagaimana keadaan dirinya sendiri sekarang. Memiliki dendam sangat tidak baik bagi kehidupan janinnya dan juga masa depan. Memang memaafkan itu sulit, apalagi untuk memaafkan sebuah kehilangan nyawa karena unsur kesengajaan. Butuh jiwa yang sangat besar untuk bisa berlapang dada, dan mengakui bahwa semua hanyalah takdir belaka. Namun, semua hal pantas dicoba tidak pernah salah untuk menjadi orang baik selamanya Baik Nawa maupun Rasyid memang masih tidak tahu kebenarannya, sedangkan Jayid mengatakan dengan jelas kalau keluarganya tidak bersalah. Namun, dokumen itu memperlihatkan adanya Mishella dalam beberapa foto, sangat jelas perempuan itu tengah melakukan sesuatu di mana kecelakaan yang terjadi pada kedua orang tuanya. Foto seperti itu memang bisa di manfaatkan oleh seseorang yang puny
Kau Ingatlah Aku“Jay! Kau bangun?” Nawa berteriak kaget, sambil berdiri untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ia melihat mata pria itu terbuka dan jari tangannya bergerak di kepala, tapi saat ini matanya kembali terpejam. Nawa segera melangkah mendekati tombol darurat dan menekannya, tak lama setelah itu dokter datang bersama dua orang perawat. Mereka bekerja sama melakukan pemeriksaan setelah gadis itu mengatakan bahwa, suaminya sudah siuman.“Jay!” Pekik Nawa untuk kedua kalinya saat kembali melihat mata Jayid yang terbuka. Semua orang yang ada di sana tampak bernapas lega.Jayid sudah melewati masa kritis saat dipindahkan ke kamar perawatan itu dan sepekan setelah kepindahannya, dia pun sadar. Benar-benar sebuah kebetulan yang menyenangkan di mana Nawa sudah berada di sisinya.Nawa segera menghubungi Niah melalui pesan singkat, dan memberitahu bahwa Jayid sudah sadar, membuat wanita itu senang. Dokter sudah melakukan beberapa tes dan menyatakan jika semua ini rgan vital J
Pengadilan MishellaHari itu, saat Niah mendapat kabar jika Nawa dan Rasyid datang ke rumah sakit dari para pengawal, dia sangat bahagia. Apalagi gadis itu memutuskan untuk menunggu putranya, maka kesenangannya bagai mendapatkan berlian saja. Namun, di lain sisi wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak perempuannya. Mereka sekeluarga bersama semua pengacara yang terkenal di kota memiliki pandangan bahwa, kecelakaan itu memang murni kecelakaan. Tidak ada rekayasa di dalamnya sedangkan, bukti menunjukkan jika Misella memang hanya memanfaatkan situasi kacau, di mana kecelakaan itu terjadi di depan matanya. Dari luar kepolosannya tentang hukum dan teknisi, dia sama sekali tidak terlibat sebagai orang yang membuat sabotase.Oleh karena itu,Niah menghubungi Nawa, sebagai satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk mengucapkan terima kasih dan juga sebagai ungkapan rasa bahagia. Selain itu dia tidak mungkin mengatakan kabar tentang pengadilan Mishella karena sama sekali tidak ad
Ciuman Jayid Sekarang di sinilah Niah dan Bahira berada, duduk di ruang perawatan anak lelaki satu-satunya, yang masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Keadaannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Apalagi ada Nawa yang setia mengurus serta mendampingi suaminya dengan lapang dada. Mereka bagai mendapatkan bintang jatuh dari langit.“Makanlah, Nawa ... aku sengaja membawakanmu makanan, kau pasti lapar!” kata Niah sambil membuka semua bungkus makanan di meja.“Ibu tidak perlu repot-repot, Kakak selalu membawakan aku makanan setiap kali kemari.”Mereka duduk di sofa secara berhadapan, sementara Jayid tertidur setelah makan dan minum obat.Nawa melihat makanan tersaji di atas meja sungguh menggiurkan. Walaupun, dia tidak lapar pada saat itu, tapi dia tampak sangat berselera menikmatinya.Namun, baru beberapa suap makanan masuk ke mulutnya, Nawa merasakan mual yang luar biasa dan membuatnya harus ke kamar mandi. Lalu, ia menumpahkan semua isi perut termasuk makanan ya
Mereka Bersaudara?Sementara itu, Ale tengah bergegas menengok temannya yang mengalami kecelakaan di rumah sakit yang sama di mana Jayid tengah dirawat. Dia baru menyempatkan diri ke kota hari itu, karena sibuk panen dan mendelegasikan tugas pada orang suruhannya.Kebetulan pula teman Ale, sudah diperbolehkan pulang, karena luka operasi dari kecelakaan itu sedikit membaik. Dia memang tidak mengalami luka separah Jayid dan tidak masalah nahinya tinggal lebih lama di sana, sebab selain menunggu Ale yang akan membayar semua biaya administrasinya, dia juga tidak ada yang akan merawat jika pulang ke desa. Apalagi dia menunggu kesempatan untuk bisa melakukan sesuatu pada Jayid seperti keinginan Ale sebelumnya. Namun, dia tidak pernah memiliki kesempatan. Lagi pula, Nawa hampir tidak pernah meninggalkan ruangan itu, membuatnya lebih kesulitan lagi.Ale hendak menelepon temannya saat dia baru saja keluar dari lift, guna menanyakan nomor kamarnya di rawat. Di saat yang bersamaan, dua orang y
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah