Kau Ingatlah Aku“Jay! Kau bangun?” Nawa berteriak kaget, sambil berdiri untuk memastikan penglihatannya tidak salah. Ia melihat mata pria itu terbuka dan jari tangannya bergerak di kepala, tapi saat ini matanya kembali terpejam. Nawa segera melangkah mendekati tombol darurat dan menekannya, tak lama setelah itu dokter datang bersama dua orang perawat. Mereka bekerja sama melakukan pemeriksaan setelah gadis itu mengatakan bahwa, suaminya sudah siuman.“Jay!” Pekik Nawa untuk kedua kalinya saat kembali melihat mata Jayid yang terbuka. Semua orang yang ada di sana tampak bernapas lega.Jayid sudah melewati masa kritis saat dipindahkan ke kamar perawatan itu dan sepekan setelah kepindahannya, dia pun sadar. Benar-benar sebuah kebetulan yang menyenangkan di mana Nawa sudah berada di sisinya.Nawa segera menghubungi Niah melalui pesan singkat, dan memberitahu bahwa Jayid sudah sadar, membuat wanita itu senang. Dokter sudah melakukan beberapa tes dan menyatakan jika semua ini rgan vital J
Pengadilan MishellaHari itu, saat Niah mendapat kabar jika Nawa dan Rasyid datang ke rumah sakit dari para pengawal, dia sangat bahagia. Apalagi gadis itu memutuskan untuk menunggu putranya, maka kesenangannya bagai mendapatkan berlian saja. Namun, di lain sisi wanita itu sedang memikirkan bagaimana nasib anak perempuannya. Mereka sekeluarga bersama semua pengacara yang terkenal di kota memiliki pandangan bahwa, kecelakaan itu memang murni kecelakaan. Tidak ada rekayasa di dalamnya sedangkan, bukti menunjukkan jika Misella memang hanya memanfaatkan situasi kacau, di mana kecelakaan itu terjadi di depan matanya. Dari luar kepolosannya tentang hukum dan teknisi, dia sama sekali tidak terlibat sebagai orang yang membuat sabotase.Oleh karena itu,Niah menghubungi Nawa, sebagai satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk mengucapkan terima kasih dan juga sebagai ungkapan rasa bahagia. Selain itu dia tidak mungkin mengatakan kabar tentang pengadilan Mishella karena sama sekali tidak ad
Ciuman Jayid Sekarang di sinilah Niah dan Bahira berada, duduk di ruang perawatan anak lelaki satu-satunya, yang masih terbaring lemah di atas brankar rumah sakit. Keadaannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Apalagi ada Nawa yang setia mengurus serta mendampingi suaminya dengan lapang dada. Mereka bagai mendapatkan bintang jatuh dari langit.“Makanlah, Nawa ... aku sengaja membawakanmu makanan, kau pasti lapar!” kata Niah sambil membuka semua bungkus makanan di meja.“Ibu tidak perlu repot-repot, Kakak selalu membawakan aku makanan setiap kali kemari.”Mereka duduk di sofa secara berhadapan, sementara Jayid tertidur setelah makan dan minum obat.Nawa melihat makanan tersaji di atas meja sungguh menggiurkan. Walaupun, dia tidak lapar pada saat itu, tapi dia tampak sangat berselera menikmatinya.Namun, baru beberapa suap makanan masuk ke mulutnya, Nawa merasakan mual yang luar biasa dan membuatnya harus ke kamar mandi. Lalu, ia menumpahkan semua isi perut termasuk makanan ya
Mereka Bersaudara?Sementara itu, Ale tengah bergegas menengok temannya yang mengalami kecelakaan di rumah sakit yang sama di mana Jayid tengah dirawat. Dia baru menyempatkan diri ke kota hari itu, karena sibuk panen dan mendelegasikan tugas pada orang suruhannya.Kebetulan pula teman Ale, sudah diperbolehkan pulang, karena luka operasi dari kecelakaan itu sedikit membaik. Dia memang tidak mengalami luka separah Jayid dan tidak masalah nahinya tinggal lebih lama di sana, sebab selain menunggu Ale yang akan membayar semua biaya administrasinya, dia juga tidak ada yang akan merawat jika pulang ke desa. Apalagi dia menunggu kesempatan untuk bisa melakukan sesuatu pada Jayid seperti keinginan Ale sebelumnya. Namun, dia tidak pernah memiliki kesempatan. Lagi pula, Nawa hampir tidak pernah meninggalkan ruangan itu, membuatnya lebih kesulitan lagi.Ale hendak menelepon temannya saat dia baru saja keluar dari lift, guna menanyakan nomor kamarnya di rawat. Di saat yang bersamaan, dua orang y
Usaha Yang Sia-sia “Oh ya! Apa kau mau melihatnya, Al? Kemarilah!” ajak Nawa antusias, dengan senyuman memenuhi wajahnya. Dia benar-benar mengabaikan perasaan Ale. Salah sendiri pria itu tidak pernah jujur dengan perasaannya. Rasa sakit yang ditimbulkan adalah hukuman dari kelemahannya.Di sisi lain Nawa ingin menegaskan satu hal soal hatinya yang tidak akan berpaling dari suaminya, agar Ale tidak lagi berharap lebih. Semua dipicu oleh penilaian Rasyid tentang perasaan cinta Ale, yang tidak pernah mengungkapkannya, sedangkan Nawa terlanjur menganggapnya sebagai teman, pria itu terlalu berhati-hati. Atau ia takut cintanya ditolak!Oleh karena itu, sejak dulu Nawa dengan sengaja memberi jarak, karena tidak ingin kecewa dikemudian hari. Dia khawatir jika perhatian yang Ale berikan selama ini, bukan disebabkan oleh perasaan cinta sebagaimana seorang kekasih.Sementara itu Ale berpikir berbeda, dia merasa tidak percaya diri dan tidak pantas mendampingi Nawa, kecuali jika gadis itu ma
Pulang “Aku bosan! Aku mau pulang saja, Sayang!” jawab Jayid sambil meraih pinggang Nawa dan memeluknya.“Apa?” Nawa bertanya sebagai bentuk protes karena lukanya masih parah dan Niah tidak mengizinkannya pulang.Jayid mencium Nawa hingga mulutnya tak bisa lagi bicara.“Apa Rasyid masih di sini?” Jayid balik bertanya, dia tidak menjawab pertanyaan Nawa setelah menghentikan ciumannya.Nawa hanya menggelengkan kepalanya.“Apa tidak masalah kalau kamu pulang? Rizal saja masih di sini!” katanya.“Dia pulang kalau aku pulang. Memangnya gimana perusahaan kalau aku tinggal sepekan lagi, Ibu hanya memikirkan dirinya sendiri!” keluh Jayid sambil meneruskan memakai sepatu dia benar-benar nekat pulang padahal mulutnya meringis menahan sakit.Nawa membantunya dengan wajah yang cemberut. Sebagai istri dia hanya bisa menurut, walaupun dia tidak suka.Tiba-tiba seorang wanita muncul dengan raut wajah marah dan berkacak pinggang.Wanita itu berkata, “Siapa yang kau maksud cuman mementingkan
Di Mana Nawa“Ada apa sayang?” terdengar lagi suara Jayid dari belakangnya, membuat Nawa terkejut. Mereka memang terbangun secara bersamaan, tapi Nawa tidak mengira jika suaminya akan mendengar gumaman dari mulutnya.“Bukan apa-apa, ini ...!” sahut Nawa dengan kening yang berkerut, sejenak ia ragu dengan isi pesan itu.“Ini apa?” Jayid bertanya masih dengan berbaring, karena dia memang belum bisa banyak bergerak Dia hanya bisa melihat punggung Nawa yang membelakanginya.“Ini hanya orang iseng, yang benar saja dia menagih hutang katanya aku membeli sepatu padanya. Aku tidak pernah membeli sepatu itu, dia bilang aku pergi ke tokonya kemarin! Aku seharian kemarin di rumah sakit!” kata Nawa sambil beranjak dari duduknya. Ia lalu pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk dan ponselnya.Nawa terlihat cemas sekali saat ia membersihkan diri, tapi ketika keluar dari kamar mandi dan berpakaian, dia tidak menampakkannya di depan Jayid.“Sayang!” panggil Nawa dengan lembut, membuat Jayid se
Alasan Menyimpan Dendam “Kau bisa menyimpan dokumen palsu di rumah Jayid tanpa terlibat tangan langsung, aku kira kau pun bisa berbuat seperti itu pada Nawa!” kata Rasyid saat ia sudah berdiri di dekat jeruji besi. Ia melihat Misella yang duduk di lantai dengan pakaian lusuh khusus tahanan. Misella melihat ke arah Rasyid sambil mengerutkan kening, tampak berpikir tentang apa yang baru saja didengar telinganya. Ia heran, bagaimana bisa adik iparnya hilang? Tiba-tiba hatinya diliputi rasa bersalah, sebab baru beberapa hari Jayid bisa kembali bersama Nawa, setelah insiden perbuatannya yang membawanya ke penjara. Lalu, sekarang adik lelakinya harus kehilangan wanita yang dicintainya lagi. Padahal pria itu tidak bisa berbuat banyak di karena kan luka-luka di tubuhnya akibat kecelakaan.“Wah, wah, jadi, kau pikir aku sepandai itu?” Misella berkata sambil berdiri dan kini dia berhadapan dengan Rasyid hanya di pisahkan oleh penyekat dari besi itu. Mereka saling bertatapan.“Kau sama seka
Extra Part 20Di negara Singare, Jayid dan Nawa duduk di tepi pantai yang indah, mereka sudah cukup jauh berjalan. Dua orang itu duduk tanpa alas di atas pasir dan memanjangkan kaki, menghadap ke arah laut dengan ombak yang kecil. Sementara Rasyid dan Latisha masih meneruskan langkah mereka sambil bergandengan tangan. Tidak ada beban bagi keduanya karena seolah-olah dunia adalah milik mereka berdua. Saat berencana untuk pergi berbulan madu, sebenarnya Tina ingin ikut juga tetapi dengan keras Latisa menolaknya. Ia tahu adik kembarnya itu akan sangat mengganggu. Lalu, yang ia lakukan hanya meminta Tina untuk menghabiskan waktu bersama dengan Edo. Latisa tidak menampik jika kehadiran laki-laki itu, sangat membantu dalam mengatasi sikap Tina yang kadang-kadang sulit ditebak. Walaupun, baru saja bertemu, Tina sudah merasa cocok dengan Edo, begitu pula sebaliknya. Baik Latisa maupun Rasyid, hanya berharap kelak mereka bisa menjadi pasangan, yang saling mengasihi satu sama lain.Angin
Extra Part 19“Ya, tentu, ceritakan pada kami!” sahut Rasyid, tanpa mengalihkan tatapannya pada Edo.Edo jadi salah tingkah, ia melihat pada tiga orang itu yang juga melihatnya seperti dirinya adalah hantu yang baru keluar dari dalam kubur.“Sebenarnya, apa kalian punya masalah denganku, atau kita pernah bertemu sebelumnya?” tiba-tiba Edo bertanya, sambil melepas topi dan menyimpannya di atas meja. Ia punya perasaan tidak enak terhadap ketiga orang itu. “Bukan! Kita belum pernah bertemu, tapi ada orang yang mirip sekali denganmu dan dia sudah mati!” kata Nawa terus terang dengan Edo. Ia merasa tidak perlu lama-lama berbicara dengan pria seperti itu karena cukup menyebalkan, dan khawatir bayinya akan mirip.Edo tiba-tiba tertawa, dan ia berkata, “Wah! Benarkah? Aku akan tersanjung karena itu berarti ada orang yang sama tampannya denganku, begitu?”Nawa memalingkan pandangan mendengar ucapan Edo itu, sedangkan Jay justru melotot padanya.“Siapa orang yang kau maksud itu?” Tina be
Extra Part 18“Ayo nanti temui dia sama-sama!” bunyi pesan Rasyid pada ponsel milik Jayyid.“Baiklah!” Makan malam telah selesai. Rasyid meminta izin untuk tetap berada di ruang perjamuan dan menyuruh istrinya, untuk beristirahat dan menunggunya di kamar pengantin mereka. Beberapa saudara dan kerabat yang rumahnya jauh, sudah lebih dulu pergi meninggalkan gedung itu. Namun, masih ada yang bertahan karena mereka ingin menghabiskan malam dengan makan dan minum. Ada juga yang ingin bernyanyi dengan grup idola mereka. Suasana gedung sudah sedikit lengang, hanya ada beberapa kerabat yang duduk di meja-meja bundar dengan pasangan dan teman mereka masing-masing.Latisha kembali ke kamar hotel, tempat di mana ia dirias dan bergantian pakaian. Di kamar itu pula ia akan bermalam dengan sang suami sebagai pengantin baru.Rasyid masih ingin memastikan sesuatu dan ia tidak ingin Latisha tahu masalah itu. Ia ingin istrinya tetap konsentrasi pada malam pertamanya nanti.Saat itu, Nawa Jayid
Extra Part 17Tina menatap Jayid dengan tatapan mata tidak percaya.“Jadi, kalau kau tidak ingin celaka, maka menjauhlah dariku!” kata Jayid sambil menyeringai. Ia melihat perubahan pada raut wajah Tina dan merasa puas, karena tipuannya berhasil untuk mengelabuhi gadis itu agar menjauh darinya. Ia benar-benar tidak tahan dengan sikap vulgar yang ditunjukkan Tina tentang perasaannya.Bagaimana mungkin ada seorang wanita yang begitu membuka diri, dan tidak tahu malu mengakui perasaannya dengan cara yang aneh seperti Tina.Tina membuang pandangan, lalu pergi meninggalkan Jayid yang sudah selesai mengambil buah segar. Gadis itu menemui Misella yang sekarang menjadi sangat dekat dengannya. Hasil latihan yang dilakukan kakak ipar Nawa itu mulai terlihat, dari cara Tina membawa diri dan berkata-kata. Gadis itu sedikit lebih tenang. Hanya masalah perasaannya pada Jayid yang masih sama.Namun, masih panjang perjalanan Tina untuk menjadi seorang model. Misella baru mengajarkan bagaimana g
Extra Part 16“Jadi, kapan aku bisa mulai jadi model?” tanya Tina antusias, “apa aku bisa mendapatkan uang banyak kalau aku berhasil?”“Tentu saja, tapi bukan hari ini ... kau akan siap kapan? Bagaimana kalau kau besok? Aku akan menjemputmu!” sahut Mishella tak kalah antusiasnya.“Besok?” tanya latisha dan ibunya secara bersamaan.Baik Nawa, Mishella dan Tina, sama-sama menoleh ke arah dua orang yang duduk berseberangan itu.“Oh, ya! Maafkan aku, seharusnya aku membicarakan hal ini dengan kalian lebih dulu ... bagaimana kalau besok, apa kalian mengizinkan aku membawa Tina ke sekolah itu?” tanya Mishella, dua wanita yang menjadi ibu dan anak itu pun mengangguk setuju.Mereka akhirnya mempunyai kesepakatan dan pembicaraan serta pertemuan itu pun berakhir. Misela akan menjemput Tina keesokan harinya di rumah itu.Misella dan Nawa akhirnya berpamitan dan pulang, setelah merasa cukup puas untuk membuat kesepakatan.Setelah berada di dalam mobil yang dikendarai oleh sopir dengan kece
Extra Part 15“Tina! Apa kau mendengar semuanya?” tanya Latisa, wajahnya terlihat khawatir pada saudara perempuannya itu. Ia pikir Tina belum pulang dari rumah jompo untuk merawat ayah angkatnya.“Ya!”Tina mendekat sambil menganggukkan kepala, ia sudah pulang dari rumah jompo beberapa saat yang lalu. Namun, ia langsung menuju dapur saat turun dari mobil yang mengantar ke mana pun ia pergi, sejak secara resmi menempati rumah keluarga aslinya. Gadis itu membawa ikan besar yang ia beli saat lewat di pasar tadi. Ia jarang bepegian dan melihat sesuatu yang menarik, hingga saat melihat ikan besar dijual di pasar, ia langsung membelinya. Ketika pulang tadi, kebetulan mobil melintas di jalanan yang macet karena ada keramaian rakyat menengah ke bawah di pasar, keramaian kota yang jarang ia lihat sebelumnya.“Apa yang kau lakukan tadi, kenapa bajumu basah?” tanya Latisha, dia sungguh tidak terbiasa melihat orang-orang di sekitarnya, dalam keadaan kotor atau tidak rapi seperti Tina. Padaha
Extra Part 14 Beberapa hari kemudian, Misella mengajak Nawa untuk pergi bersamanya ke rumah Latisa. Kakak perempuan Jayid itu membawa sebuah bingkisan untuk diberikan pada keluarga saudara kembar yang kelak akan diajak kerja sama olehnya. Nawa yang menyerahkan bingkisan itu, ketika sudah berada di rumah Latisha dan keluarganya, sebagai hadiah dari calon saudara iparnya. Walaupun, bingkisan itu dibeli oleh Misella, tapi ia dengan senang hati jika mengatasnamakan sebagai pemberian dari Nawa. Selain itu sebagai salah satu cara untuk mendekati Latisha dan Tina. Itu adalah, alasan yang paling tepat untuk penarik hati keluarga Latisha. Daripada Mishella yang langsung memberikannya atas nama dirinya sendiri. Kalau itu ia lakukan, maka terlihat sekali sebagai hadiah sogokan Dua wanita itu disambut dengan hangat oleh Latisa dan ibunya, dan dipersilakan duduk di ruang tamu yang nyaman. Michella sebagai orang yang profesional, ia berpengalaman dan terbiasa berbicara dengan banyak orang, ata
Extra Part 13“Dia blak-blakan sekali,” pikir Nawa sambil tersenyum kecut. Ia memalingkan muka ke arah pintu dan berharap Jayid ada di sana, memberikan senyuman terindah, lalu memanggil namanya. Tiba-tiba saja ia ingin pulang dan bermesraan dengan suaminya itu.Laki-laki yang diharapkan Nawa muncul di kejauhan. Setelah memarkirkan mobil, Jayid menghampirinya. Ia datang menjemput istri tercinta, sesuai permintaan dan lokasi yang telah ia bagikan beberapa saat yang lalu.Sekarang Jayid lebih sering mengemudikan mobilnya sendiri. Sejak kejadian kecelakaan itu dan Rizal harus menggantikan dirinya di perusahaan. Apalagi berduaan dengan Nawa di dalam mobil ternyata lebih menyenangkan.Sementara itu, panggilan video dari Tina kepada Latisha, masih berlangsung, otomatis bayangan tubuh Jayid yang melintas di belakang para wanita, pun terlihat olehnya.“Hai! Bukankah itu laki-laki yang baru saja aku bicarakan?” tanya Tina, antusias pada Latisha. Sementara Latisha justru menjadi tidak enak d
Extra Part 12“Apa yang terjadi padamu, apa kau baik-baik saja?” tanya Rasyid sambil melepaskan pelukannya, lalu ia melihat dengan sekasmu wajah kekasihnya yang tampak tidak biasa.Nawa yang melihatnya pun turut prihatin, sampai-sampai Ia berpikir buruk jika telah terjadi sesuatu pada calon kakak iparnya itu.“Tidak ada masalah, aku baik-baik saja,” jawab Latisa tenang. Rasyid menarik satu kursi untuk Latisha yang berada di hadapan Nawa, sedangkan ia sendiri duduk di sampingnya. Setelah itu ia memanggil pelayan untuk memesan minuman ringan.Mendapati kedua orang kakak beradik yang menatapnya penuh curiga, Latisha tersenyum manis dan kemudian menyalahkan ponsel untuk bercermin.“Apa kalian curiga dengan wajahku? aku baik-baik saja, percayalah!” katanya.“Tapi kau terlihat seperti orang yang habis menangis semalaman!” sahut Nawa.“Dari mana kau tahu, apa kau juga pengalaman, pernah menangis semalaman dan matamu bengkak?” Latisa tertawa saat berkata.Nawa tersipu malu, ia pernah