Setelah hampir satu tahu lamanya akhirnya Akira kembali ke rumah itu. Langkah kaki Akira terpaku di depan pintu. Keberaniannya kembali menciut setelah selangkah lagi dia akan bertemu dengan sang ibu. Dia masih belum mampu merangkai kata-kata menjadi kalimat yang utuh. Rasanya tak sanggup mengejutkan Sofia dengan segala fakta yang dia bawa.Akira masih terdiam juga. Dia tak kunjung memencet bel atau mengetuk pintu sampai akhirnya Elza menangis lebih dulu. Akira mulai panik dan berusaha mendiamkan bayinya kembali. Dia tidak ingin tangisan Elza didengar oleh penghuni rumah.Namun bagaimana pun Akira berupaya menghentikan Elza, tetap saja bayi dalam gendongannya itu tak kunjung tenang. Seolah si bayi kecil mengetahui kegundahan yang tengah dirasakan oleh ibunya.“Akira,” sapa seorang perempuan sontak mengejutkan Akira. Pandangannya dari wajah Elza beralih menatap Sofia yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu rumah yang terbuka.“Mama,” ucap Akira pelan. Dunianya terasa terhenti seket
“Lalu dengan siapa kamu menikah?” tanya Sofia lebih lanjut. Dia belum mengetahui identitas laki-laki yang sudah menikahi putrinya. Dia berpikir laki-laki mana yang mau menerima Akira dalam kondisi hamil di luar nikah. “Aku menikah dengan bosku di kantor. Namanya Albert. Selama ini aku tinggal di rumahnya. Tapi pernikahan kami tidak seperti pernikahan pada umumnya. Dia membuatku menderita karena ingin balas dendam,” tutur Akira semakin membuat Sofia kebingungan. Akira bisa menangkap ketidak pahaman ibunya. Dia pun menceritakan semuanya secara lengkap. Tentang hubungannya dengan Albert, pertemanannya dengan Clarissa, pertemuannya dengan Dannish, bahkan tentang kembalinya Akira dan Elza ke rumah Albert. Sofia tidak menyangka terlalu banyak permasalahan pelik yang harus dihadapi putrinya seorang diri. Dia merasa tak bisa membantu apa-apa sebagai orang tua. Akira menyimpan semua sendiri demi tidak melukai hati Sofia. “Siapa nama anakmu ini, Akira?” tanya Sofia sembari mengambil alih bay
Sofia begitu terkejut mengenali siapa laki-laki yang tampak bersanding mesra dengan seorang perempuan dalam foto. Dia hafal dengan jelas itu adalah wajah suaminya. Sofia juga tak bisa lupa siapa perempuan yang tampak bahagia di sisinya.Itu adalah sebuah kenangan pahit yang tidak akan pernah Sofia lupakan untuk seumur hidup. Seolah foto itu menunjukkan kebahagiaan sebuah keluarga kecil yang utuh. Padahal Sofia tahu benar kejadiannya tidak seperti yang bisa dibayangkan orang-orang.Sofia tidak menyangka Akira bisa mendapatkan potret itu setelah sekian lama waktu berlalu. Sekian lama pula dia berusaha melupakan kejadian buruk yang tidak pernah ia harapkan akan terjadi dalam keluarganya.“Perempuan dalam foto itu bernama Tiana, ibunya Albert. Aku pernah mendengar cerita dari pembantu di sana bahwa dulunya Tiana meninggal karena bunuh diri setelah mengalami depresi. Aku menemukan foto itu di gudang rumah Albert. Rasanya begitu terkejut saat mengenali bahwa laki-laki yang disebut sebagai a
Seiring berjalannya waktu, tidak ada seorang pun yang bisa menahan laju jalan takdir. Semua berubah karena tergilas keadaan. Terlibat dalam satu kasus nyatanya membuat Tiana dan Adi semakin dekat. Simpati yang dirasakan Adi juga mulai tumbuh tidak wajar layaknya pada klien secara umum.Adi mulai menuruti isyarat hati untuk menunjukkan perhatian pada Tiana dan putranya. Dia bersembunyi di balik alasan kepedulian dan rasa kasihan. Padahal tanpa dia sadar, semua perhatian yang dia tunjukkan mulai disalah artikan oleh Tiana.Tiana menangkap semua perbedaan sikap Adi sebagai bentuk ketertarikan kepadanya. Dia bukan tidak tahu bahwa pengacaranya itu sudah beristri. Tapi dia tidak peduli karena diam-diam dia juga menyimpan kekaguman tersendiri pada sosok laki-laki itu.Tidak hanya tentang rupa atau harta yang dimiliki Adi Hutama, hal yang membuat Tiana tertarik adalah sikap yang ditunjukkan sang pengacara. Perhatian dan kasih sayang tulus dari seorang laki-laki yang selama ini amat Tiana dam
Keadaan semakin rumit. Bahkan setelah kasus persidangan yang memenangkan hak asuh putranya, hubungan Adi dan Tiana bukannya selesai namun justru berlanjut semakin dekat. Tiana semakin berani terang-terangan mendekati Adi tanpa memikirkan perasaan Sofia.Adi pun berubah. Dia tak lagi hangat seperti dulu pada Sofia. Dia lebih sering menghabiskan waktu bersama Tiana dan putranya.Sofia jelas terluka. Dia merasa tidak bisa tinggal diam dan membiarkan rumah tangganya hancur karena kehadiran perempuan lain. Sofia berpikir keras bagaimana dia bisa memisahkan suaminya dari jeratan Tiana.Pada suatu hari, Sofia memberanikan diri mendatangi rumah Tiana. Sudah tiga hari lamanya Adi berada di rumah perempuan itu dan tidak pulang ke rumah. Perih hati yang dirasakan Sofia kian memuncak. Dia tidak bisa terus bertahan dalam diam.Sofia harus menuntut keputusan. Dia siap dengan segala konsekuensinya. Dia memang sangat mencintai sang suami. Tapi apa guna jika orang yang dia cintai sama sekali tidak mem
“Mama…mama kenapa? Mama menangis?” tanya Albert yang tiba-tiba mendatangi kamar Tiana.Albert merasa ketakutan saat sempat melihat ibunya mengamuk dan melemparkan barang-barang hingga kamar berantakan. Perlahan Albert memberanikan diri untuk mendekati ibunya yang terduduk lemah di lantai.“Jangan menangis lagi, Ma. Papa pergi ke mana?” tanya Albert yang tak mengerti apa-apa.“Papamu sudah pergi dengan perempuan itu,” jawab Tiana tidak berusaha menyembunyikan apa pun dari putranya. Dia tidak peduli walau semua penuturannya itu akan berpengaruh buruk pada jiwa Albert.“Memangnya tante tadi siapa? Kenapa dia membawa pergi papa? Apa papa akan kembali lagi nanti?” tanya anak kecil itu.“Papamu tidak akan pernah kembali. Perempuan itu namanya Sofia. Dia sudah merebut semua kebahagiaan kita. Dia sudah mengambil papamu,” ungkap Tiana semakin meracuni pikiran Albert.“Kenapa papa tega meninggalkan kita?” ujar Albert ikut bersedih mendengar penuturan sang ibu.Api amarah mulai ikut memercik di
Sofia adalah perempuan yang cerdas. Dia merekam semua pengakuan orang bayaran Tiana. Dia akan menjadikan rekaman itu sebagai barang bukti yang membuat Tiana tidak akan bisa mengelak kejahatannya.Setelah selesai memberikan pengakuan dengan jujur, Sofia pun melepaskan laki-laki itu dan membiarkannya pergi. Urusannya adalah dengan Tiana. Sedangkan laki-laki itu hanya pelaku bayaran yang tidak tahu apa-apa.Pada suatu hari, Sofia memberanikan diri pergi ke rumah Tiana dengan membawa barang bukti yang ia dapatkan. Dia pergi dengan penuh kemarahan. Dia akan membuat Tiana mengakui kesalahannya. Bahkan kalau perlu, rasanya dia ingin menyeret Tiana ke dalam jeruji besi saat itu juga.“Tiana, keluar kamu!” teriak Sofia saat tiba di beranda rumah selingkuhan mendiang suaminya. Keributan itu membuat Tiana turun dan melihat apa yang sebenarnya terjadi. Dia sedikit terkejut saat mendapati Sofia sudah berdiri di depan pintu rumahnya.“Jadi kamu yang membuat keributan sepagi ini di rumahku? Ada apa
Setelah beberapa jam kemudian, Tiana semakin kalang kabut saat mendengar suara mobil polisi berhenti di depan rumahnya. Dia mengintip dari jendela kamar dan melihat beberapa petugas berseragam mulai turun dan berjalan mendekati pintu depan. Tiana melihat Sofia juga ikut bersama para polisi.“Kurang ajar si Sofia itu. Perempuan terkutuk. Dia benar-benar melaporkanku pada polisi,” umpat Tiana. Dia semakin gelisah memikirkan bagaimana caranya dia bisa menghindar. Dia jelas tidak ingin diringkus oleh polisi.“Ada apa, Ma?” tanya Albert yang tak mengerti apa-apa. Dia hanya kebingungan melihat sikap ibunya yang gelisah.“Di bawah ada polisi. Mereka ingin menangkap mama. Mama akan dipenjara,” ujar Tiana.“Tapi apa yang sudah mama lakukan sehingga mereka ingin menangkap mama?” tanya Albert.“Diam saja kau, Albert. Kamu tidak akan mengerti apa-apa. Sekarang pikirkan saja bagaimana caranya menyelamatkan ibumu ini. Jangan hanya diam dan bertanya hal-hal yang tidak penting. Bahkan keberadaanmu ti