Riehla yang nampak lebih cantik dari biasanya dengan dress biru muda selutut berlengan panjang terlihat diarahkan masuk ke dalam suatu Restaurant dengan Ellio yang menuntunnya.Sampainya di tempat yang sudah ditentukan, Ellio yang berdiri di depan Riehla, perlahan membuka penutup mata yang dipakai Riehla. Betapa terharu dan tidak menyangkanya Riehla atas kejutan yang diberikan Ellio.Saat manik mata Riehla tertuju pada Ellio, Ellio memperlihatkan senyum manisnya. Tiba-tiba Ellio berjongkok. Mengeluarkan sebuah kotak kecil putih dari saku mantel cokelat tuanya. Memperlihatkan sebuah cincin berlian yang indah."Cincin yang kamu kasih kan masih ada.""Mengingat apa yang terjadi sebelumnya bukankah kita harus mengganti dengan yang baru? Terlalu banyak menyimpan momen yang sedih cincin itu, Rie.""Benar. Kita perlu mengukir kenangan indah yang baru." Lalu, tersenyum manis.Ketika Ellio mengeluarkan cincin itu spontan Riehla mengulurkan tangan kanannya. Ellio pasang cincin itu pada jari man
Riehla perhatikan Ellio yang merebahkan dengan lembut tubuh mungil Zura di atas ranjang. Bahkan menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuh sang putri."Terima kasih untuk malam ini," ucap Riehla yang berdiri di samping Ellio."Kamu gak perlu terima kasih."Ellio menarik lembut salah satu tangan Riehla, membawa perempuan itu masuk ke dalam dekapannya. "Aku justru yang seharusnya terima kasih. Terima kasih mau mempertahankan hubungan ini dan gak pergi lagi.""Aku gak mau jadi orang yang hanya memikirkan pendapatan diri sendiri lagi."Ellio lepas pelukan itu. Mengelus lembut kepala Riehla. "Jangan berpikiran lagi untuk melepas tangan aku. Gak ada kamu di hidup aku rasanya berat.""Janji."Disudahinya mengelus lembut kepala Riehla. "Oh ya, honeymoon mau ke mana? Biar aku persiapkan dari sekarang."Tiba-tiba pipi Riehla merah merah. Entah apa yang dipikirkan perempuan satu itu, Riehla nampak malu. Ellio yang melihat itu tersenyum gemas. "Hayo apa yang kamu pikirkan," goda Ellio."Gak ad
Diketuknya pintu. Ani yang membuka pintu dilihatnya calon menantu. "Masuk! Riehla ada di Kamar lagi menenangkan Zena yang nangis.""Kalau gitu, saya masuk."Ani menyingkir dari depan pintu, membiarkan Ellio masuk. Ellio langkahkan kaki masuk ke dalam Kamar dengan pintu yang terbuka lebar."Zena kenapa?" Sembari menatap Zena yang dalam gendongan Riehla terus menangis."Gak tahu nih. Tiba-tiba nangis.""Biar aku yang gendong." Riehla berikan Zena pada Ellio. Zena nampak memeluk Ellio dengan melingkarkan tangannya di leher Ellio.Ellio tepuk-tepuk pelan dan lembut punggung belakang Zena dan dengan cepat tangis Zena terhenti. Riehla yang melihat itu semakin yakin bahwa Ellio benar Papa-nya Zena. Zena sepertinya merasa tenang dalam pelukan Ellio."Kalau sudah seperti ini gimana bisa Zena jauh dari kamu," ucap Riehla."Sepertinya Zena lebih sayang aku.""Dia sangat membutuhkan sesosok Ayah, pasti sangat bahagia saat tahu orang yang selama ini perhatian padanya menjadi Ayah-nya.""Terlebih a
Selesai dengan pekerjaan di sore hari, Ellio langsung mencari oleh-oleh yang akan ia berikan pada keluarga-nya. Berjalan santai di salah satu Mall dengan retina mata yang melihat ke setiap penjuru arah.Melihat boneka yang lucu-lucu dipajang, Ellio masuk ke sana. Ellio langsung teringat putri kecil-nya itu. Tidak tahu Zena menyukai yang seperti apa, Ayah satu itu memutuskan mengambil boneka kelinci berwarna pink yang terlihat menggemaskan.Setelah mendapat hadiah untuk Zena, Ellio kembali melihat-lihat apa yang akan ia berikan untuk Riehla. Langkah Ellio terhenti di depan Toko baju perempuan. Menatap serius dress yang terdapat di manekin.Sepertinya lelaki itu tertarik dengan dress satu itu. Ellio masuk ke dalam. Kembali memperhatikan dress hijau sage sedikit di bawah lutut dengan lengan pendek dan terdapat tali dengan bahan serupa di bagian perut, serta leher yang berbentuk huruf v."Can I help you, sir?" tanya staf perempuan dengan rambut tertata rapi yang diikat satu.Ellio mengata
SAH!Wajah-wajah bahagia memenuhi aula Gedung tempat pernikahan ElRi berada. Wajah bahagia yang bercampur haru. Bahkan Ani yang duduk seorang diri, meneteskan air mata.Ketika Ellio memakaikan cincin pernikahan pada jari manis Riehla, Riehla yang tidak bisa menahan akhirnya meneteskan air mata. Akhirnya hari bahagianya tiba.Ellio yang selesai memakaikan cincin, tersenyum. Menghapus air mata sang istri. Riehla memakaikan cincin pada jari manis Ellio, lalu mencium punggung tangan lelaki yang telah resmi menjadi suami-nya.Ellio sentuh wajah Riehla dengan kedua tangan dengan lembut. Mencium kening Riehla dengan penuh cinta. "Terima kasih sudah mau bertahan hingga hari ini," ujar Ellio sembari beralih menggenggam kedua tangan Riehla."Mm. Aku juga mau terima kasih karena apa pun yang terjadi kamu tetap berada di samping aku.""Karena sudah jadi istri aku gak ada lagi waktu untuk berpikiran kabur! Jangan pernah melepas tangan aku, Rie."Sembari tersenyum Riehla mengganggukkan kepala. Elli
Kedua pasangan yang baru beberapa saat lalu menikah itu melangkah masuk ke dalam suatu Rumah. Riehla yang berjalan di samping Ellio, terus mengikutinya sampai di depan pintu salah satu Kamar.Ellio buka pintu Kamar. "Ini Kamar kamu kan?" tanya Riehla sembari memperhatikan saksama Kamar Ellio yang sudah berbeda dari sebelumnya."Sekarang jadi Kamar kita." Sembari menatap Riehla.Riehla melangkahkan kaki disusul Ellio yang berada di belakang. "Kamar yang pernah kamu tempati akan menjadi Kamar Zena."Membalikkan tubuh ke arah Ellio. "Sebaiknya kita siap-siap sekarang.""Kamu perlu mandi dulu?" tanya Ellio."Nanti saja kalau sudah tiba di sana.""Kalau gitu aku mandi dulu sekitar 10 menit.""Okay."Ellio mengambil pakaian dari dalam lemari. Meninggalkan Riehla yang berjalan ke arah meja rias. Riehla yakin jika sebelumnya tidak ada meja itu. Ellio melakukannya demi Riehla.Mendudukkan diri di bangku. Mulai menghapus make up dan membuka tataan rambut.Sampai Ellio selesai dengan kegiatannya
Untung masih ada dua pasang baju yang benar. Kaos putih sedikit kebesaran dan celana panjang bahan. Jadi, Riehla tidak akan kebingungan. Riehla ambil kaos dan celana itu.Pergi meninggalkan Ellio yang belum mendapat jawaban atas kenapa tiba-tiba Riehla bertanya mengenai apa Ellio yang mempersiapkan semuanya.Ellio yang penasaran pun membuka lemari bagian baju Riehla berada dan Ellio sedikit terkejut dan langsung menutup pintu lemari.Melangkah ke arah nakas di mana mantelnya berada. Mengeluarkan handphone dari dalam saku, menyentuh beberapa kali handphone lalu menempelkan pada telinga. Berjalan keluar Kamar.Menggeser pintu Rumah yang tertutup. Mendudukkan diri di teras yang berlantai kayu."Ken—""Maksud kamu apa?""Santai, Kak. Ada apa sih?""Pakaian yang kamu siapkan untuk Riehla. Riehla terlihat kurang nyaman.""Ohh, itu. Kan biar semakin romantis malam-malam kalian.""Gak seharusnya Kak Ellio menyerahkannya sama kamu."Sebelum Yura mengatakan sesuatu Ellio sudah lebih dahulu meng
Bukan di Restaurant, Ellio bahkan mempersiapkan sendiri dengan menyuruh Riehla tetap di Kamar sampai makan malam yang ia persiapkan selesai.Tok tok tokRiehla yang berpakaian santai tengah bersantai di tempat tidur, berjalan ke arah pintu. Membukanya dan terlihat Ellio dengan Ruang Tengah yang lumayan gelap.Ellio menyodorkan salah satu tangan dan Riehla menggapainya. Ellio ajak Riehla keluar Kamar dan ada beberapa lilin berwarna merah di lantai serta satu buah lilin putih besar yang ada di tengah-tengah meja makan.Ellio geser kursi untuk Riehla duduki. Ellio duduk di kursi tepat di hadapan Riehla. Tidak Riehla sangka bahwa Ellio mempersiapkan malam malam seromantis ini.Lihatlah juga makam malam yang sudah seperti di Restaurant. Steak dengan beberapa tumis sayuran dan kentang yang dicetak bundar dihaluskan dipangggang itu."Kapan datangnya makanan ini?" tanya Riehla."Saat aku menata meja.""Sepertinya enak.""Dimakan, Rie."Riehla potong daging itu dengan pisau, menusuknya dengan