Beranda / Romansa / Terjebak Sandiwara Bos Besar / 47. Obrolan larut malam

Share

47. Obrolan larut malam

Penulis: Amegatari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-29 21:19:45
Setelah mengingat hal bodoh yang dilakukannya seusai pesta hari jadi H&U Group, Lita berusaha menghindari Ardan. Baik di kantor maupun di rumah, perempuan itu memandang ke arah lain saat Ardan berbicara dengannya.

Alen yang terus memperhatikan mulai merasa sikap mamanya aneh. Ia tampak cemas karena Lita tampak berusaha menghindari ayahnya.

Setelah pulang kerja hari itu, Lita izin untuk pergi makan bersama dengan anggota divisinya. Ia menolak saat Alen ingin ikut dan hal tersebut membuat bocah itu semakin kesal dengan Ardan.

“Ini semua pasti gara-gara papa..,” ucap Alen dengan dahi mengerut.

Ardan memandang putranya dengan ekspresi bingung. “Gara-gara papa?”

“Ya, papa pasti melakukan kesalahan jadi mama kesal… Jadi Alen tidak boleh ikut pergi.”

Pipi bulatnya semakin mengembang karena bocah itu cemberut.

‘Kenapa malah jadi gara-gara aku?’

“Itu karena mama sedang ada acara dengan teman-teman kerjanya, Alen,” ucap Ardan beralasan.

“Tapi biasanya Alen boleh ikut kemanapun mama perg
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   48. Tekanan yang disembunyikan

    Pada layar ponsel Lita muncul pemberitahuan pesan dari nomor tidak dikenal yang menyebutnya perempuan penggoda. Ardan tidak bisa melihat semuanya karena ponsel itu terkunci. Ia melirik ke arah Lita untuk memastikan perempuan itu tidak terbangun. Rasa penasaran yang muncul membuat Ardan meraih tangan Lita. Ia dengan hati-hati mengarahkan jari perempuan itu untuk membuka kunci dengan sidik jari miliknya. Setelah berhasil membuka kunci layar ponsel tersebut. Ardan melangkah pelan menuju sofa kecil dekat jendela. Ia menyalakan tabletnya lalu menyambungkannya dengan ponsel Lita. Ia membaca semua pesan dari nomor tidak dikenal itu. Wajahnya yang tampak serius berubah marah ketika ia melihat begitu banyak pesan serupa dalam ******** tersebut. 08xxxxx3 : [Sepertinya dengan memamerkan tubuh mu, kamu bisa menggoda semua pria ya?] 08xxxxx1 : [Daripada kamu, ku rasa Lisa lebih cocok menjadi istri Ardan, mereka memiliki latar belakang keluarga yang serupa.] 08xxxxx7 : [Cara mendapatkan pria

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-30
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   49. Mendung

    Mobil putih itu sampai di gedung H&U Media tepat pukul sembilan. Halaman depan maupun tempat parkir tidak terlalu ramai. Beberapa orang tampak berbisik-bisik saat melihat Lita dan Ardan datang secara bersamaan. Sebagiannya lagi langsung menyapa dengan senyum ramah di wajah. “Kamu masih takut makan siang di kantin?” tanya Ardan setelah berada di elevator. “Aku tidak takut, lalu sudah ku bilang aku bisa mengurus diriku sendiri, kamu tidak perlu membawakan makanan setiap hari.” “Kalau tidak takut, kenapa kamu jarang sekali makan di kantin?” “Aku bosan dengan makanan di kantin,” jawab Lita beralasan. “Begitu? Apa aku perlu minta pengelola kantin mengubah menu?” ‘Dia sebenarnya kenapa?’ “Tidak perlu, Ardan. Jangan lakukan itu. Kamu mau ada rumor apalagi tentang ku? Istri dirut tidak suka makanan di kantin lalu semua menu diubah?” Ardan menatap Lita dengan ekspresi serius. “Sepertinya itu ide bagus.” “Hei, aku bercanda…. Jangan pernah lakukan itu.” ‘Apa dia tidak pernah bercanda

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   50. Hujan

    ((Peringatan!! bab ini mengandung hal sensitif seperti kekerasan dan pelecehan. Bagi pembaca yang merasa tidak nyaman dengan konten tersebut dianjurkan untuk tidak membacanya.)) -- . . Suasana kantor H&U Media hari itu tetap seperti biasanya meski hujan turun dengan sangat deras. Hujan yang akhirnya turun setelah sekian lama itu tidak disadari oleh banyak orang yang sibuk dengan pekerjaannya. Lita meregangkan badannya perlahan setelah menyelesaikan laporan kinerja tim untuk bulan itu. Ia meraih ponselnya lalu membaca pesan yang dikirimkan Ardan pada 9.30 lalu. ‘Dia serius?’ Pandangannya beralih ke arah jam tangannya. 20 menit lagi jam istirahat tiba. Ia membalas pesan tersebut, menolak ajakan Ardan dan beralasan akan makan sendiri di kantin. /Tok…tok…/ “Ya masuk…” Nia masuk sambil membawa satu kantong plastik di tangan kanannya. “Ada oleh-oleh dari bu Fani.” “Oleh-oleh? Memang

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-31
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   51. Kejadian yang mengubah semuanya

    Ardan melepas jasnya lalu memakaikannya ke Lita. “Sudah tidak apa-apa, aku disini…” Aroma parfum dari jas itu membuat kesadaran Lita perlahan kembali. Tatapan matanya yang kosong menatap Ardan yang berjongkok tidak jauh darinya. “Ardan?” “Ya, ini aku…” Ekspresi marah pria itu justru membuat Lita merasa takut. “Aku– aku tidak tau kenapa dipanggil kesini.” Pria itu memang tampak marah, tapi ia sebenarnya sedang marah kepada dirinya sendiri karena membuat Lita berada dalam bahaya. Air mata perempuan itu berjatuhan dan ia merasa benci dengan dirinya sendiri karena membuat Ardan melihat kondisinya yang sangat buruk. “Ya, nanti katakan pada ku kalau kamu memang ingin mengatakannya… kamu bisa berjalan? Ayo pindah ke ruangan ku.” Pandangan mata Lita beralih ke tangan Ardan yang terkena darah lalu beralih ke Rendy yang tergeletak tidak sadarkan diri. Lita mencoba bangkit tapi kakinya terasa sangat lemas. Ia menggertakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-01
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   52. Orang yang bisa dipercaya

    Ardan kembali ke ruangannya setelah mengurus semua hal yang diperlukan. Ia menatap Lita yang masih berbaring dalam waktu lama. Tatapan matanya tidak sedingin biasanya, ekspresinya tidak datar seperti sebelumnya. Kali ini rasa bersalah terlihat jelas pada wajahnya. “Aku benar-benar minta maaf,” ucap Ardan lirih. /tok…tok…/ “Masuk.” Seorang perempuan berambut bob klasik dengan kacamata hitam dan tas besar masuk ke ruangan tersebut. “Apalagi ini Ardan?” ucapnya sambil melepas kacamata. “Seperti yang sudah ku jelaskan di telepon…” “Aku mengerti, tapi apa kamu tidak salah memanggil dokter spesialis penyakit dalam untuk urusan seperti ini?” “Kamu dokter, meski bukan keahlian mu, tapi kamu pasti bisa melakukan sesuatu.” “Ku sarankan bawa ke rumah sakit saja…” “Kamu tau aku tidak bisa melakukan itu, aku sudah memberitahu mu.” Wanita berambut bob klasik itu menghela nafas lalu mengalihkan pandangannya ke arah Lita. Ia mendekat lalu memeriksa perempuan itu perlahan. Terdapat sediki

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-02
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   53. Perhatian

    Suasana menjadi hening kembali selama beberapa waktu. Hanya terdengar bunyi detik jam dan itu membuat Ardan semakin merasa canggung. “Aku ada kenalan psikolog yang bagus kalau kamu perlu,“ ucap Ardan ragu. “Kamu tidak perlu memikirkan itu.” Lita menatap gelas berisi air di hadapannya dengan ekspresi sendu, lalu pandangannya beralih ke Ardan kembali. Ia ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi yang Lita lakukan hanyalah menghela nafas panjang. ‘Dia bisa juga berekspresi seperti itu ternyata…’ Setelah percakapan tersebut, Lita dan Ardan kembali terdiam. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak lama setelah suasana hening dalam ruangan tersebut, terdengar ketukan pintu. Ardan bangkit lalu membuka pintu. Ia berbicara sebentar dengan seseorang perempuan yang tidak Lita kenali suaranya. Pria itu menutup pintu lalu melangkah menuju Lita kemudian menyerahkan paperbag berisi satu set pakaian lengkap. Perempuan

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-03
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   54. Tidak terlalu benci

    Alen mendekatkan dirinya ke arah Lita perlahan. Tatapan matanya memastikan sang ayah masih sibuk di dapur. “Sebelumnya Alen pikir papa menyuruh mama kembali hanya karena Alen,” ucap bocah itu dengan suara pelan. Lita masih diam menunggu Alen melanjutkan perkataannya meski dalam hati ia merasa bingung kenapa bocah kecil tersebut bisa berpikir sampai seperti itu. “Tapi sekarang Alen tau perasaan papa.” ‘Tunggu, kalau aku bertanya bukankah aku justru bisa membuat Alen ragu kembali?’ “Ehmm ya tentu saja kami saling mencintai, kenapa kamu sebelumnya tidak berpikir begitu?” tanya Lita dengan suara pelan juga. Perempuan itu mengutuki lidahnya sendiri yang semakin terbiasa berbicara omong kosong. “Terlihat begitu…,” jawab Alen dengan ekspresi serius. Keduanya bertatapan dalam waktu lama lalu Alen menyenderkan dirinya di pangkuan sang ibu. “Jadi apa yang membuat mu mengetahui perasaan papa mu?” “Papa hanya memasak untuk orang yang dicintainya, Alen… lalu mama,” ucap bocah itu sambil

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-04
  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   55. Kompromi

    Nia tertawa pelan saat mendengar respon Lita. “Lalu kenapa kamu memakai baju yang berbeda saat pulang kemarin?” “Itu– itu ehmm baju ku terkena saus…,” jawab Lita asal. Ia masih belum menemukan alasan yang tepat dalam situasi mendadak itu. Namun perempuan itu enggan mengiyakan tebakan Nia yang terlalu jauh. ‘Hahh seharusnya aku memikirkan semuanya kemarin…,’ keluh Lita dalam hati. “Ya ya saus, hehe, terkena saus, hehe,” ucap Nia sambil tertawa. Ia melangkah lebih dulu meninggalkan Lita yang masih membeku di tempatnya. Perempuan itu sesekali menoleh sambil tersenyum geli melihat wajah Lita yang bersemu merah. ‘Astaga… kenapa sih dia itu selalu saja…’ “Pagi Tara…” “Hai Lina, pagi,” balas Lita yang masih berusaha mengendalikan ekspresinya. “Kamu kenapa pagi-pagi begitu wajah mu terlihat memerah? Demam?” “Ehmm bukan kok,” jawab Lita canggung. Kedua perempuan itu melangkah bersama dan baru berpisah ket

    Terakhir Diperbarui : 2024-01-06

Bab terbaru

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   14. Perasaan

    Ardan menyilangkan tangannya. “Itu karena kamu menyibukkan diri dengan mengerjakan banyak hal tanpa menyempatkan diri mengobrol santai dengan yang lain bukan?“Kamu juga tidak pernah mau ku ajak makan bersama atau pulang bersama, tentu wajar jika mulai ada rumor seperti itu,” tambah Ardan.Lita terdiam, ia selama ini memang sengaja mengambil pekerjaan sebanyak mungkin untuk mengalihkan pikiran juga untuk menghindari pertemuan yang terlalu sering dengan Ardan.‘Sial… aku terlalu fokus dengan diriku sendiri tanpa memperhatikan apa yang terjadi di sekitar,’ keluh Lita dalam hati.“Maaf, aku tidak berpikir kalau akan ada rumor seperti itu.”Ardan menatap ‘istrinya’. Namun Lita tidak bisa memahami makna dari ekspresi tersebut.“Apa kamu bertemu dengan teman masa kecil mu lagi?”“Teman masa kecil? Siapa?” Lita mencoba mengingat semua kegiatannya lalu menggeleng. “Aku tidak bertemu dengan teman ku selama sebulan ini, yang ku temui hanya rekan kerja.”“Aku tidak tau sebenarnya ada apa, tapi f

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   13. Percikan

    Lita memijat dahinya pelan. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa lagi. Perasaan terlarang yang tumbuh alami tanpa bisa dihentikan itu membuat ia merasa benci dengan dirinya sendiri.Meski ia sudah berusaha menepis dan mengalihkan perhatiannya kepada hal lain. Ia tetap tidak bisa mengurangi perasaan itu. Walaupun ia berusaha bersikap ketus dan dingin, ia kembali merasa hanyut saat Ardan bersikap hangat.Waktu sudah berlalu satu bulan sejak Ardan menegurnya, tapi Lita masih enggan menggunakan uang jatah bulanan yang ia dapatkan. Perempuan itu masih saja menggunakan uangnya sendiri untuk keperluannya dan juga membelikan makanan maupun mainan untuk Alen. Meski statusnya dalam keluarga itu hanyalah sebatas perjanjian, ia ingin menunjukkan rasa sayangnya yang tulus kepada Alen.Tentu saja Ardan masih memantau penggunaan uang yang diberikannya. Namun karena awal tahun disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan, ia masih belum menegur Lita lagi secara langsung.Lita sengaja mengambil ban

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   112. Tanda

    “Apa ini? Ada yang berulang tahun?” tanya Lita memastikan. Ardan mendekat lalu memberikan buket bunga dan hadiah ke Lita. “Tidak, tapi ini hari yang penting.” Lita menerima buket bunga dan hadiah itu sambil tersenyum meski merasa bingung. Ia berusaha menyembunyikan perasaan sebenarnya karena kakek dan neneknya sedang melihat. “Kamu pasti lupa kalau pada tanggal ini kita bertemu untuk pertama kalinya dulu,” ucap Ardan lagi. ‘Dia gila ya? apa perlu sejauh itu berpura-pura?? Lagi pula kakek dan nenek tidak perlu diperlihatkan seperti ini pun tetap percaya kalau dia suami ku…’ Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu menampilkan senyum senang. “Tentu aku ingat, itu hari yang spesial, tapi aku tidak menyangka kalau kamu menyiapkan ini.” “Ya, yang ku maksud urusan penting itu untuk menyiapkan ini.” ‘Seharusnya dia memang jadi aktor saja…’ gerutu Lita dalam hati. “Oh begitu? Kamu masih saja tetap romantis seperti dulu,” balas Lita dengan senyum yang dipaksakan. “Dia sangat perhatian

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   111. Teman lama

    “Ehmm, sepertinya tidak bisa sekarang. Aku sudah janji akan langsung pulang begitu selesai acara…” “Janji?” Davin memandang ragu ke arah Lita lalu mengangguk pelan. “Oh begitu… maaf membuat mu tidak nyaman karena malah menawarkan minum kopi bersama.” “Tidak, tidak… aku senang, mungkin lain kali aku bisa meluangkan waktu.” “Tidak perlu memaksakan diri, aku bertemu dengan mu begini saja sudah senang.” Percakapan keduanya terhenti saat Rini tiba-tiba mendekat. “Lita, kamu sudah ingat dengan teman mu yang ini?” “Tentu aku ingat, walau tadi sempat tidak mengenali…” “Dia Davin yang ku maksud, yang titip salam untuk mu.” Dahi Lita mengernyit, ia baru teringat saat Rini mengatakan ia mendapat salam dari seseorang. Pandangan matanya beralih ke arah Davin yang tersenyum ke arahnya. “Oh… maaf, karena sudah lama tidak bertemu, aku jadi lupa…” “Kamu melupakan teman masa kecil mu?” tanya Davin yang kemudian tertawa. “

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   110. Reuni

    Alen sejak tadi menatap Lita yang sedang bersiap untuk acara reuni. Ekspresi bocah itu terlihat sedih meski sudah dijelaskan bahwa ibunya hanya pergi sebenar.“Aku tidak boleh ikut?” tanya Alen lagi.“Alen, mama hanya pergi sebentar kok.”“Tapi mama akan kembali kan?”“Tentu saja, kenapa bertanya begitu?”Bocah kecil itu tidak menjawab. Ia masih terlihat murung tapi tidak sampai menangis atau menahan Lita agar tidak pergi.Lita mendekati ‘putranya’ lalu mengusap pelan kepala bocah itu. “Mama hanya bertemu dengan teman-teman mama, setelah selesai nanti langsung pulang.”“Bagaimana kalau mama bertemu dengan orang lain?”‘Apa maksudnya? Orang lain? Tentu saja aku bertemu teman-teman ku yang adalah orang lain?’/klek…/Obrolan keduanya terhenti saat Ardan masuk ke ruangan itu. Pandangan mata pria itu menyelidik penampilan Lita mulai dari sepatu sampai anting yang dipakai.“Teman mu sudah datang.”“Oke.”Pandangan mata Lita beralih ke Alen lalu ia mencium keningnya. “Mama pergi dulu ya?”B

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   109. Peran

    Perjalanan menuju rumah pada sore hari itu berlangsung panjang. Jalanan yang macet membuat waktu tempuh menjadi lebih lama dari seharusnya. Lita terbangun tepat saat mobil yang mereka naiki memasuki area komplek GrandC. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu menoleh ke sebelahnya. Alen terlihat tidur sambil bersandar di lengannya. “Maaf ya, tuan, nyonya, perjalanannya jadi sangat lama karena macet,” ucap pak supir begitu memasuki pekarangan rumah Ardan. “Tidak apa-apa kok, saya malah ada kesempatan istirahat.” “Ponsel mu sejak tadi sepertinya terus bunyi,” ucap Ardan mengabaikan perkataan pak supir. “Oh iya? Aku tidak dengar…” Ardan turun membawa Alen lebih dulu kemudian masuk rumah. Ekspresi pria itu terlihat seperti sedang memikirkan banyak hal dan itu membuat Lita merasa bingung. ‘Dia kenapa lagi?’ Lita masih terdiam di halaman rumah begitu turun dari kendaraan. Ia tiba-tiba kembali teringat saat pertama kali menginjakkan kaki di kediaman itu. ‘Kalau waktu itu aku tida

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   108. Terikat

    Ardan tidak langsung menjawab, ia meletakkan ponsel dan dompetnya lalu berjalan menuju koper kemudian mengambil kaos lengan panjang. “Zan menghubungi ku, ada hal yang perlu ku periksa,” balas Ardan asal. “Bukankah dia juga sedang libur?” “Ya…” Lita mengalihkan pandangan matanya begitu Ardan langsung berganti pakaian di tempat. ‘Kenapa dia tidak ganti di kamar mandi saja sih?’ gerutu Lita dalam hati. Saat Lita mengalihkan pandangannya, Ardan tersenyum kecil. Ia menggantung kemeja yang tadi ia lepas lalu duduk di kursi dekat pintu. “Kenapa belum tidur?” Tatapan mata Lita kembali mengarah ke Ardan yang saat ini sedang menuang minuman. Ia bisa melihat dengan jelas ekspresi pria itu terlihat jauh lebih hangat dari sebelumnya. “Tadi siang aku sudah tidur, jadi sekarang aku belum mengantuk.” Setelah meneguk minuman di gelas, pandangan mata Ardan beralih ke putranya yang sedang terlelap. Kali ini ia terlihat sed

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   107. Menipu diri

    Ardan terdiam selama beberapa detik lalu secepat mungkin menutup pintu kembali. Lita yang sadar dari keterkejutannya pun langsung memakai kaos yang dipegangnya. Perempuan tersebut menghela nafas panjang lalu menyesali tindakannya. ‘Seharusnya aku berganti pakaian di kamar mandi…’ Sepuluh menit setelah itu Ardan baru masuk kembali ke dalam kamar dengan ekspresi canggung. “Aku mau ambil dompet…” “Oh… ya, ya.” balas Lita sambil mengangguk. Ada rasa canggung yang terlihat jelas dari gerak tubuhnya. “Aku akan keluar bersama saudara sepupu ku sampai malam… jadi tidak usah menunggu.” Lita mengangguk lagi. “Oke…” Pandangan keduanya bertemu, tapi Ardan langsung mengalihkan tatapannya ke arah Alen. Ia berusaha mengalihkan pikirannya. ‘Sial…’ “Kalau Alen terbangun dan menanyakan ku, hubungi aku,” ucap Ardan asal. “Ya…” “Kalau begitu, aku pergi dulu.” “Hati-hati di jalan…” Ardan melangkah pergi

  • Terjebak Sandiwara Bos Besar   106. Makan bersama

    Lita, Ardan dan Alen kembali ke kediaman Tanoro menjelang tengah malam. Ardan memang sengaja tidak di rumah neneknya lebih lama karena tidak ingin Lita bertemu dengan paman-pamannya lebih awal. Pria tersebut mengajak Lita dan Alen berkeliling ke berbagai tempat. Setelah mengenalkan kota kelahiran ibu kandungnya, mereka baru kembali ke rumah. “Maaf kami baru kembali, saya jadi tidak membantu menyiapkan makan malam,” ucap Lita dengan ekspresi bersalah. “Tidak apa-apa kok, nenek dengar Ardan memang sangat posesif,” balas Lasti Tanoro dengan senyum tipis. ‘Posesif?’ gumam Lita dalam hati sambil tetap mempertahankan ekspresi tenangnya. Sara yang sejak tadi sibuk dengan ponselnya, akhirnya mendekat ke arah Lita. “Ya, Ardan memang posesif, dia bahkan tidak mengijinkan Lita menginap di tempat ku terlalu lama.” Belum sempat membuka suara, Lita dikejutkan dengan suara berat seorang pria dari belakangnya. “Oh, ini istri Ardan?” ucap seorang pria paruh baya berkacamata. Lita menoleh ke ar

DMCA.com Protection Status