Jarum jam sudah bukan menunjukkan angka yang mewakilkan waktu pagi, penunjuknya mengacu pada angka dua belas yang menyatakan siang hari. Ethan tidak ingin beranjak dari kursinya walau sudah merasa kebas pada bokongnya, ia tetap meneruskan acara membaca satu buku yang paling menarik perhatiannya.Tangan Ethan terangkat membenahi letak kacamatanya saat pintu kamarnya terbuka dan Coco muncul dari baliknya. Wanita itu melangkah masuk begitu santai, seolah kamar itu kamarnya juga.Tapi, hari ini Ethan tak akan kesal, marah kepada Coco. Karena wanita ini baru saja dari klinik karena kulitnya yang tadi malam terkena kuah mi yang panas membuatnya jadi memerah dan harus mendapatkan penanganan.Coco duduk di sofa dan termenung, menatap meja dengan tatapan kosong. Ethan sampai heran dibuatnya karena tak biasanya Coco diam seperti ini, kemarin saja dia begitu aktif sampai Ethan jengkel."Bagaimana?" tanya Ethan menutup bukunya dan melepaskan kacamata bacanya.Coco perlahan menoleh menatap ke arah
Katakanlah Coco adalah wanita yang licik, yang terlalu memaksakan kehendak, yang obsesian. Tapi, semua itu takkan menghentikannya, takkan bisa menghadang langkahnya. Coco tetap selalu penasaran sebelum hasilnya terlihat, entah bagaimana hasil akhirnya, ia tetap kukuh mencoba.Coco melancarkan aksinya malam ini karena melihat ada peluang rencananya berhasil. Ia menuangkan obat perangsang di minuman Ethan ketika pria itu pergi mengambil garpu. Begitu Ethan kembali, Coco bersikap biasa seolah tak ada hal buruk yang terjadi."Terima kasih sudah perhatian padaku, Ethan," ujar Coco tiba-tiba. Ia kembali menyantap sup di hadapannya."Karena kau sedang sakit. Kau juga satu-satunya orang yang ada di sini selain aku, jadi kita harus saling membantu." Ethan kembali duduk. Ia meminum minumannya sebelum memakan makanannya. Dan hal itu diperhatikan lekat oleh Coco, jantungnya berdegup senang karena sedikit lagi langkahnya akan sampai pada hal yang didambanya. Sebenarnya Ethan sudah merasakan ada ya
Hari terakhir berada di TemptZone akhirnya tiba, sepuluh peserta diminta untuk mengecek kondisi tubuh mereka dengan pengukuran suhu tubuh dan juga kesehatan badan. Jelas saja tidak ada apa-apa yang terjadi, pengecekan itu hanya alibi dan para asisten mengumumkan kalau hasilnya adalah negatif dan esok hari mereka bersepuluh bisa kembali ke vila. Beberapa dari mereka ada yang ingin tinggal, dan ada yang juga tidak, seperti Grace dan Chelsea. Mereka harus kembali dan untuk tinggal dua hari lagi di vila sebelum keluar dari pulau ini dan kembali ke kehidupan mereka masing-masing. Chelsea sendiri sudah menentukan pilihannya. Ketika nanti pemilihan di hari ke empat belas berlangsung, ia tak akan memilih siapapun karena sekarang hubungannya dengan Jeremy sudah berada di posisi yang bagus. Chelsea tak akan mengorbankannya dengan pria lain yang ia kenal hanya dalam waktu satu hari. Jelas tak ada ketertarikan yang begitu dalam ia rasakan selama berada di vila. Semua keadaan antara peserta dan
Selamat malam semuanya. Bagaimana tiga hari kalian selama berada di kota terpencil ini? Aku James, produser kalian, akan membongkar semuanya. Chelsea mengernyit, kepalanya berputar memandang Jeremy yang tampak biasa saja. "Apa maksudnya?"Jeremy hanya tersenyum kecil. "Ayo tonton saja," jawabnya sekaligus memerintah. Dan mau tidak mau Chelsea harus menurutinya.Sama sekali tidak ada virus atau penyakit apapun di pulau ini. Hal itu hanya alibi karena kalian sudah berada di titik dimana harus menjalani ujian terberat. Sudah sesuai rencana jika kalian akan diasingkan ke Temptation Zone. Di sana kalian tinggal bersama seorang asisten lawan jenis yang sudah kami siapkan. Nantinya, mereka akan meluncurkan godaan dan melihat seberapa jauh kalian akan terpengaruh. Jika terpengaruh, maka kalian tidak setia dengan pasangan kalian di vila. Jadi, agar makin jelas, mari saksikan video yang sudah kami rangkum dari seluruh aktivitas sepuluh peserta dalam tiga hari ini.Terima kasih.Dan layar lapt
Pagi itu suasananya cukup sibuk, mereka harus berkemas singkat karena mobil sudah menjemput para peserta beserta asisten mereka agar segera dibawa kembali ke vila. Memang cukup gila memikirkan jika esok hari adalah hari terakhir mereka, sekaligus jadi hari penentuan akan bersama siapa keluar vila. Sedangkan saat ini saja keadaan mereka masih begitu berantakan, ada begitu banyak kesalahpahaman yang harus diselesaikan hanya dalam kurun waktu kurang lebih satu hari saja.Saat mereka semua sampai di vila. Hanya beberapa yang saling peluk dan hanya para wanita anggota vila saja. Sementara wanita dan pria yang berstatus pasangan seperti Noah dan Arabella, Delphi dan Prince, tidak melakukan kontak fisik apapun karena cukup canggung, terlebih ada asisten mereka berdiri berjajar di sana."Ngomong-ngomong di mana Ethan?" Delphi celinguk ke kanan dan kirinya, namun masih tak bisa menemukan Ethan.Mendengar nama Ethan disebut, pikiran Elea jadi kembali terlempar ke momen tadi malam. Ia tak akan m
Setelah Coco dibawa pergi oleh tim karena dia harus berhadapan dengan tim pusat yang akan menginterogasi dirinya lebih lanjut, kini waktunya untuk mereka mengucapkan selamat tinggal untuk para asisten. Yang mana agak memilukan karena meskipun tidak jadi kekasih, sang asisten sudah menjadi teman yang baik dan menemani mereka selama tiga hari dalam pengasingan-palsu."Aku pasti akan merindukanmu, Andrew." Elea memeluk Andrew begitu erat. Pria ini sudah dianggap seperti seorang kakak. Andrew mirip sekali dengan Emma hingga ia merasa sudah memiliki satu kakak wanita dan satu kakak pria."Pastinya, El. Aku akan menunggumu di sana." Andrew membalas pelukan Elea tak kalah eratnya. Ia tahu Elea tak membalas perasaannya, tapi mereka masih bisa dekat, kan. Dari jauh, Andrew bisa melihat Ethan tengah berdiri memandang dirinya dan Elea. Mendadak Andrew bisa merasakan seberapa rindunya Ethan pada Elea. Apalagi sekarang posisi Ethan cukup serba salah walaupun ia bukan yang bersalah. Jelas Elea aga
Situasi antara Arabella dan Grace bisa dibilang lumayan berkembang dari waktu itu. Dua wanita itu tampak berbincang walau sedikit-sedikit. Ini dikarenakan Grace yang tadi siang mengajak Arabella berbicara, ia juga meminta maaf amat sangat padanya. Meskipun Arabella tampak enggan, namun akhirnya ia luluh dan berkata kalau sekarang pun ia sudah memindahkan perasaan pada Noah. Jadi, Arabella dan Grace sudah baik-baik saja. Hanya saja, yang sudah terluka akan meninggalkan bekas. Begitupun Arabella. Mungkin ia dan Grace tampak berbaikan. Tapi jauh di dalam hatinya, masih ada waspada yang begitu besar dan ia pun tak akan pernah sama lagi seperti ia pada awalnya untuk Grace. Semua orang tampak cerah ceria sekarang, kecuali Ethan dan Elea. Terkhususkan dua orang itu, memang agak berbeda karena Elea sendiri yang membuat batasan dengan Ethan. Mereka tidak tahu apakah Ethan dan Elea akan berbaikan atau tidak, atau mungkin ke arah yang lebih buruk. Padahal besok sudah menjadi akhir perjalanan m
Setelah para pria menjalankan tugas mereka, kini saatnya para wanita membuka box masing-masing dan mencari tahu apakah ada tiket kepulangan yang terselip di dalamnya. Jika mereka menemukan tiket tersebut dan menerimanya, maka mereka harus menemui pasangan mereka yang sudah menunggu di luar vila, kemudian pergi bersama dengan helikopter yang sudah menunggu di ujung sana.Orang pertama yang terjun adalah Delphi. Dia melangkah gugup dengan seruan memotivasi dari teman-temannya. Dalam hati, ia antara yakin dan tidak yakin apakah Prince memilihnya atau tidak. Karena, orang pertama yang menarik perhatiannya kan Arabella, bukan dirinya.Delphi lalu membuka hati-hati penutup kotaknya. Dengan wajah datar, ia kemudian kembali menutupnya dan sontak saja empat wanita lainnya yang melihat wajah murung Delphi jadi kaget dan menebak-nebak apa yang sedang terjadi."Delphi? Kau tak apa?" Arabella mengkhawatirkannya. Sebab Delphi tampak kecewa.Tapi, Delphi tak bisa menahan ekspresinya lebih lama karen