“Nathan!” Athena berteriak keras, dia berlari menghampiri Nathan yang duduk di taman dan menunggunya. Tepat di saat Athena berlari, Nathan langsung beranjak dari tempat duduknya dan memeluk erat tubuh wanita itu.“Ada apa, Scarllett? Kenapa kau sangat bahagia?” ujar Nathan seraya mengurai pelukannya.“Nathan, aku diterima di Foster Internasional School! Sekolah yang kau rekomendasikan waktu itu! Aku lolos, Nathan. Aku juga mendapatkan beasiswa, Nathan. Tidak hanya itu, mereka juga memberikanku uang karena aku memenangkan kompetisi science, Nathan!” Athena memekik kegirangan, dia terus berkali-kali memeluk tubuh Nathan.“Selamat, Scarlett! Aku tahu, kau pasti akan lolos. Kau sangat hebat. Aku bangga padamu, Scarlett.” Nathan mengusap pelan rambut Athena. “Kelak ketika kau dewasa, kejarlah mimpimu. Aku yakin, kau akan memiliki masa depan yang hebat. Jangan pernah menyerah hanya karena ada orang yang menjatuhkanmu. Aku pernah membaca suatu buku. Di buku itu tertulis, jika kita lahir menj
Justin bungkam mendengar apa yang diceritakan Athena. Sesaat Justin hanya menatap Athena yang kini tengah meneteskan air matanya. Dia tidak menyangka dengan apa yang dialami wanita itu. Selama ini Athena tampak begitu kuat, tapi kenyataannya wanita itu berjuang bertahan hidup dengan begitu banyaknya luka. Diusir, direndahkan, dihina banyak orang, tetap membuat Athena terus bertahan. Mungkin, jika orang lain yang mengalami itu, mereka tidak akan mampu.Kini Justin mulai membawa tangannya menyentuh wajah Athena, dia mengusap air mata yang membasahi pipi wanita itu. Terlihat kesedihan yang begitu mendalam di mata Athena. “Kau pernah kecelakaan? Bagaimana kedaanmu saat itu?” tanyanya dengan nada rendah dan tersirat penuh kelembutan.Athena mengangguk lemah, dia menatap Justin dengan mata yang memerah. “Aku luka parah. Tepat bersamaan dengan kecelakaan itu, aku mengalami gagal jantung. Saat itu Dokter sudah mengatakan kemungkinan hidupku sangat kecil. Dokter juga sudah menyerah dengan kead
Justin turun dari mobilnya, dia melangkah masuk ke dalam perusahaannya dengan wajah yang begitu dingin. Terlihat sorot matanya yang tersirat penuh amarah. Di gerbang masuk Afford Group, banyak wartawan yang hendak meminta keterangan. Namun, tentu saja penjagaan ketat di Afford Group yang tidak mungkin bisa ditembus para media. Kini Justin melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, bersama dengan Peter yang sejak tadi selalu mengikutinya dari belakang.Saat tiba di ruang kerja, Justin langsung duduk di kursi kebesarannya. Wajahnya masih menunjukkan kemarahan. Namun, Justin berusaha bersikap tenang. Terutama banyak wartawan yang tadi ingin meminta keterangan darinya. Tentu Justin akan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu pada pernikahannya. Ya, ini adalah hal yang Justin benci. Sejak dulu, Justin tidak pernah suka kehidupannya disorot media. Karena dia tahu, tidak selamanya kehidupannya akan baik-baik saja. Seperti saat ini, jika ada masalah yang menimpa dirinya, maka media akan mengangk
Nathan melempar pajangan yang ada di hadapannya. Dia menggeram, menahan amarahnya. Ya, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Justin, kakaknya, membawa Athena dari kerumunan para wartawan. Namun bukan itu yang dipermasalahkan Nathan. Hal yang membuat Nathan sangat yakin berita itu benar adalah ketika wajah Athena yang tampak begitu gugup dan memaksakan senyuman di wajahnya. Tentu dia sangat mengenal Athena dengan baik. Meski sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi wajah gugup Athena ketika menghadapi sesuatu masalah tidak mungkin dia lupakan.Nathan memejamkan mata singkat, dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Buku harian Athena yang terekspos di media benar-benar seperti tulisan Athena. Kali ini dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia ingin sekali bertemu dengan Athena, menanyakan semuanya ini.“Tuan Nathan.” Cedric, assistant Nathan, berjalan terburu-buru masuk ke dalam ruang kerja Nathan.Nathan membuang napas kasar, dia menatap dingin assistant-nya yang berdiri di
“Aku menyukaimu, Scarlett.” Nathan kembali mengucapkan perkataannya. “Tapi, aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku, karena saat itu aku masih sangat mencintai gadis yang tidak pernah membalas perasaanku. Aku terjebak dalam perasaanku, Scarlett. Aku ingin kau berada di sisiku, tapi aku juga tidak bisa menutupi bahwa aku sangat mencintai gadis yang selalu aku tungggu. Maafkan aku, Scarlett,” lanjutnya dengan nada bersalah.Athena terdiam, dia tidak mampu lagi menjawab ucapan Nathan. Nathan pernah menyukainya? Dia rasanya seperti mimpi mendengar ucapan itu terlontar dari Nathan. Jujur saja, di hati Athena masih mencintai Nathan. Namun, rasa cinta itu tidak bisa lagi diartikan sebagai rasa cinta ingin memiliki.“Untuk apa kau ke sini?” Suara bariton memasuki taman, membuat Athena dan Nathan langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara itu. Seketika Athena terkejut melihat sosok pria yang begitu dia kenali melangkah mendekat ke arahnya dan Nathan.“Justin? Kau di sini?” Athena bera
“Justin, kenapa kau hari ini pulang cepat? Tidak biasanya kau sudah pulang jam empat sore,” ucap Athena sambil melirik Justin yang berada di sampingnya. Kini mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah Nathan pulang, mereka saling berbicara dengan lembut. Bahkan Athena benar-benar merasakan sifat Justin yang lembut. Selama ini, Athena berpikir Justin tidak akan pernah bisa bersikap lembut padanya. Tapi apa yang dia pikirkan tentang Justin, semuanya salah. Pria ini kini benar-benar menunjukkan sifat lembut padanya.“Hari ini aku bertemu Marinka.” Justin merengkuh bahu Athena, dia membawa Athena menuju kamar mereka.Athena terdiam sesaat mendengar Justin bertemu Marinka. Tepat di saat Athena dan Justin sudah tiba di kamar, Athena memilih untuk menuju ke walk-in closet, menghindari percakapan dengan Justin. Entah kenapa, hati Athena merasakan ketidaknyamanan kala mendengar Justin pergi bertemu Marinka. Athena berusaha menutupi dirinya seolah dirinya baik-baik saja, tapi tidak bisa dip
Suara dering ponsel terdengar, membuat Justin yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Justin melihat jam dinding, kini masih pukul enam pagi. Dia langsung mengalihkan pandangannya—mengambil ponselnya di atas nakas, lalu menatap ke layar tertera nomor Peter yang tengah menghubunginya. Sesaat, Justin melirik Athena yang berada di sampingnya masih tertidur pulas. Justin langsung beranjak dari ranjang dan berjalan meninggalkan kamar. Dia tidak ingin mengganggu Athena yang tengah tertidur.“Ya, ada apa?” Justin menjawab kala dia sudah berada di depan kamar saat panggilan terhubung.“Selamat pagi, Tuan Justin. Maaf saya mengganggu, Tuan. Tapi saya hanya ingin memberi tahu, saya berhasil membuka salah satu sisi CCTV yang menggunakan password di apartemen lama milik Nyonya Athena,” ujar Peter dari seberang line. “Baiklah, aku akan ke kantor.” Tanpa menunggu, Justin langsung menutup panggilan telepon itu, lalu berjalan cepat masuk kembali ke dalam kamarnya.“Justin?” Athena yang baru saja
“Dad ....” Marinka berlari masuk ke rumah, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan ayahnya seraya terisak pelan.“Sayang, kau kenapa?” Enrico mengusap rambut Marinka, dia memeluk putri kesayangnnya dengan begitu erat. “Katakan pada Dad, ada apa? Siapa yang membuatmu seperti ini?” tanyanya denga nada tak suka.“Dad ....” Marinka mendongakkan kepala dari pelukan ayahnya dengan mata yang memerah. “Dad, Justin meninggalkanku. Justin memilih wanita rendah itu daripadaku, Dad. Justin memilih anak seorang pelayan itu. Bukan diriku, Dad,” isaknya semakin keras kala mengatakan semuanya.Enrico menggeram, rahangnya mengetat. Sorot matanya begitu tajam kala mendengar apa yang diucapkan putrinya itu. “Bagaimana mungkin Justin meninggalkanmu?! Tidak mungkin Justin memilih wanita dari kalangan rendah menjadi pendampingnya!”“Tapi kenyataanya Justin tidak memilihku, Dad!” Marinka terisak semakin keras, dia meluapkan kesedihannya. Hatinya begitu hancur dan sesak.Enrico membuang napas kasar. D