Beberapa tahun yang lalu.“Athena, kau tidak bisa lagi bersekolah di Smith Internasional School. Kami mohon maaf, dengan berat hati kami harus mengeluarkanmu, Athena.”Bagai tersambar petir, Athena tidak mampu lagi berkata-kata ketika sang guru mengatakan dirinya tidak bisa lagi bersekolah di Smith Internasional School. Beasiswa yang dia dapat, harus gugur, dan kini dia pun tidak tahu harus melakukan apa.Kini Athena masih berdiri di depan ruang guru, dia menatap nanar pintu ruang gurunya. Tidak ada satu pun guru yang mau mendengarkannya. Air matanya mulai berlinang membasahi pipinya. Tubuhnya terasa begitu lemas, semua harapan dan impiannya telah hancur. Sejak dulu, Athena selalu bermimpi bisa bersekolah di sekolah yang terkenal. Perjuangannya mendapatkan beasiswa harus hilang begitu saja.Athena mengatur napasnya, dia menghapus sisa air mata di wajahnya dengan jemarinya. Athena berusaha untuk menguatkan diri. Dia membalikkan tubuhnya, berjalan meninggalkan ruang guru.Brakkk!Athena
“Nathan!” Athena berteriak keras, dia berlari menghampiri Nathan yang duduk di taman dan menunggunya. Tepat di saat Athena berlari, Nathan langsung beranjak dari tempat duduknya dan memeluk erat tubuh wanita itu.“Ada apa, Scarllett? Kenapa kau sangat bahagia?” ujar Nathan seraya mengurai pelukannya.“Nathan, aku diterima di Foster Internasional School! Sekolah yang kau rekomendasikan waktu itu! Aku lolos, Nathan. Aku juga mendapatkan beasiswa, Nathan. Tidak hanya itu, mereka juga memberikanku uang karena aku memenangkan kompetisi science, Nathan!” Athena memekik kegirangan, dia terus berkali-kali memeluk tubuh Nathan.“Selamat, Scarlett! Aku tahu, kau pasti akan lolos. Kau sangat hebat. Aku bangga padamu, Scarlett.” Nathan mengusap pelan rambut Athena. “Kelak ketika kau dewasa, kejarlah mimpimu. Aku yakin, kau akan memiliki masa depan yang hebat. Jangan pernah menyerah hanya karena ada orang yang menjatuhkanmu. Aku pernah membaca suatu buku. Di buku itu tertulis, jika kita lahir menj
Justin bungkam mendengar apa yang diceritakan Athena. Sesaat Justin hanya menatap Athena yang kini tengah meneteskan air matanya. Dia tidak menyangka dengan apa yang dialami wanita itu. Selama ini Athena tampak begitu kuat, tapi kenyataannya wanita itu berjuang bertahan hidup dengan begitu banyaknya luka. Diusir, direndahkan, dihina banyak orang, tetap membuat Athena terus bertahan. Mungkin, jika orang lain yang mengalami itu, mereka tidak akan mampu.Kini Justin mulai membawa tangannya menyentuh wajah Athena, dia mengusap air mata yang membasahi pipi wanita itu. Terlihat kesedihan yang begitu mendalam di mata Athena. “Kau pernah kecelakaan? Bagaimana kedaanmu saat itu?” tanyanya dengan nada rendah dan tersirat penuh kelembutan.Athena mengangguk lemah, dia menatap Justin dengan mata yang memerah. “Aku luka parah. Tepat bersamaan dengan kecelakaan itu, aku mengalami gagal jantung. Saat itu Dokter sudah mengatakan kemungkinan hidupku sangat kecil. Dokter juga sudah menyerah dengan kead
Justin turun dari mobilnya, dia melangkah masuk ke dalam perusahaannya dengan wajah yang begitu dingin. Terlihat sorot matanya yang tersirat penuh amarah. Di gerbang masuk Afford Group, banyak wartawan yang hendak meminta keterangan. Namun, tentu saja penjagaan ketat di Afford Group yang tidak mungkin bisa ditembus para media. Kini Justin melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya, bersama dengan Peter yang sejak tadi selalu mengikutinya dari belakang.Saat tiba di ruang kerja, Justin langsung duduk di kursi kebesarannya. Wajahnya masih menunjukkan kemarahan. Namun, Justin berusaha bersikap tenang. Terutama banyak wartawan yang tadi ingin meminta keterangan darinya. Tentu Justin akan bersikap seolah tidak terjadi sesuatu pada pernikahannya. Ya, ini adalah hal yang Justin benci. Sejak dulu, Justin tidak pernah suka kehidupannya disorot media. Karena dia tahu, tidak selamanya kehidupannya akan baik-baik saja. Seperti saat ini, jika ada masalah yang menimpa dirinya, maka media akan mengangk
Nathan melempar pajangan yang ada di hadapannya. Dia menggeram, menahan amarahnya. Ya, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Justin, kakaknya, membawa Athena dari kerumunan para wartawan. Namun bukan itu yang dipermasalahkan Nathan. Hal yang membuat Nathan sangat yakin berita itu benar adalah ketika wajah Athena yang tampak begitu gugup dan memaksakan senyuman di wajahnya. Tentu dia sangat mengenal Athena dengan baik. Meski sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi wajah gugup Athena ketika menghadapi sesuatu masalah tidak mungkin dia lupakan.Nathan memejamkan mata singkat, dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Buku harian Athena yang terekspos di media benar-benar seperti tulisan Athena. Kali ini dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia ingin sekali bertemu dengan Athena, menanyakan semuanya ini.“Tuan Nathan.” Cedric, assistant Nathan, berjalan terburu-buru masuk ke dalam ruang kerja Nathan.Nathan membuang napas kasar, dia menatap dingin assistant-nya yang berdiri di
“Aku menyukaimu, Scarlett.” Nathan kembali mengucapkan perkataannya. “Tapi, aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku, karena saat itu aku masih sangat mencintai gadis yang tidak pernah membalas perasaanku. Aku terjebak dalam perasaanku, Scarlett. Aku ingin kau berada di sisiku, tapi aku juga tidak bisa menutupi bahwa aku sangat mencintai gadis yang selalu aku tungggu. Maafkan aku, Scarlett,” lanjutnya dengan nada bersalah.Athena terdiam, dia tidak mampu lagi menjawab ucapan Nathan. Nathan pernah menyukainya? Dia rasanya seperti mimpi mendengar ucapan itu terlontar dari Nathan. Jujur saja, di hati Athena masih mencintai Nathan. Namun, rasa cinta itu tidak bisa lagi diartikan sebagai rasa cinta ingin memiliki.“Untuk apa kau ke sini?” Suara bariton memasuki taman, membuat Athena dan Nathan langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara itu. Seketika Athena terkejut melihat sosok pria yang begitu dia kenali melangkah mendekat ke arahnya dan Nathan.“Justin? Kau di sini?” Athena bera
“Justin, kenapa kau hari ini pulang cepat? Tidak biasanya kau sudah pulang jam empat sore,” ucap Athena sambil melirik Justin yang berada di sampingnya. Kini mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah Nathan pulang, mereka saling berbicara dengan lembut. Bahkan Athena benar-benar merasakan sifat Justin yang lembut. Selama ini, Athena berpikir Justin tidak akan pernah bisa bersikap lembut padanya. Tapi apa yang dia pikirkan tentang Justin, semuanya salah. Pria ini kini benar-benar menunjukkan sifat lembut padanya.“Hari ini aku bertemu Marinka.” Justin merengkuh bahu Athena, dia membawa Athena menuju kamar mereka.Athena terdiam sesaat mendengar Justin bertemu Marinka. Tepat di saat Athena dan Justin sudah tiba di kamar, Athena memilih untuk menuju ke walk-in closet, menghindari percakapan dengan Justin. Entah kenapa, hati Athena merasakan ketidaknyamanan kala mendengar Justin pergi bertemu Marinka. Athena berusaha menutupi dirinya seolah dirinya baik-baik saja, tapi tidak bisa dip
Suara dering ponsel terdengar, membuat Justin yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Justin melihat jam dinding, kini masih pukul enam pagi. Dia langsung mengalihkan pandangannya—mengambil ponselnya di atas nakas, lalu menatap ke layar tertera nomor Peter yang tengah menghubunginya. Sesaat, Justin melirik Athena yang berada di sampingnya masih tertidur pulas. Justin langsung beranjak dari ranjang dan berjalan meninggalkan kamar. Dia tidak ingin mengganggu Athena yang tengah tertidur.“Ya, ada apa?” Justin menjawab kala dia sudah berada di depan kamar saat panggilan terhubung.“Selamat pagi, Tuan Justin. Maaf saya mengganggu, Tuan. Tapi saya hanya ingin memberi tahu, saya berhasil membuka salah satu sisi CCTV yang menggunakan password di apartemen lama milik Nyonya Athena,” ujar Peter dari seberang line. “Baiklah, aku akan ke kantor.” Tanpa menunggu, Justin langsung menutup panggilan telepon itu, lalu berjalan cepat masuk kembali ke dalam kamarnya.“Justin?” Athena yang baru saja
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya. Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan. “Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman. Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu. “Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. “Y
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya. “Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga. “Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya. “Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Da
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda. “Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana. “Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh. Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap
Athena berdiri di balkon kamar, dia menatap cuaca malam di Kota Madrid dari kamarnya yang tampak begitu mengagumkan. Sesaat Athena memejamkan matanya kala hembusan angin menyentuh kulitnya. "Madrid memang sangat indah. Pantas saja, Justin menyukai tinggal di sini," gumam Athena dengan mata yang masih terpejam. "Sepertinya, kau begitu menyukai Madrid." Athena langsung membuka matanya dan menoleh ke belakang kala mendengar suara yang begitu dia kenali. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala melihat Justin melangkah menghampirinya. Tepat di saat Justin berada di hadapannya, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang Justin. "Kenapa kau di sini, Athena? Ini sudah malam." Justin mengeratkan pelukannya seraya memberikan kecupan di kepala Athena. "Aku belum mengantuk, Justin." Athena mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Justin. "Kau sendiri kenapa di sini? Bukannya tadi kau bilang ingin menghubungi Peter?" "Ya, aku sudah menghubungi Peter." Justin mengecup kening Ath
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang