Nathan melempar pajangan yang ada di hadapannya. Dia menggeram, menahan amarahnya. Ya, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Justin, kakaknya, membawa Athena dari kerumunan para wartawan. Namun bukan itu yang dipermasalahkan Nathan. Hal yang membuat Nathan sangat yakin berita itu benar adalah ketika wajah Athena yang tampak begitu gugup dan memaksakan senyuman di wajahnya. Tentu dia sangat mengenal Athena dengan baik. Meski sudah beberapa tahun tidak bertemu, tapi wajah gugup Athena ketika menghadapi sesuatu masalah tidak mungkin dia lupakan.Nathan memejamkan mata singkat, dia mengepalkan tangannya dengan kuat. Buku harian Athena yang terekspos di media benar-benar seperti tulisan Athena. Kali ini dia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Dia ingin sekali bertemu dengan Athena, menanyakan semuanya ini.“Tuan Nathan.” Cedric, assistant Nathan, berjalan terburu-buru masuk ke dalam ruang kerja Nathan.Nathan membuang napas kasar, dia menatap dingin assistant-nya yang berdiri di
“Aku menyukaimu, Scarlett.” Nathan kembali mengucapkan perkataannya. “Tapi, aku tidak bisa menjadikanmu kekasihku, karena saat itu aku masih sangat mencintai gadis yang tidak pernah membalas perasaanku. Aku terjebak dalam perasaanku, Scarlett. Aku ingin kau berada di sisiku, tapi aku juga tidak bisa menutupi bahwa aku sangat mencintai gadis yang selalu aku tungggu. Maafkan aku, Scarlett,” lanjutnya dengan nada bersalah.Athena terdiam, dia tidak mampu lagi menjawab ucapan Nathan. Nathan pernah menyukainya? Dia rasanya seperti mimpi mendengar ucapan itu terlontar dari Nathan. Jujur saja, di hati Athena masih mencintai Nathan. Namun, rasa cinta itu tidak bisa lagi diartikan sebagai rasa cinta ingin memiliki.“Untuk apa kau ke sini?” Suara bariton memasuki taman, membuat Athena dan Nathan langsung mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara itu. Seketika Athena terkejut melihat sosok pria yang begitu dia kenali melangkah mendekat ke arahnya dan Nathan.“Justin? Kau di sini?” Athena bera
“Justin, kenapa kau hari ini pulang cepat? Tidak biasanya kau sudah pulang jam empat sore,” ucap Athena sambil melirik Justin yang berada di sampingnya. Kini mereka melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah Nathan pulang, mereka saling berbicara dengan lembut. Bahkan Athena benar-benar merasakan sifat Justin yang lembut. Selama ini, Athena berpikir Justin tidak akan pernah bisa bersikap lembut padanya. Tapi apa yang dia pikirkan tentang Justin, semuanya salah. Pria ini kini benar-benar menunjukkan sifat lembut padanya.“Hari ini aku bertemu Marinka.” Justin merengkuh bahu Athena, dia membawa Athena menuju kamar mereka.Athena terdiam sesaat mendengar Justin bertemu Marinka. Tepat di saat Athena dan Justin sudah tiba di kamar, Athena memilih untuk menuju ke walk-in closet, menghindari percakapan dengan Justin. Entah kenapa, hati Athena merasakan ketidaknyamanan kala mendengar Justin pergi bertemu Marinka. Athena berusaha menutupi dirinya seolah dirinya baik-baik saja, tapi tidak bisa dip
Suara dering ponsel terdengar, membuat Justin yang tengah tertidur pulas harus terbangun. Justin melihat jam dinding, kini masih pukul enam pagi. Dia langsung mengalihkan pandangannya—mengambil ponselnya di atas nakas, lalu menatap ke layar tertera nomor Peter yang tengah menghubunginya. Sesaat, Justin melirik Athena yang berada di sampingnya masih tertidur pulas. Justin langsung beranjak dari ranjang dan berjalan meninggalkan kamar. Dia tidak ingin mengganggu Athena yang tengah tertidur.“Ya, ada apa?” Justin menjawab kala dia sudah berada di depan kamar saat panggilan terhubung.“Selamat pagi, Tuan Justin. Maaf saya mengganggu, Tuan. Tapi saya hanya ingin memberi tahu, saya berhasil membuka salah satu sisi CCTV yang menggunakan password di apartemen lama milik Nyonya Athena,” ujar Peter dari seberang line. “Baiklah, aku akan ke kantor.” Tanpa menunggu, Justin langsung menutup panggilan telepon itu, lalu berjalan cepat masuk kembali ke dalam kamarnya.“Justin?” Athena yang baru saja
“Dad ....” Marinka berlari masuk ke rumah, dia langsung menghamburkan tubuhnya ke pelukan ayahnya seraya terisak pelan.“Sayang, kau kenapa?” Enrico mengusap rambut Marinka, dia memeluk putri kesayangnnya dengan begitu erat. “Katakan pada Dad, ada apa? Siapa yang membuatmu seperti ini?” tanyanya denga nada tak suka.“Dad ....” Marinka mendongakkan kepala dari pelukan ayahnya dengan mata yang memerah. “Dad, Justin meninggalkanku. Justin memilih wanita rendah itu daripadaku, Dad. Justin memilih anak seorang pelayan itu. Bukan diriku, Dad,” isaknya semakin keras kala mengatakan semuanya.Enrico menggeram, rahangnya mengetat. Sorot matanya begitu tajam kala mendengar apa yang diucapkan putrinya itu. “Bagaimana mungkin Justin meninggalkanmu?! Tidak mungkin Justin memilih wanita dari kalangan rendah menjadi pendampingnya!”“Tapi kenyataanya Justin tidak memilihku, Dad!” Marinka terisak semakin keras, dia meluapkan kesedihannya. Hatinya begitu hancur dan sesak.Enrico membuang napas kasar. D
“Athena, hari ini kau ikut denganku.” Justin melangkah keluar dari walk-in closetn, dia menghampiri Athena yang tengah duduk di sofa sembari memakan pancake yang dibuatkan pelayan. Kemudian, dia duduk di samping Athena.“Kita mau ke mana, Justin?” Athena mengalihkan pandangan, menatap Justin yang duduk di sampingnya.“Kau akan tahu, bersiaplah sekarang.” Justin mengambil kopi yang terletak di atas meja, lalu menyesapnya perlahan.Athena mendesah pelan. “Kenapa kau tidak bilang dari tadi? Ya sudah tunggu, aku akan mengganti bajuku.” Dia beranjak dari tempat duduknya, menuju walk-in closet. Sebenarnya, Athena kesal Justin mengajaknya mendadak seperti ini. Tapi tidak bisa dipungkiri, Athena pun bahagia karena akhirnya bisa keluar rumah. Sudah beberapa hari dia di rumah, benar-benar merasakan jenuh.Tidak lama kemudian, setelah Athena selesai mengganti baju, dia langsung melangkah ke arah Justin yang kini tengah fokus pada iPad di tangannya.“Justin, apa kita berangkat sekarang?” tanya At
Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di rumah mereka. Kemudian, Justin dan Athena turun dari mobil, melangkah masuk ke rumah. Wajah Athena yang tampak begitu kelelahan. Setelah wawancara, Athena masih harus menemani Justin untuk menemui beberapa rekan bisnisnya. Meski sebenarnya Justin meminta Athena untuk pulang lebih dulu, tapi Athena lebih memilih untuk menemani.“Justin, apa kau ingin makan sesuatu? Aku akan memasak untukmu jika kau ingin makan sesautu,” ucap Athena yang hendak masuk ke kamar bersama Justin.“Tidak, kita istirahat saja. Kau pasti lelah,” jawab Justin sembari mengelus lembut pipi Athena. Athena pun tersenyum, lalu menganggukkan kepala. Kemudian, Justin merengkuh bahu Athena—membawanya masuk ke kamar.Saat tiba di kamar, Athena langsung mengganti pakaian mereka dengan gaun tidur tali spaghetti. Sedangkan Justin, tentu hanya dengan celana training panjang tanpa memakai kaos. Pria itu selalu menunjukkan tubuh kekar dan menggodanya. Seperti saat ini, Athena
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Suara kicauan burung di pagi hari begitu terdengar merdu. Perlahan Athena mulai membuka mata, dia menggeliat, mengerjapkan mata beberapa kali. Tepat di saat Athena terbangun, dia langsung mengalihkan pandangannya ke samping—Athena mendesah pelan ketika mendapati ranjang yang sudah kosong. Namun, tiba-tiba senyum di bibir Athena terukir kala mengingat apa yang dia lakukan dengan Justin tadi malam. Pria itu menyentuhnya, memujanya, bahkan selalu mengatakan dirinya begitu cantik. Astaga, pipi Athena memerah, dia mengingat Justin begitu memuja tubuhnya. Tatapan Athena teralih ke bawah, melihat tubuh polosnya yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Sungguh, dia tampak begitu bahagia.Tanpa Athena sadari, Justin berdiri di ambang pintu, menatap Athena yang tengah tersenyum. Kemudian, Justin melangkah mendekat ke arah Athena dengan membawa nampan yang berisikan sarapan pagi untuknya dan Athena.“Kau memikirkan apa?” tanya Ju