Ciuman itu semakin memanas. Lidah saling membelit satu sama lain. Ciuman yang penuh nafsu, tapi tetap penuh kelembutan. Dua insan yang tengah berciuman itu seolah lupa diri—dan kehilangan kewarasan. Mereka telah melewati batas berbahaya yang telah mereka pasang sendiri.“J-Justin,” bisik Athena kala pagutannya terlepas. Kilat mata keduanya begitu menggebu, tatapan mereka saling mengunci satu sama lain.“Berikan aku, Athena,” Justin berbisik dengan nada rendah di depan bibir Athena. “Aku sudah lama menahannya.”“A-aku ….” Athena tampak begitu gugup, terutama kala mendengar ucapan Justin.“Damn it! Aku sudah tidak lagi bisa menahannya!” Justin menggeram, dia kembali menyambar bibir Athena, memagut dengan sedikit kasar bibir wanita itu. Mata Athena terbelalak terkejut saat Justin kembali memagut bibirnya.Justin mendorong tubuh Athena, hingga membuat tubuh wanita itu terbaring di atas ranjang. Dia naik ke atas tubuh Athena, melumat kembali bibinya. Kali ini pertahanan wanita itu kembali
Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan wanita itu mulai membuka matanya—dia mengerjap beberapa kali. Tepat di saat membuka mata, dia merasakan sakit dan perih di bagian bawahnya. Tubuhnya terasa begitu remuk, dia memijat pelan pelipisnya yang terasa begitu berat. Dia mengedarkan pandangannya, melihat dirinya berada di kamar hotelnya.Beberapa detik, Athena masih terdiam berusaha mengingat kenapa dirinya terasa sangat pegal. Lalu seketika Athena teringat sesuatu. Tubuhnya mematung, tiba-tiba di pikirannya muncul ingatan dirinya yang telah menghabiskan malam panas dengan Justin.Napas Athena memburu, wajahnya tampak begitu pucat. Hingga kemudian, Athena memberanikan diri menoleh ke samping—dan melihat sudah tidak ada Justin di sampingnya. Setidaknya, Athena tidak terbangun dengan ada Justin di sampingnya.Tatapan Athena teralih pada tubuhnya sendiri. Dia melihat tubuh polosnya hanya terbalut dengan selimut tebal. Athena memejamkan mata sesaat, dia m
Justin mendorong tubuh Athena hingga membuat wanita itu terbaring di ranjang tanpa melepaskan pagutannya. Pria tampan itu menarik selimut tebal yang menutupi tubuh polos Athena. Seketika, kilat mata Justin menatap tubuh polos Athena di hadapannya dengan tatapan kagum.Ini bukan pertama kali dia melihat Athena tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya, tapi sejak awal hingga detik ini, tatapan Justin selalu menatap tubuh Athena dengan tatapan memuja. Ya, dia mengakui, Athena memiliki tubuh yang sangat indah dan sempurna. Lekuk tubuh wanita itu, membuat dirinya begitu tergoda.“Kau tidak bisa menolakku, Athena,” Justin mulai membawa tangannya meremas pelan payudara Athena, hingga membuat Athena melenguh. “Tubuhmu selalu menerima sentuhanku,” bisiknya di telinga wanita itu dengan nada begitu menggoda.“Ahh!” desah Athena saat Justin memainkan putingnya dengan jemarinya. Sesaat, kilat mata Athena berkabut, berubah menjadi tatapan penuh hasrat. Dia berusaha untuk menolak, tapi nyatanya
Siang itu, hujan membasahi kota. Cuaca yang begitu sejuk membuat Athena masih enggan membuka matanya. Justin yang sudah lebih dulu terbangun dari percintaan panas mereka, dia masih terus menatap wajah polos Athena. Wanita itu tertidur begitu pulas. Meski tanpa polesan makeup, dia terlihat sangat cantik. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum berwarna merah muda, membuat Justin tidak henti menatap wajahnya.Justin membawa tangannya mengelus bahu telanjang Athena. Entah kenapa hatinya begitu menghangat dan merasakan kenyamanan ketika berada di sampingnya. Dia sungguh tidak ingin menutupi, wanita itu berhasil masuk ke dalam pikiran dan hatinya.“Hmmm.” Athena menggeliat, perlahan dia mulai membuka matanya, lalu mengerjap beberapa kali. Tepat di saat mata Athena terbuka, dia terkejut melihat Justin tengah menatap dirinya. Dia langsung menjauh, menarik selimut, menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke leher.“Percuma saja kau menutupi, aku sudah melihat seluruh tubuhmu.” Justin ter
Athena menatap dirinya ke cermin, terlihat wajahnya yang tampak muram. Sejak perdebatannya dengan Justin kemarin, dia lebih banyak diam. Ingin rasanya dia melawan dan memberontak, tapi Athena memutuskan untuk menunggu. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota Athena, dia lebih memilih untuk menikmati sisa liburannya ini. Besok, ketika dia tiba di New York, dia yakin Justin akan kembali mengubah apa yang pria itu putuskan. Tentu alasan Athena bisa yakin, karena dia masih mengingat perkataan Justin—yang mengatakan dia bukanlah wanita yang tepat untuknya.Athena mendesah pelan, dia menepis pikirannya yang terus memikirkan Justin. Dia memilih memoles wajahnya dengan makeup tipis dan mengikat rambutnya model ponytail. Setelah berias, dia kembali memastikan penampilannya sempurna. Tubuhnya kini terbalut jumpsuit short pants yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dan segar.“Kau sudah siap?” Justin yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang baru saja selesai berias. Pria tampan
Athena mengemasi barang-barang pribadi miliknya. Tidak hanya miliknya, tapi dia pun membantu mengemasi barang-barang pribadi milik Justin. Setelah dia memastikan barang-barang pribadinya dan barang-barang milik Justin sudah berada di dalam koper, Athena langsung meletakkan kopernya dan koper Justin di sudut ruangan bersamaan dengan koper pakaian serta oleh-oleh yang telah ditata oleh pelayan.“Aku rasa sudah semuanya, tidak ada lagi yang tertinggal,” gumam Athena seraya mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuknya. Dia menatap begitu banyak koper yang telah tersusun. Tentu itu karena Justin membeli banyak oleh-oleh untuk keluarganya.“Athena, kita sarapan dulu, setelah itu berangkat.” Justin melangkah masuk ke dalam kamar, dia mendekat ke arah Athena. “Tadi aku sudah meminta pelayan membawakan sarapan untuk kita,” lanjutnya seraya mengalihkan pandangannya ke meja yang telah terhidangkan sarapan untuknya dan Athena.Athena mengangguk. “Baiklah, kita sarapan lebih dulu. Aku juga sudah
Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Justin dan Athena telah tiba di New York. Mereka turun dari pesawat, dan langsung menuju sopir yang telah menunggu di lobby. Tampak Athena yang terlihat begitu lelah.Sepanjang perjalanan, Athena tertidur lelap. Tanpa dia sadari, dia menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Justin yang tengah membalas email di iPad-nya, mengalihkan pandangannya menatap Athena yang kini bersandar di bahunya. Pria tampan itu membenarkan posisi Athena agar wanita itu nyaman.Tatapan Justin teralih pada Athena yang tertidur pulas. Dia mendengar napas teratur milik wanita itu yang begitu lembut. Pun dia melihat rambut Athena menutupi sebagian wajahnya. Justin membawa tangannya merapikan rambut, mengelus lembut pipi Athena dengan senyuman di bibirnya.Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di rumah mereka. Justin yang sebelumnya ingin langsung menuju ke
Justin melangkah keluar dari ruang meeting, bersama dengan Peter, assistant-nya yang mengikutinya dari belakang. Sesaat Justin melirik arlojinya, dia melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda saat dia berada di Yunani.“Tuan Justin, apa hari ini Anda akan pulang malam?” Peter, sang assistant bertanya kala masuk ke dalam ruang kerja Justin.“Ya, aku akan pulang larut malam hari ini.” Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyesap wine di tangannya. “Bagaimana keadaan perusahaan saat aku berada di Yunani?” tanyanya dengan tatapan menatap Peter.“Semuanya baik-baik saja, Tuan,” jawab Peter. “Terakhir meeting dengan para pemegang saham, Tuan Nathan yang menggantikan Anda.”Justin mengangguk singkat. “Kau sudah mengawasi adikku, kan? Bagaimana menurutmu tentang adikku yang menjabat sebagai Direktur Pemasaran? Sebelumnya, dia tidak pernah menangani perusahaan perfilman, harusnya dia banyak belajar mengenai perusahaan ini.”“Tuan, adik And
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya. Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan. “Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman. Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu. “Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami. “Y
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya. “Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga. “Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya. “Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Da
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda. “Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana. “Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh. Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap
Athena berdiri di balkon kamar, dia menatap cuaca malam di Kota Madrid dari kamarnya yang tampak begitu mengagumkan. Sesaat Athena memejamkan matanya kala hembusan angin menyentuh kulitnya. "Madrid memang sangat indah. Pantas saja, Justin menyukai tinggal di sini," gumam Athena dengan mata yang masih terpejam. "Sepertinya, kau begitu menyukai Madrid." Athena langsung membuka matanya dan menoleh ke belakang kala mendengar suara yang begitu dia kenali. Seketika senyum di bibir Athena terukir kala melihat Justin melangkah menghampirinya. Tepat di saat Justin berada di hadapannya, Athena langsung membenamkan wajahnya ke dada bidang Justin. "Kenapa kau di sini, Athena? Ini sudah malam." Justin mengeratkan pelukannya seraya memberikan kecupan di kepala Athena. "Aku belum mengantuk, Justin." Athena mendongakan kepalanya dari dalam pelukan Justin. "Kau sendiri kenapa di sini? Bukannya tadi kau bilang ingin menghubungi Peter?" "Ya, aku sudah menghubungi Peter." Justin mengecup kening Ath
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang