Sinar matahari pagi menembus jendela, menyentuh kulit wajah Athena. Perlahan wanita itu mulai membuka matanya—dia mengerjap beberapa kali. Tepat di saat membuka mata, dia merasakan sakit dan perih di bagian bawahnya. Tubuhnya terasa begitu remuk, dia memijat pelan pelipisnya yang terasa begitu berat. Dia mengedarkan pandangannya, melihat dirinya berada di kamar hotelnya.Beberapa detik, Athena masih terdiam berusaha mengingat kenapa dirinya terasa sangat pegal. Lalu seketika Athena teringat sesuatu. Tubuhnya mematung, tiba-tiba di pikirannya muncul ingatan dirinya yang telah menghabiskan malam panas dengan Justin.Napas Athena memburu, wajahnya tampak begitu pucat. Hingga kemudian, Athena memberanikan diri menoleh ke samping—dan melihat sudah tidak ada Justin di sampingnya. Setidaknya, Athena tidak terbangun dengan ada Justin di sampingnya.Tatapan Athena teralih pada tubuhnya sendiri. Dia melihat tubuh polosnya hanya terbalut dengan selimut tebal. Athena memejamkan mata sesaat, dia m
Justin mendorong tubuh Athena hingga membuat wanita itu terbaring di ranjang tanpa melepaskan pagutannya. Pria tampan itu menarik selimut tebal yang menutupi tubuh polos Athena. Seketika, kilat mata Justin menatap tubuh polos Athena di hadapannya dengan tatapan kagum.Ini bukan pertama kali dia melihat Athena tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya, tapi sejak awal hingga detik ini, tatapan Justin selalu menatap tubuh Athena dengan tatapan memuja. Ya, dia mengakui, Athena memiliki tubuh yang sangat indah dan sempurna. Lekuk tubuh wanita itu, membuat dirinya begitu tergoda.“Kau tidak bisa menolakku, Athena,” Justin mulai membawa tangannya meremas pelan payudara Athena, hingga membuat Athena melenguh. “Tubuhmu selalu menerima sentuhanku,” bisiknya di telinga wanita itu dengan nada begitu menggoda.“Ahh!” desah Athena saat Justin memainkan putingnya dengan jemarinya. Sesaat, kilat mata Athena berkabut, berubah menjadi tatapan penuh hasrat. Dia berusaha untuk menolak, tapi nyatanya
Siang itu, hujan membasahi kota. Cuaca yang begitu sejuk membuat Athena masih enggan membuka matanya. Justin yang sudah lebih dulu terbangun dari percintaan panas mereka, dia masih terus menatap wajah polos Athena. Wanita itu tertidur begitu pulas. Meski tanpa polesan makeup, dia terlihat sangat cantik. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum berwarna merah muda, membuat Justin tidak henti menatap wajahnya.Justin membawa tangannya mengelus bahu telanjang Athena. Entah kenapa hatinya begitu menghangat dan merasakan kenyamanan ketika berada di sampingnya. Dia sungguh tidak ingin menutupi, wanita itu berhasil masuk ke dalam pikiran dan hatinya.“Hmmm.” Athena menggeliat, perlahan dia mulai membuka matanya, lalu mengerjap beberapa kali. Tepat di saat mata Athena terbuka, dia terkejut melihat Justin tengah menatap dirinya. Dia langsung menjauh, menarik selimut, menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke leher.“Percuma saja kau menutupi, aku sudah melihat seluruh tubuhmu.” Justin ter
Athena menatap dirinya ke cermin, terlihat wajahnya yang tampak muram. Sejak perdebatannya dengan Justin kemarin, dia lebih banyak diam. Ingin rasanya dia melawan dan memberontak, tapi Athena memutuskan untuk menunggu. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota Athena, dia lebih memilih untuk menikmati sisa liburannya ini. Besok, ketika dia tiba di New York, dia yakin Justin akan kembali mengubah apa yang pria itu putuskan. Tentu alasan Athena bisa yakin, karena dia masih mengingat perkataan Justin—yang mengatakan dia bukanlah wanita yang tepat untuknya.Athena mendesah pelan, dia menepis pikirannya yang terus memikirkan Justin. Dia memilih memoles wajahnya dengan makeup tipis dan mengikat rambutnya model ponytail. Setelah berias, dia kembali memastikan penampilannya sempurna. Tubuhnya kini terbalut jumpsuit short pants yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dan segar.“Kau sudah siap?” Justin yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang baru saja selesai berias. Pria tampan
Athena mengemasi barang-barang pribadi miliknya. Tidak hanya miliknya, tapi dia pun membantu mengemasi barang-barang pribadi milik Justin. Setelah dia memastikan barang-barang pribadinya dan barang-barang milik Justin sudah berada di dalam koper, Athena langsung meletakkan kopernya dan koper Justin di sudut ruangan bersamaan dengan koper pakaian serta oleh-oleh yang telah ditata oleh pelayan.“Aku rasa sudah semuanya, tidak ada lagi yang tertinggal,” gumam Athena seraya mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuknya. Dia menatap begitu banyak koper yang telah tersusun. Tentu itu karena Justin membeli banyak oleh-oleh untuk keluarganya.“Athena, kita sarapan dulu, setelah itu berangkat.” Justin melangkah masuk ke dalam kamar, dia mendekat ke arah Athena. “Tadi aku sudah meminta pelayan membawakan sarapan untuk kita,” lanjutnya seraya mengalihkan pandangannya ke meja yang telah terhidangkan sarapan untuknya dan Athena.Athena mengangguk. “Baiklah, kita sarapan lebih dulu. Aku juga sudah
Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Justin dan Athena telah tiba di New York. Mereka turun dari pesawat, dan langsung menuju sopir yang telah menunggu di lobby. Tampak Athena yang terlihat begitu lelah.Sepanjang perjalanan, Athena tertidur lelap. Tanpa dia sadari, dia menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Justin yang tengah membalas email di iPad-nya, mengalihkan pandangannya menatap Athena yang kini bersandar di bahunya. Pria tampan itu membenarkan posisi Athena agar wanita itu nyaman.Tatapan Justin teralih pada Athena yang tertidur pulas. Dia mendengar napas teratur milik wanita itu yang begitu lembut. Pun dia melihat rambut Athena menutupi sebagian wajahnya. Justin membawa tangannya merapikan rambut, mengelus lembut pipi Athena dengan senyuman di bibirnya.Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di rumah mereka. Justin yang sebelumnya ingin langsung menuju ke
Justin melangkah keluar dari ruang meeting, bersama dengan Peter, assistant-nya yang mengikutinya dari belakang. Sesaat Justin melirik arlojinya, dia melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda saat dia berada di Yunani.“Tuan Justin, apa hari ini Anda akan pulang malam?” Peter, sang assistant bertanya kala masuk ke dalam ruang kerja Justin.“Ya, aku akan pulang larut malam hari ini.” Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyesap wine di tangannya. “Bagaimana keadaan perusahaan saat aku berada di Yunani?” tanyanya dengan tatapan menatap Peter.“Semuanya baik-baik saja, Tuan,” jawab Peter. “Terakhir meeting dengan para pemegang saham, Tuan Nathan yang menggantikan Anda.”Justin mengangguk singkat. “Kau sudah mengawasi adikku, kan? Bagaimana menurutmu tentang adikku yang menjabat sebagai Direktur Pemasaran? Sebelumnya, dia tidak pernah menangani perusahaan perfilman, harusnya dia banyak belajar mengenai perusahaan ini.”“Tuan, adik And
Malam semakin larut, Justin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menelusuri kota Manhattan. Pikirannya tidak bisa tenang memikirkan Marinka yang tadi menemuinya. Tidak bisa dipungkiri, Justin merasa iba pada Marinka. Bagaimanapun mereka telah menjalin hubungan lama. Justin menyadari dirinya telah melukai Marinka. Tentu tidak akan ada wanita yang bisa menerima kekasihnya menikah dengan wanita lain. Justin membuang napas kasar, dia memukul setir mobilnya—menepis semua pikirannya. Dia memilih untuk tidak memikirkan apa pun saat ini. Memikirkan Marinka dan Athena bersamaan, benar-benar membuatnya tidak tahu harus memutuskan apa. Lebih baik baginya untuk menenangkan sejenak pikirannya, sebelum memastikan keputusan apa yang nanti dia ambil.Kini mobil Justin telah memasuki halaman parkir mansion-nya. Kemudian, dia turun dari mobil, sebelum melangkah masuk ke dalam rumah, dia melirik arlojinya—sudah pukul satu malam. Dia yakin, Athena pasti sudah tertidur. Kini Justin melanjutkan langka
Central Park, Manhattan, New York. “Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold, Alaric jangan berlari seperti itu. Nanti kalian terjatuh. Astaga…” Suara Athena berseru kala melihat kelima anak-anaknya itu berlari saling mengejar satu sama lainnya.Ya, kini Athena bersama dengan Justin dan kelima anak-anaknya tengah menikmati sore di Central Park. Salah satu taman di Manhattan yang sangat indah jika dikunjungi di sore hari, terlebih saat musim semi. Musim terbaik di mana banyak bunga-bunga bertumbuhan. Dan cuaca yang sejuk, mendukung para pengunjung bersantai di taman yang berlokasikan di Manhattan.“Sayang, biarkan saja. Ada pengasuh dan juga pengawal yang selalu menjaga mereka.” Justin merengkuh bahu sang istri. “Lebih baik kita duduk di sana,” tunjuknya pada kursi yang ada di taman.Athena mendesah pelan. Kemudian dia mengangguk dan melangkah mengikuti sang suami yang mengajaknya duduk di kursi taman itu.“Justin,” panggil Athena seraya menyandarkan kepalanya di dada bidang sang suami.“Ya?” J
Matahari sudah tinggi. Suara kicauan burung bersahutan menandakan pagi telah menyapa. Selama lima tahun terakhir, Athena sudah terbiasa bangun pagi. Seperti saat ini, kala suami dan anak-anaknya masih tertidur lelap, Athena sudah lebih dulu terbangun. Bagaimana tidak? Athena yang selama ini mengurus suami dan anak-anaknya. Meski Athena memiliki pengasuh untuk kelima anaknya, tetap saja Athena turut andil dalam segala hal yang dibutuhkan oleh kelima anaknya. Athena tidak ingin kelima anaknya hanya dekat dengan para pengasuhnya saja. Dia pun ingin menemani tumbuh kembang kelima anak-anaknya.“Mommy… Good morning.” Jasper, Joana, Jesslyn, Arnold dan Alaric kini sudah bangun, dan sudah selesai mandi. Mereka melangkah mendekat ke arah Athena yang tengah duduk bersantai di ruang keluarga.“Anak-anak kesayangan Mommy sudah bangun?” Athena merentangkan kedua tangannya, menyambut kelima anaknya yang mengamburkan tubuh mereka ke pelukannya.“Sudah, Mommy. Kami sudah bangun. Mommy. Di mana Daddy
Waktu menunjukan pukul tujuh malam. Athena dan dibantu para pelayan menyajikan makanan ke atas meja. Ya, meski Athena memiliki banyak pelayan tapi Athena harus memastikan di atas meja adalah makanan kesukaan anak-anaknya. Karena memang kelima anaknya memiliki selera kesukaan makanan yang berbeda.“Tolong di sana salmon steaknya sajikan dengan kentang goreng,” ucap Athena pada sang pelayan seraya menunjuk kursi meja makan yang biasa diduduki oleh Joana.“Baik, Nyonya,” jawab sang pelayan dengan patuh.Ya, Salmon steak dipadukan dengan kentang goreng adalah kesukaan Joana. Berbeda dengan Jesslyn yang lebih memilih dipadukan dengan mashed potato dan extra keju. Lain halnya dengan Jasper. Makanan kesukaan Jasper adalah Rib Eye Steak, sama seperto makanan yang disukai oleh Justin. Sedangkan Arnold dan Alaric yang menyukai sirloin steak dan tenderloin steak. Itu kenapa banyak sekali jenis makanan yang berbeda yang dihidangkan di atas meja makan. Begitu pun dengan makanan penutup. Setiap ana
Suara keributan membuat Justin dan Athena langsung berlari menghampiri kamar anak-anak mereka dengan cepat. Seketika Athena terbelalak terkejut melihat Arnold dan Alaric memperebutka sebuah robot di tangan mereka.“Arnold, Alaric! Apa-apaan ini! Mommy tidak ingin kalian bertengkar seperti ini!” seru Athena memberikan peringatan pada kedua putraynya itu.Perkataan tegas Athena sukses membuat Arnold dan Alaric tidak lagi membuar keributan. Kedua putranya kini menundukan kepalanya. Ya, seperti bias ajika Arnold dan Alaric bersalah mereka akan menunduan kepala mereka, sebagai ungkapan mereka telah menyesal.“Arnold, Alaric, kenapa kalian bertengkar?” Suara Justin bertanya pada kedua putranya“Daddy, tadi Ka Arnold membuat tangan robotku patah. Dia menariknya robot Ka Arnold,” ucap Alaric dengan suara polosnya.Justin mengembuskan napas kasar. “Arnold, kenapa kau membat tangan robot Alaric patah?”“Maaf, Daddy. Aku sungguh tidak sengaja,” jawab Arnold dengan kepala tertunduk.Athena mendes
Lima tahun kemudian…“Mommy…..” Suara teriakan anak-anak, membuat Athena yang tengah manata makanan di atas meja makan langsung mengalihkan pandangannya pada suara yang memanggilnya.“Hey, anak-anak kesayangan Mommy sudah pulang.” Athena langsung merentangkan kedua tangannya, memeluk Jasper, Joana, dan Jesslyn yang baru saja pulang sekolah.“Mommy kami merindukanmu.” Jasper, Joana, dan Jesslyn berucap dengan suara polosnya.“Mommy juga merindukan kalian.” Athena mengecupi puncak kepala anak-anaknya itu. “Sayang kenapa kalian pulang bertiga? Di mana Arnold dan Alaric?” tanyanya.“Mommy, tadi Arnold dan Alaric sangat lama. Kami pulang duluan. Arnold dan Alaric ada kelas bahasa Jepang,” jawab Joana dengan suara polosnya.Athena mendesah pelan. “Kenapa kalian tidak menunggu Arnold dan Alaric? Kan sopir jadi tidak perlu bolak-balik menjemput Arnold dan Alaric.”“Mommy, tadi Paman Nathan meneleponku, Paman bilang akan menjemput Arnold dan Alaric,” jawab Jesslyn dengan pupil mata hijau yang
Sydney, Australia.Athena berjalan menelusuri bibir pantai bersama dengan Justin. Athena menggendong Jeslyn, putri bungsunya. Sedangkan Justin menggendong Jasper dan Joana. Kini Justin dan Athena tengah berada di Mainly Beach, sebuah pantai yang wajib dikunjungi selama berada di Sydney. Banyak turis datang di pantai ini.Terlebih sekarang adalah musim panas di Sydney, musim di mana banyak pengunjung yang datang. Jika di Sydney saat ini musim panas, berbeda dengan New York yang sekarang adalah musim dingin. Perbedaan musim, yang membuat Athena menyiapkan segala kebutuhan dengan baik untuk suami dan anak-anaknya.Di belakang Justin dan Athena ada tiga pengasuh serta dua orang pengawal yang selalu beriringan dengan mereka. Sesaat tatapan Athena teralih pada beberapa orang diujung sana yang diam-diam mengambil gambar dirinya dan Justin serta ketiga anaknya. Athena pun memilih untuk mengulas senyuman di wajahnya dan membiarkan orang-orang di sana mengambil gambarnya. Jujur saja, Athena tid
Julia memuntahkan semua sisi perutnya di wastafel. Kepala Julia memberat. Tubuhnya terasa begitu lemah. Sudah beberapa hari ini, dia selalu memuntahkan makanan yang baru saja masuk ke perutnya. Ya, dia memang begitu tersiksa beberapa hari ini. Ditambah dia masih harus mengurus J.A Modeling School. Meski demikian Athena mulai datang ke J.A Modeling School, membantu dirinya mengurus sekolah modeling itu. Jika tidak entah bagaimana mengurus J.A Modeling School yang kini berkembang begitu pesat.Saat Julia hendak keluar dari kamar mandi, pandangan Julia mulai buram. Kepalanya memberat. Tubuhnya tidak mampu berdiri. Hingga saat semua pandangan Julia menggelap, dan tubuhnya hampir ambruk, Peter yang baru saja keluar dari walk-in closetnya dengan cepat berlari dan menangkap tubuh Julia yang kini sudah jatuh pingsan.“Julia? Julia bangunlah?” Peter menepuk pelan pipi sang istri, tapi Julia tak kunjung membuka matanya. Raut wajah Peter berubah menjadi panik. Dia langsung membopong tubuh Julia
Beberapa bulan kemudian…Suara tangis Jasper dan Joana membuat Athena yang tengah berkemas-kemas langsung menghentikan aktifitasnya. Kini Athena mengambil alih Joana, sedangkan Jasper diambil alih oleh pengasuh. Athena harus lebih dulu menggendong Joana, pasalnya Joana yang sering menangis kencang.Beruntung Jesslyn tidak pernah rewel. Jika saja Jesslyn sama seperti Jasper dan Joana, entah apa yang harus di lakukan Athena. Sungguh, memiliki tiga bayi kembar sekaligus benar-benar membuat Athena kerepotan.Namun, meski demikian tentu saja Athena sangat bahagia. Athena tidak sendiri, Justin menyiapkan tiga pengasuh untuk anak-anak mereka. Hanya saja, Joana yang paling rewel dan sering sekali menangis. Itu kenapa Athena harus menggendong Joana lebih dulu.“Sayang? Kenapa kau menangis? Lihatlah adikmu sangat tenang.” Athena mengecupi pipi gemuk Joana. “Jangan menangis lagi, ya? Mommy sedang bersiap-siap. Hari ini kita akan berlibur ke Sydney.”Ya, sebenarnya tadi Athena tengah berkemas-kem
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh Peter dan Julia. Setelah perjuangan panjang hubungan mereka, akhirnya semuanya berjalan dengan manis. Mereka bisa menikah, ini adalah impian Julia sejak dulu. Jujur Julia masih tidak menyangka bisa menikah dengan pria yang dia cintai. Penantian panjang Julia terbalaskan, kini dia telah berhasil meluluhkan hati Peter. Sosok pria yang sejak awal menarik perhatiannya. Meski Peter belum sepenuhnya mencintai dirinya, tapi Julia yakin Peter akan berusaha untuk membahagiakannya.Di hari pernikahan Peter dan Julia, Athena khusus meminta Brian, ayahnya menjadi pendamping Julia. Mengingat Julia sudah tidak lagi memiliki orang tua. Begitu pun dengan Peter, Justin khusus meminta Arthur, ayahnya sebagai pendamping Peter. Samahalnya dengan Julia, Peter sudah tidak lagi memiliki kedua orang tua. Selama ini Justin dan Athena sudah menganggap Peter dan Julia sebagai keluarga mereka.Kini Julia mematut cermin, tubuhnya sudah terbalut sebuah gaun pengantin rancang