Justin mendorong tubuh Athena hingga membuat wanita itu terbaring di ranjang tanpa melepaskan pagutannya. Pria tampan itu menarik selimut tebal yang menutupi tubuh polos Athena. Seketika, kilat mata Justin menatap tubuh polos Athena di hadapannya dengan tatapan kagum.Ini bukan pertama kali dia melihat Athena tanpa sehelai benang pun melekat di tubuhnya, tapi sejak awal hingga detik ini, tatapan Justin selalu menatap tubuh Athena dengan tatapan memuja. Ya, dia mengakui, Athena memiliki tubuh yang sangat indah dan sempurna. Lekuk tubuh wanita itu, membuat dirinya begitu tergoda.“Kau tidak bisa menolakku, Athena,” Justin mulai membawa tangannya meremas pelan payudara Athena, hingga membuat Athena melenguh. “Tubuhmu selalu menerima sentuhanku,” bisiknya di telinga wanita itu dengan nada begitu menggoda.“Ahh!” desah Athena saat Justin memainkan putingnya dengan jemarinya. Sesaat, kilat mata Athena berkabut, berubah menjadi tatapan penuh hasrat. Dia berusaha untuk menolak, tapi nyatanya
Siang itu, hujan membasahi kota. Cuaca yang begitu sejuk membuat Athena masih enggan membuka matanya. Justin yang sudah lebih dulu terbangun dari percintaan panas mereka, dia masih terus menatap wajah polos Athena. Wanita itu tertidur begitu pulas. Meski tanpa polesan makeup, dia terlihat sangat cantik. Bulu mata lentik, hidung mancung, bibir ranum berwarna merah muda, membuat Justin tidak henti menatap wajahnya.Justin membawa tangannya mengelus bahu telanjang Athena. Entah kenapa hatinya begitu menghangat dan merasakan kenyamanan ketika berada di sampingnya. Dia sungguh tidak ingin menutupi, wanita itu berhasil masuk ke dalam pikiran dan hatinya.“Hmmm.” Athena menggeliat, perlahan dia mulai membuka matanya, lalu mengerjap beberapa kali. Tepat di saat mata Athena terbuka, dia terkejut melihat Justin tengah menatap dirinya. Dia langsung menjauh, menarik selimut, menutup tubuhnya dengan selimut hingga ke leher.“Percuma saja kau menutupi, aku sudah melihat seluruh tubuhmu.” Justin ter
Athena menatap dirinya ke cermin, terlihat wajahnya yang tampak muram. Sejak perdebatannya dengan Justin kemarin, dia lebih banyak diam. Ingin rasanya dia melawan dan memberontak, tapi Athena memutuskan untuk menunggu. Hari ini adalah hari terakhirnya di kota Athena, dia lebih memilih untuk menikmati sisa liburannya ini. Besok, ketika dia tiba di New York, dia yakin Justin akan kembali mengubah apa yang pria itu putuskan. Tentu alasan Athena bisa yakin, karena dia masih mengingat perkataan Justin—yang mengatakan dia bukanlah wanita yang tepat untuknya.Athena mendesah pelan, dia menepis pikirannya yang terus memikirkan Justin. Dia memilih memoles wajahnya dengan makeup tipis dan mengikat rambutnya model ponytail. Setelah berias, dia kembali memastikan penampilannya sempurna. Tubuhnya kini terbalut jumpsuit short pants yang membuatnya terlihat jauh lebih muda dan segar.“Kau sudah siap?” Justin yang berdiri di ambang pintu, dia menatap Athena yang baru saja selesai berias. Pria tampan
Athena mengemasi barang-barang pribadi miliknya. Tidak hanya miliknya, tapi dia pun membantu mengemasi barang-barang pribadi milik Justin. Setelah dia memastikan barang-barang pribadinya dan barang-barang milik Justin sudah berada di dalam koper, Athena langsung meletakkan kopernya dan koper Justin di sudut ruangan bersamaan dengan koper pakaian serta oleh-oleh yang telah ditata oleh pelayan.“Aku rasa sudah semuanya, tidak ada lagi yang tertinggal,” gumam Athena seraya mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuknya. Dia menatap begitu banyak koper yang telah tersusun. Tentu itu karena Justin membeli banyak oleh-oleh untuk keluarganya.“Athena, kita sarapan dulu, setelah itu berangkat.” Justin melangkah masuk ke dalam kamar, dia mendekat ke arah Athena. “Tadi aku sudah meminta pelayan membawakan sarapan untuk kita,” lanjutnya seraya mengalihkan pandangannya ke meja yang telah terhidangkan sarapan untuknya dan Athena.Athena mengangguk. “Baiklah, kita sarapan lebih dulu. Aku juga sudah
Pesawat yang membawa Justin dan Athena telah mendarat di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy. Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, akhirnya Justin dan Athena telah tiba di New York. Mereka turun dari pesawat, dan langsung menuju sopir yang telah menunggu di lobby. Tampak Athena yang terlihat begitu lelah.Sepanjang perjalanan, Athena tertidur lelap. Tanpa dia sadari, dia menyandarkan kepalanya di bahu Justin. Justin yang tengah membalas email di iPad-nya, mengalihkan pandangannya menatap Athena yang kini bersandar di bahunya. Pria tampan itu membenarkan posisi Athena agar wanita itu nyaman.Tatapan Justin teralih pada Athena yang tertidur pulas. Dia mendengar napas teratur milik wanita itu yang begitu lembut. Pun dia melihat rambut Athena menutupi sebagian wajahnya. Justin membawa tangannya merapikan rambut, mengelus lembut pipi Athena dengan senyuman di bibirnya.Mobil yang membawa Justin dan Athena telah tiba di rumah mereka. Justin yang sebelumnya ingin langsung menuju ke
Justin melangkah keluar dari ruang meeting, bersama dengan Peter, assistant-nya yang mengikutinya dari belakang. Sesaat Justin melirik arlojinya, dia melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Menyelesaikan beberapa pekerjaannya yang tertunda saat dia berada di Yunani.“Tuan Justin, apa hari ini Anda akan pulang malam?” Peter, sang assistant bertanya kala masuk ke dalam ruang kerja Justin.“Ya, aku akan pulang larut malam hari ini.” Justin duduk di kursi kebesarannya seraya menyesap wine di tangannya. “Bagaimana keadaan perusahaan saat aku berada di Yunani?” tanyanya dengan tatapan menatap Peter.“Semuanya baik-baik saja, Tuan,” jawab Peter. “Terakhir meeting dengan para pemegang saham, Tuan Nathan yang menggantikan Anda.”Justin mengangguk singkat. “Kau sudah mengawasi adikku, kan? Bagaimana menurutmu tentang adikku yang menjabat sebagai Direktur Pemasaran? Sebelumnya, dia tidak pernah menangani perusahaan perfilman, harusnya dia banyak belajar mengenai perusahaan ini.”“Tuan, adik And
Malam semakin larut, Justin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menelusuri kota Manhattan. Pikirannya tidak bisa tenang memikirkan Marinka yang tadi menemuinya. Tidak bisa dipungkiri, Justin merasa iba pada Marinka. Bagaimanapun mereka telah menjalin hubungan lama. Justin menyadari dirinya telah melukai Marinka. Tentu tidak akan ada wanita yang bisa menerima kekasihnya menikah dengan wanita lain. Justin membuang napas kasar, dia memukul setir mobilnya—menepis semua pikirannya. Dia memilih untuk tidak memikirkan apa pun saat ini. Memikirkan Marinka dan Athena bersamaan, benar-benar membuatnya tidak tahu harus memutuskan apa. Lebih baik baginya untuk menenangkan sejenak pikirannya, sebelum memastikan keputusan apa yang nanti dia ambil.Kini mobil Justin telah memasuki halaman parkir mansion-nya. Kemudian, dia turun dari mobil, sebelum melangkah masuk ke dalam rumah, dia melirik arlojinya—sudah pukul satu malam. Dia yakin, Athena pasti sudah tertidur. Kini Justin melanjutkan langka
Waktu menunjukkan pukul satu siang, Athena yang baru saja selesai pengambilan gambar, membuatnya sedikit kelelahan. Ya, terpilihnya Athena di perusahaan perhiasan terbesar di Amerika, membuat Athena herus bekerja dengan perfectionist. Kini Athena melangkah menuju ruang istirahat bersama dengan Julia yang juga menemaninya. Ketika melihat sofa di ruang istirahat, Athena langsung menjatuhkan tubuhnya—duduk di sofa itu, serta Julia yang juga ikut duduk di sampingnya. “Athena, tadi Tuan Asher Lewis bilang padaku, kau nanti akan bertemu dengan rekan bisnisnya. Rekan bisnisnya tertarik menjadikanmu sebagai brand ambassador di perusahaan mereka. Sore nanti kau akan bertemu dengannya,” ujar Julia seraya menyandarkan punggungnya di sofa. “Jadi hari ini, kita pasti akan pulang terlambat,” lanjutnya memberi tahu. “Apa nama perusahaan yang bekerja sama dengan Tuan Asher Lewis?” tanya Athena sambil menatap Julia. Julia mengangkat bahunya. “Aku juga belum tahu, Tuan Asher Lewis tidak memberitahuku