Selama satu bulan bekerja di rumah keluarga Isabel, Elyana selalu menahan rasa marahnya atas perlakuan buruk Isabel karena dirinya adalah pelayan d rumah itu.
Dan sekarang, Isabel berani merusak ponsel pemberian dari mendiang ibunya. Elyana jelas tidak akan memaafkan Isabel. Masalah pekerjaan, jika sampai dirinya dipecat, itu tidak masalah. Elyana masih bisa mencarinya di tempat lain.
"Sekarang, ambil ponselku dari lantai. Cepat!" Elyana memerintah Isabel sambil menunjuk ke bawah. Memaksa Isabel untuk memungut ponselnya yang sudah rusak di lantai.
"Hah, Eli, gadis jelek! Kau berani memerintahku? Atas dasar apa kau berani memerintahku mengambil ponsel jelekmu itu?" bantah Isabel dengan segera. Ia tidak terima dengan tingkah pelayannya yang bernai memerintah, bahkan menunjuk-nunjuk dirinya.
Kemarin-kemarin, pelayannya ini terlihat sangat jelek dan lugu. Tapi sekarang ... dia bernai membentak Isabel.
'Apa Eli salah minum obat? Obat kesurupan!'
"Ponsel jelek, katamu?" tanya Elyana penuh cibiran. "Apa kau kurang bergaul sehingga tidak tahu ponselku itu ponsel seperti apa?"
Karena tingkah Isabel yang sudah keterlaluan, Elyana mengeluarkan semua sifat aslinya sebagai nona kedua di keluarga Louis, angkuh dan juga sombong! Ia tidak bisa berpura-pura baik lagi di hadapan Isabel.
Mendengar ucapan Elyana tentang ponsel itu, Isabel segera menunduk ke bawah dan melihat ponsel Elyana yang berwarna merah muda dengan berlian di sekeliling ponselnya. Walau ponsel itu sudah rusak, tapi, Isabel masih bisa melihat modelnya dengan sangat jelas. Itu adalah sebuah ponsel ternama dengan harga sekitar ribuan dolar.
'Bagaimana bisa, pelayan miskin ini mempunyai ponsel sebagus ini? Bahkan, aku pun tidak mampu untuk membelinya," gumam Isabel, terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Dari mana kau memiliki ponsel seperti ini? Apa kau mencurinya?" tanya Isabel sambil memungut ponsel itu dari lantai. Ia masih tidak percaya dengan barang mahal milik pelayan jeleknya ini.
Ponsel pelayannya bahkan lebih bagus daripada ponsel miliknya sendiri.
'Hah, dasar pencuri kelas kakap!' cibir Isabel dalam hati sambil tersenyum meremehkan Elyana.
"Berikan padaku!" Elyana mengambil ponselnya dari tangan Isabel secara paksa. "Ibuku yang membelikannya. Bagaimana bisa kau menuduhku mencuri ponsel ini?"
Sikap Elyana masih terlihat angkuh di depan Isabel. Tidak ada lagi gadis lugu dan menjijikan seperti yang terlihat selama satu bulan ini.
Yang ada hanya ... wanita kusam namun auranya begitu kuat.
Sebelum Isabel merespon, terdengar suara dering ponsel dari meja rias. Isabel segera menoleh ke belakang untuk melihatnya.
"Awas, kau!" ancam Isabel pada Elyana sebelum ia beranjak pergi ke meja rias untuk mengambil ponselnya.
Terdengar Isabel berkata kepada orang yang ada di seberang telepon, "Ya, tunggu lima menit lagi. Aku akan segera turun ke bawah!"
"...."
"Tentu saja semuanya sudah siap. Kau tak perlu khawatir!"
"...."
"Baiklah! Muach!"
Klik!
Isabel segera mengakhiri percakapan mereka.
Dari belakang, Elyana mendengar semua ucapan Isabel dengan sangat jelas.
'Isabel berbicara dengan kekasihnya!' tebak Elyana dalam hati.
Karena tadi, ada cium jarak jauh yang dilakukan oleh Isabel pada orang yang ada di seberang telepon.
Elyana tahu, tapi ia tidak perduli. Toh, ini bukanlah hidupnya.
"Eli, kali ini, kau 'ku maafkan! Tapi lain kali, jangan harap," ucap Isabel dengan sinis. Lalu, ia mengambil sebuah tas yang ada di bawah tempat tidur.
Walau masih ingin membuat perhitungan dengan Elyana, namun sekarang sudah tidak ada waktu lagi. Isabel harus segera pergi.
"Kau jangan khawatir, aku hanya ingin memberikan ini pada Mama!" Isabel menunjuk tas hitam yang ia bawa. Lalu berjalan keluar dari dalam kamar.
Tanpa rasa curiga, Elyana membiarkan Isabel pergi. Rasa marahnya, membuat ia enggan untuk mempedulikan wanita itu.
"Terserah sajalah! Toh, dia bukan anak kecil lagi yang ke mana-mana harus dikawal, kan?" ucapnya tidak perduli.
Setelah Isabel keluar dari kamar, Elyana menunggunya di sofa yang ada di dalam kamar sambil melihat kondisi ponselnya yang rusak. Ini kedua kalinya ponsel itu rusak. 'Apa masih bisa diperbaiki?'
Entah waktu sudah berlalu berapa lama, Elyana sudah bosan menunggu, namun Isabel belum juga kembali.
Ketika Elyana sedang gelisah dan mondar-mandir di dalam kamar—memikirkan keadaan Isabel—tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang sangat keras.
"Syukurlah, Isabel sudah kembali. Acara harus segera dimulai," ucap Elyana merasa lega. Ia segera berjalan menuju pintu kamar untuk membuka pintu.
Ketika Elyana membuka pintu, bukan wajah Isabel yang ia lihat, tapi malah Alex dan juga istrinya—Nosy.
"Tuan ... Nyonya! Di mana Nona Isabel?" tanya Elyana dengan polos. Sama sekali tidak menyadari raut marah Alex dan istrinya yang terlihat sangat buruk.
"Eli ... kau masih bertanya 'Di mana Isabel.'? Yang seharusnya bertanya seperti itu adalah kami! Di mana Isabel, hah?" teriak Nosy, lalu mendorong kedua bahu Elyana hingga gadis itu terjatuh ke lantai.
"Di mana Isabel? Cepat katakan?" tanya Nosy lagi masih dengan suara keras.
Nosy begitu emosi mengetahui putrinya kabur dan dijemput oleh seseorang di halaman gedung hotel. Awalnya, Nosy mengira itu bukanlah Isabel. Tapi, mendengar pertanyaan dari Elyana barusan, ia jadi yakin, bahwa, wanita itu adalah putrinya.
Ini merupakan tanggung jawab Elyana, mengawasi Isabel dan memastikan dia baik-baik saja sebelum acara pesta pernikahan itu berlangsung.
Tapi sekarang ... Isabel sudah pergi. Bagaimana dengan acara pernikahan ini?
"Nyonya, apa yang sebenarnya terjadi? Nona Isabel pergi ke mana? Bukankah tadi Nona Isabel keluar dari kamar untuk menemui Anda? Di mana dia sekarang?" tanya Elyana dengan gugup. Wajahnya terlihat panik dan sangat ketakutan melihat raut wajah Nosy yang menyeramkan. Rasanya, wanita tua itu akan segera memakan Elyana hidup-hidup.
"Tidak! Isabel tidak menemuiku. Kau jangan mengada-ada!" sangkal Nosy dengan berkacak pinggang sambil menunduk, menatap Elyana yang masih duduk di lantai.
Melihat Elyana duduk di lantai dengan termenung, Alex pun tidak tega. Ia segera menarik tangan gadis itu.
"Ayo, bangunlah!" ucap Alex masih menarik tangan Elyana.
"Mengapa kau membiarkan Isabel pergi keluar sendiri?" tanya Alex setelah memastikan Elyana berdiri tegak.
"Tadi, petugas keamanan hotel memberitahu kami, bahwa dia melihat seorang wanita mengenakan gaun pengantin pergi dijemput oleh seseorang. Dan aku bisa menebak, itu adalah Isabel," ucap Alex lagi dengan perasaan hancur.
"Mengapa kau bisa memberi dia kesempatan untuk kabur?" tanya Alex lagi, mencoba untuk tenang.
'Apa ... kabur?'
Elyana terkejut mendengarnya. Ia tidak pernah mengira, Isabel akan kabur dari pernikahan ini.
'Bagaimana ini?'
***
Di dalam kamar hotel, Elyana duduk di sofa dengan gelisah. Kepalanya sedikit menunduk, jemari tangannya terus ia mainkan. Napas pun, tidak bisa bernapas dengan lega, karena Nosy dan Alex meminta dirinya untuk menggantikan Isabel menikah.
"Maaf, Tuan, Nyonya! Saya hanyalah seorang gadis kampung dari keluarga tidak mampu. Sama sekali tidak layak untuk menggantikan Nona Isabel—menikah. Nanti, yang ada, Nyonya dan Tuan malu karena putrinya sejelek saya," ucap Elyana untuk kesekian kalinya—menolak permintaan Alex dan Nosy.
"Eli, aku memohon! Bantu kami untuk menyelamatkan nama baik keluarga Danu. Jika sampai perjodohan ini dibatalkan, keluarga Danu akan diusir dari kota ini. Anggap saja ini sebagai pekerjaan untukmu. Kami akan memberimu uang satu juta dolar. Bagaimana?" pinta Alex penuh dengan permohonan.
"Hanya satu tahun saja. Setelah itu, kau boleh mengajukkan gugatan perceraian," tambahnya lagi meyakinkan Elyana.
"Eli, kaburnya Isabel, itu karena kecerobohanmu. Jika kau bekerja dengan baik, mengawasi Isabel ke manapun dia pergi, ini tidak akan terjadi. Kami pun tidak akan meminta bantuanmu untuk menggantikan posisi Isabel," ucap Nosy dengan ttajam
Majikan wanita itu terus saja menyalahkan Elyana karena kaburnya Isabel dari pernikahan ini. Sama sekali tidak berpikir bahwa Isabel pergi karena memang sudah direncanakan sebelumnya.
'Jika bukan gadis culun ini yang harus dijadikan tumbal, lantas siapa?' batin Nosy.
Walau Nosy sangat tidak rela—pembantu jelek seperti Elyana—menikah dengan pria kaya, tapi saat ini mereka tidak punya pilihan lain. Jika pernikahan ini dibatalkan, keluarga Danu yang akan terkena imbasnya.
"Eli, aku mohon!" Alex berlutut di lantai, memohon dengan merendahkan diri di depan Elyana. "Bantu kami untuk menyelamatkan nama baik keluarga Danu. Berpura-puralah menjadi putri kami dan menggantikan Isabel untuk menikah!"
"Ya, ini semua memang salahku, dari awal memaksa Isabel untuk menikah. Tapi ... ini semua aku lakukan demi keluarga Danu. Perusahaan Danu sedang mengalami krisis keuangan, dan kami punya utang yang sangat banyak pada perusahaan Demino. Solusi yang diberikan oleh petinggi perusahaan Demino ialah dengan menjodohkan putra kami. Bukan karena tidak ada wanita yang mau menikah dengan anak sulung dari Tuan Darwis, tapi, putranya itu tidak ingin menikah dengan wanita manapun. Jadi, Tuan Darwis dan aku sepakat untuk melakukan perjodohan, dan beliau, akan membantu masalah keuangan perusahaan kami," jelas Alex dengan mata yang terlihat basah. Mungkin sebentar lagi pria itu akan segera menangis.
Elyana terdiam sesaat.
Ia melihat raut kesedihan dari wajah Alex. Ia pun tidak berdaya melihat permohonan Alex yang demikian. Walau Elyana sangat enggan menggantikan Isabel untuk menikah, tapi untuk saat ini, menikah pun tidak terlalu buruk. Ia bisa bersembunyi dari kakeknya, dan tidak perlu lagi menjadi seorang pelayan.
Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Elyana setuju.
"Baik! Hanya satu tahun saja, kan? Aku akan membantu kalian!"
"Benarkah, kau bersedia?" tanya Alex memastikan. Ia masih berlutut di depan Elyana dengan harapan yang sangat besar.
"Ya! Ini demi ..." Elyana ragu sejenak, "demi uang satu juta dolar. Aku bersedia menggantikan Nona Isabel untuk menikah," jawabnya dengan asal.
Apa yang membuat Elyana akhirnya bersedia untuk menggantikan Isabel—menikah?
Uang? Dirinya sungguh tidak kekurangan uang.
Lantas, apa?
"Ayah!" Ternyata, itu yang membuat Elyana menyetujui permintaan Alex.
Elyana tidak tega melihat seorang ayah memohon dan berlutut di handapannya demi menyelamatkan nasib keluarga dan para karyawan.
Hanya itu yang membuat hatinya tersentuh.
"Baik! Aku akan memberimu satu juta dolar. Sekarang, kau bersiaplah," ucap Alex dengan bahagia. Ia segera bangkit berdiri. Meminta Nosy untuk segera memanggil penata rias dan membawakan gaun cadangan untuk dipakai oleh Elyana.
***
Di sebuah aula hotel tempat acara berlangsung, Elyana didampingi oleh Alex dan juga Nosy berjalan di atas karpet merah menuju altar, diiringi aluna musik yang sangat merdu. Mereka, menghampiri mempelai pria yang sudah ada di sana bersama dengan keluarganya.
Ketika langkah demi langkah Elyana berjalan menghampiri mempelai pria, alangkah terkejutnya ia ketika melihat wajah pria tersebut. Pria itu memiliki wajah tampan yang nyaris sempurna. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap dibalut dengan setelan jas yang sangat pas di badan, memperkuat aura ketampanannya.
Tiba-tiba langkahnya terhenti, jantungnya berdegup kencang dan keringat mulai membasahi punggungnya.
'Apakah itu David?' gumam Elyana dengan perasaan tidak tenang.
Elyana yang saat ini memakai tudung pengantin yang menutupi seluruh wajahnya sedikit menghalangi jarak pandang pada pria tersebut.
'Tapi, sepertinya, itu sungguh David! Bagaimana ini?'
Ada kepanikan di dalam hati Elyana ketika menyadari bahwa pria itu adalah David—pria yang bersamanya satu bulan yang lalu. Waktu itu, Elyana pergi tanpa pamit dari rumah David. Padahal pagi harinya, pria itu melarang Elyana meninggalkan rumah dan berjanji akan mengajaknya makan malam untuk merayakan kesembuhannya. Tapi, Elyana teta pergi dari rumah mewah tersebut. Di siang harinya sebelum Elyana pergi, David mengirim makanan yang sangat lezat untuk dirinya. Dan sekarang .... 'Bagaimana aku menghadapinya?' "Eli, ayo!" bisik Nosy sambil menarik lengan Elyana. Ia sedikit mencubitnya agar menyadarkan wanita itu. "Kau tidak bisa mudur di tengah jalan seperti ini. Uang satu juta dolar sudah kami transfer ke rekeningmu. Jika sekarang berubah pikiran, kau harus membayar tiga kali lipat," ancam Nosy dengan mengeratkan gigi. Ia menarik tangan Elyana, memaksanya untuk berjalan. Mendengar ancaman dari Nosy, Elyana segera tersadar. Ia mel
"Sudah! Tuh, lihatlah!" ucap Felix sambil mengarahkan ponselnya ke wajah Edwin. Jarak dari ponsel ke wajah Edwin sangatlah dekat, hingga pria itu mundur ke belakang untuk menghindar. "Ya, Tuan! Tapi maaf, singkirkan ponselnya dari wajah saya!" Edwin memiringkan tubuhnya ke belakang, menghindari tangan Felix yang semakin lama semakin mendekat. "Aku hanya khawatir, kau tidak bisa melihatnya dengan jelas. Coba, lihat satu kali lagi. Kelihatan atau tidak?" Felix masih mempermainkannya. Membuat Edwin semakin memiringkan tubuhnya ke belakang. "I-iya, Tu-Tuan! Saya sudah melihatnya. Ahhhhh—" Tiba-tiba, terdengar suara gaduh diiringi tubuh Edwin yang terjungkal ke belakang bersama dengan kursi duduknya. Semua orang segera menoleh untuk melihat keributan itu. Edwin berbaring di lantai dengan kaki yang mengacung ke atas, karena kursinya masih diduduki. Ia segera menatap kiri dan kanan, melihat semua orang sedang memperhatikan dirinya.
"Pergi ke mana, Elyana?" tanya David dengan perasaan tidak enak. Ia khawatir akan kehilangan wanita itu lagi. "O, iya! Dari mana kau tahu bahwa Elyana sudah pergi? Jangan-jangan, kau menguntit Elyana di hotel?" tuduh David pada Edwin. Tuduhan itu membuat Edwin tidak enak. "Tuan! Jika sekarang saya tidak mengikuti Nona Elyana, mungkin Anda akan segera membunuh saya. Sekarang, taksi yang ditumpangi Nona Elyana mengarah ke jalan selatan. Saya masih menguntit taksi mereka dari belakang," jawab Edwin dengan berani. Ia tidak ingin dituduh sebagai penguntit oleh majikannya, karena itu terlalu kejam. "Hah? Jalan selatan?" tanya David dengan pelan. Juga merasa lega karena asistennya sedang mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Elyana. "Ya, Tuan! Taksi Nona Elyana berjalan menuju jalan selatan." Edwin masih memegang roda kemudi dan menggerakkannya dengan lincah. Walau mata tertuju pada taksi yang ada di depan mobilnya, namun telinga tetap fok
Eyana merasakan jantungnya berdetak kencang ketika mendengar ucapan David tentang "Membuat perhitungan dengannya". Seolah ada sebuah hantaman yang sangat keras di dalam dadanya membuat napasnya terasa sesak dan berat. Apa yang harus Elyana lakukan? Elyana menarik napas panjang, berkata pada David, "Baik! Besok siang, kita bertemu lagi untuk membicarakan masalah ini. Sekarang aku lelah, ingin pulang ke rumah untuk istirahat. Bisa, kan?" Lebih tepatnya, Elyana ingin mencari hotel terdekat untuk dirinya menginap. Tidak mungkin Elyana pulang ke rumah Alex dan istirahat di sana, kan? Toh, ia hanya seorang pelayan di rumah keluarga Danu, bukan benar-benar putri mereka. David bersikap acuh. Ia tidak menjawab perkataan Elyana hingga mereka keluar dari gedung rumah sakit. Itu membuat Elyana merasa lega. "Sampai bertemu besok Tuan David! Hati-hati di jalan," ucap Elyana dengan melambaikan tangan ketika mereka sudah berada di luar.
Elyana bergidik ngeri ketika David terus menggosok pipinya dengan jari yang sudah diludahi. Ia segera menarik tangan David agar menyingkir dari wajahnya. "Sudah hentikan! Lepaskan aku." Elyana sudah tidak tahan lagi. Ia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pria itu. Tapi David tidak mendengar. "Diamlah, sedikit lagi!" ucap David masih dengan memegang wajah Elyana. Setelah menggosok dua kali, barulah ia melepaskannya. "Nah, sudah bersih!" "Hah?" Elyana terdiam sambil melihat pria itu. David membersihkan tahu lalat yang sudah dirinya buat. Ketika Elyana akan berbicara pada David, terlihat Alex dan istrinya sudah berdiri di halaman rumah sambil menatap mereka yang masih berada di dalam mobil. Elyana dan David pun tidak membuang waktunya lagi, segera turun dan berjalan menghampiri kedua orang tua Isabel. Nosy berdiri sambil melipat kedua tangan di depan, menatap Elyana—yang berj
Di dalam kamar Isabel, Elyana melihat koper berwarna merah muda miliknya sudah ada di atas tempat tidur. Di dalam koper itu sudah ada pakaian milik Isabel, juga sepatu dan tas yang sangat bagus. Semua itu Nosy siapkan untuk Elyana demi menjaga citra baik keluarga Danu. "Dasar orang kaya tidak tahu diri. Hanya pakaian seperti ini saja, aku tidak buruh!" ucap Elyana dengan kesal. Elyana segera membalikkan kopernya, menumpahkan semua barang-barang itu ke lantai. Ia tidak menyisakan barang sedikitpun di dalam kopernya. Elyana merupakan nona kedua di keluarga Louis, sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil, dan hidupnya tidak pernah kekurangan. Ia sama sekali tidak membutuhkan barang-barang bekas seperti ini. Jika mau, kapanpun, ia bisa membeli semua barang mewah yang lebih bagus dari ini. Bukan karena ada uang satu juta dolar di rekeningnya—pemberian dari Alex, tapi karena uang di rekeningnya sangatlah banyak. Setelah kopernya kosong, Elyana segera me
"Apa?" Pintu kamarnya dibuka kembali oleh David. "Apa yang kau katakan barusan? Elyana dirawat di rumah sakit? Kenapa?" David mengulangi ucapan Edwin. Ia tidak mengerti dengan perkataan asistennya tentang Elyana. "Iya, Tuan!" Edwin membenarkan. "Dari tadi, Tuan Felix sudah menghubungi Anda, namun tidak ada jawaban." David segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya, lalu melihat sepuluh panggilan tidak terjawab dari Felix. "Dua puluh menit yang lalu?" David mengerutkan kening, lalu menghubungi Felix kembali untuk memastikan ucapan Edwin barusan. "Aish, sial! Apakah ini balas dendam, dia tidak mengangkat panggilan dariku!" ucap David kesal ketika mengetahui Felix tidak mengangkat panggilan teleponnya. "Maaf, Tuan! Tadi, Tuan Felix berpesan, Anda jangan mengganggunya malam ini. Tuan Felix ingin tidur sambil memeluk istrinya. Masalah Nona Elyana, dia sudah mengirim pesan singkat pada Anda, di rumah sakit mana Nona El
Mendengar David sudah berjanji, Daniel pun merasa lega. Ia tidak ragu lagi untuk menceritakan semuanya pada suami Elyana tersebur. "Mungkin, kau pun sudah tahu sebelumnya, bahwa kalian berdua akan dijodohkan. Demi terhindar dari perjodohan itu, Elyana memutuskan untuk kabur dari rumah dengan meminta bantuan aku dan Arani. Setelah orang di rumahnya tahu bahwa aku membantu Elyana melarikan diri, tidak hanya membuatku terluka hingga harus dirawat di rumah sakit, juga membuat ayahku bangkrut. Begitu pun dengan Arani. Setiap hari, Arani didatangi orang suruhan keluarga Elyana, dan pada akhrinya, Arani pun menerima tindak kekerasan dari mereka hingga masuk rumah sakit karena tidak mampu membuat Elyana kembali pulang ke rumahnya. Itulah alasan mengapa saat ini aku ingin Elyana menjauh dari kami. Aku tidak ingin hal buruk terjadi lagi pada kami jika masih dekat dengan Elyana," jelas Daniel dengan perasaan berat. Sebenarnya, Daniel pun tidak ingin memutus persahab
"Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya
Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di
Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti
"Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan
Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di
Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar
Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas
"Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya
David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha