Share

Bab 5 Pelayan Jelek

Penulis: Tusya Ryma
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-01 15:44:18

'Hah, David? Mengapa dia melakukan hal ini?' Banyak pertanyaan yang berputar di kepalanya, membuat Elyana semakin bingung.

Tidak ingin membuat pelayan itu kesulitan, Elyana akhirnya mengiyakan.

"Baik, aku akan segera turun!"

Setelah itu, pelayan   pergi meninggalkan Elyana.

Ketika Elyana kembali masuk ke dalam kamar, tiba-tiba terdengar dering ponsel dari atas meja rias. Ia segera mengambil ponsel dan melihat nomor asing di layar ponselnya. Elyana sedikit ragu untuk mengangkatnya.

"Apa ini Kakek? Tapi, semua nomor orang suruhan Kakek dan Judis sudah aku blokir semua. Tidak mungkin mereka menghubungiku lagi." 

Terdiam beberapa saat, dering ponsel itu kembali terdengar.

Tidak mungkin Elyana terus mengabaikan panggilan itu. Dengan penasaran, ia segera menekan tombol hijau pada layar.

 "Halo!" sapanya dengan ragu.

Terdengar suara wanita paruh baya dari seberang telepon, "Apa benar ini dengan Eli?"

'Eli?'

Bahkan, dirinya sudah lupa dengan nama samaran yang ia buat sendiri.

"Iya, saya sendiri!" jawab Elyana—pelan.

 "Apa benar, kau yang mengirim pesan—menawarkan diri menjadi pelayan—pada kami?"

 "Oh, itu! Ya, tadi saya yang mengirim pesan. Apa pekerjaan itu masih ada?" tanya Elyana dengan khawatir, namun juga merasa lega.

Tadi pagi setelah sarapan, Elyana melihat sebuah lowongan pekerjaan menjadi asisten rumah tangga di internet. Ia mengisi data diri dan mengirimnya ke nomor yang tertera di sana. Sekarang, pihak dari sana menghubunginya.

'Apa itu karena aku diterima kerja?' Elyana mulai menebaknya.

 Walau bekerja sebagai pelayan, untuk saat ini, hanya pekerjaan itu yang cocok dengan keadaannya. Elyana tidak punya pilihan lain.

Terdengar wanita paruh baya itu mengiyakan, "Ada! Bagaimana jika sore ini kami jemput?"

 'Hah ... sore ini? Apa itu tidak terlalu cepat?'

 "Bagaimana Eli? Apa kau siap?" tanyanya lagi ketika tidak ada jawaban dari Elyana.

 "Oh, ya! Tentu saja, saya siap!" jawab Elyana dengan segera. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Ia tidak boleh melewatkannya begitu saja.

 "Baik ....  Nanti, saya akan meminta sopir untuk menjemputmu. Di mana alamat rumahmu?"

 "Emh!" Elyana mulai bingung. Ini pertama kalinya ia tinggal di kota Paris, jadi tidak tahu alamat lengkap rumah David.

"Tunggu sebentar!" Elyana berlari keluar kamar. Mencari asisten rumah tangga untuk menanyakan alamat rumah ini.

 Tanpa rasa curiga, asisten rumah tangga itu segera memberitahu alamat secara lengkap pada Elyana.

"Baik, saya sudah mencatatnya. Nanti, ada sopir yang akan menjemputmu," ucap wanita itu pada Elyana.

"Iya, terima kasih, Bu!" balas Elyana dengan rasa hormat.

Setelah itu sambungan telepon terputus.

***

Di kantor perusahaan Demino—sebuah perusahaan otomotif yang menguasai pasar di jalanan Benua Eropa berbasis Wolfsburg—milik keluarga David, Edwin membacakan sebuah laporan tentang bisnis yang baru mereka jalankan di kota lain. Karena minggu kemarin David melewatkan rapat yang sangat penting demi menolong Elyana, jadi, agenda pembukaan cabang itu sedikit terganggu.

 "Tuan, pembukaan acara minggu kemarin cukup bagus. Kita hanya perlu meningkatkan pemasarannya saja di internet. Agar produk kita bisa tercium oleh semua kalangan."

"Oke, kau atur saja semuanya," balas David dengan enteng.  Lalu ia bangkit dari duduknya, mengambil jas yang tergantung di samping, dan segera memakainya.

"Sekarang, aku harus pergi dulu. Masalah kantor, aku percayakan semuanya kepadamu," tambah David lagi setelah dirasa pakaiannya rapi.

"Aku harus pergi ke luar dulu!" ucap David sambil berjalan menuju pintu keluar, melewati asistennya yang masih berdiri di depan meja.

Melihat tuannya pergi, Edwin segera bertanya, "Anda mau pergi ke mana, Tuan? Maukah saya antar?"

Edwin merasa heran, sore-sore seperti ini, tuannya mau pergi ke mana?

"Biar saya mengantar Anda, Tuan!" ucap Edwin lagi. Ia bersiap mengikuti langkah tuannya pergi keluar. 

 Edwin tidak bisa membiarkan tuannya mengendari mobilnya sendiri. Karena itu tidak pernah terjadi. Biasanya, David selalu diantar dan dikawal oleh Edwin dan beberapa orang "Bodyguard" ke manapun dia pergi. Tapi sekarang ....

Terdengar David menolak, "Tidak perlu! Sendiri saja. Aku ingin mencari tempat yang bagus untuk acara nanti malam."

"Sudahlah, aku pergi dulu!" ucapnya lagi. Lalu David benar-benar pergi.

Edwin terdiam. Tidak lagi mengikuti David, karena tuannya itu menolak. 

 "Kenapa Tuan tidak mencari tempat makan yang bagus dari internet saja? Tidak perlu membuang-buang waktu berkeliling untuk mencarinya sendiri, kan? Sejak kapan Tuan David menjadi bodoh seperti ini?" gumam Edwin dengan perasaan aneh. Ia tidak mengerti dengan pola pikir tuannya—mempersulit hal yang jelas-jelas sangat mudah.

Di sore hari, ketika David sudah kembali ke rumah, ia mendapati rumahnya sepi. Kamarnya pun terasa dingin, seolah tidak ada kehidupan di sana. Ia mencari ke setiap sudut rumah besar itu, namun, Elyana tidak ada.

"Di mana gadis itu?"

 Dengan langkah cepat, David menuruni anak tangga. Ketika sudah tiba di lantai satu, ia bertanya pada pelayan tentang keberadaan Elyana.

"Di mana Nona?"

 "Maaf, Tuan! Nona baru saja pergi!" Jawa pelayan itu dengan sopan. 

 "Apa? Pergi? Pergi ke mana, maksudmu?" sergah David dengan perasaan tidak tenang.

"Maaf, Tuan! Saya kurang tahu. Tapi sebelumnya, Nona menanyakan alamat rumah ini. Baru saja seseorang menjemputnya!"

"Apa? Dijemput? Menanyakan alamat rumah?" David terkejut mendengarnya. 

'Untuk apa Elyana menanyakan alamat rumah?' tanya David pada dirinya sendiri.

Lalu David bertanya pada pelayannya, "Siapa yang menjemput Nona? Pria atau wanita?"

Pelayan itu terlihat sangat gugup. Ia bisa merasakan emosi David ketika mengetahui Elyana sudah pergi.

 "Cepat katakan!" bentak David. Merasa kesal dengan kelambatan pelayannya. "Pria atau wanita?"

"Seorang pria, Tuan! Sebelum pergi, Nona meminta pakaian dari tukang kebun," jawab pelayannya dengan cepat. Pelayan itu takut,   tuannya akan  marah lebih dari ini jika  tidak segera menjawab.

"Apa? Meminta pakaian  dari Pak Min?"  tanya David, semakin tidak mengerti. 

Padahal, jika Elyana menginginkan pakaian pria, dia bisa mengambilnya dari  lemari David. 'Mengapa harus  memintanya pada tukang kebun?'

 'Apa pakaian itu untuk pria yang menjemputnya?' tebak David dalam hati. Ia merasa marah, juga kesal jika sampai itu benar. 

 "Aish, sial!"

Tanpa bertanya lagi, David segera berlari keluar. Ia masuk ke dalam mobil, lalu menginjak pedal gas dengan kuat.

David pergi mengendarai mobilnya dengan cepat, menyusuri setiap sudut kota itu dengan perasaan yang benar-benar sangat kesal. 

***

Satu hari telah berlalu. Elyana dengan rambut yang digulung ke atas, wajah yang terlihat sangat kusam dan tahi lalat besar di pipinya, mengenakan pakaian lusuh—kaos oblong besar dan celana panjang—berdiri di ruang makan majikannya.

 Ini adalah hari pertama dirinya bekerja di rumah keluarga Alex Danu. Elyana harus memperkenalkan diri di depan semua orang atas perintah Bu Meri.

"Selamat pagi, semua! Perkenalkan, nama saya Eli dari Kota Lyon. Saya sengaja datang ke kota ini untuk mencari pekerjaan. Bekerja, selain ingin mendapatkan uang, juga karena tidak punya tempat tinggal dan tidak punya makanan," ucap Elyana dengan polos. Ia menundukkan kepala seolah malu dengan keadaan dirinya sendiri.

Terdengar cibiran dari seorang wanita yang duduk di meja makan, "Aish, pantas saja lusuh seperti ini. Ternyata, dia datang dari kota Lyon! Apa kau tinggal di pelosok kota itu? Sungguh sangat menyedihkan!"

 "Husss! Isabel ... jaga ucapanmu!" sergah Alex pada putri tunggalnya. "Dia, di sini, hanya untuk bekerja. Bukan untuk menjadi model. Lebih baik, kau cari pakaian yang sudah tidak terpakai untuk Eli. Tubuh kalian sama-sama kurus. Pakaianmu pasti cukup di tubuh Eli."

"Mau, kan, Eli?" tanya Alex pada Elyana. Ia tidak terlalu menyukai pakaian yang dikenakan oleh pelayannya saat ini. 

Terlihat seperti gembel dari jalan.

Elyana tersenyum. "Tidak apa-apa, Tuan! Nanti, saya akan memakai segaram pelayan."

Walau wajah dan penampilan Elyana terlihat sangat lusuh, namun, senyumannya terlihat sangat manis. 

Dari ruang keluarga, tiba-tiba datang seorang pria sambil memegang ponselnya.

 "Tuan ... Tuan! Tadi, ada telepon dari keluarga Demino," seru asisten pribadi Alex dengan tergesa-gesa. Ia menghampiri Alex dan berdiri di sampingnya.

"Tuan Besar Demino mengatakan, putranya sudah setuju dengan perjodohan itu," ucapnya lagi pada Alex.

Berita itu membuat semua orang terkejut. Tidak terkecuali dengan Alex.

 "Apa katamu, tadi? Tuan Muda setuju dengan perjodohan ini? Bukankah sebelumnya pria itu selalu menolak?" Alex merasa ini sebuah mimpi, juga sangat bahagia dengan kabar baik ini.

"Mengapa sekarang pria itu setuju untuk menikah?" tanya Alex dengan ragu. 

Ia berpikir sejenak. "Apa mungkin, dia baru menyadari, betapa menariknya putri kami—Isabel!" tebak Alex dengan bangga. Senyum penuh kemenangan tidak pernah menghilang dari wajahnya. 

 "Tentu saja itu benar!" Istrinya—Nosy—mengiyakan. Juga sangat senang dengan kabar baik ini.

 Padahal, selama ini, ketika Alex dan Tuan Demino ingin menjodohkan anak mereka, pria itu selalu menolak. Dia beralasan "Masih ingin sendiri.". Tapi sekarang, pria itu berubah pikiran.

 Seolah ada keajaiban datang menghampiri keluarga Alex yang sedang terlilit utang pada perusahaan Demino, semuanya menjadi sangat mudah dengan bersedianya pria itu menikahi Isabel.

 Alex berkata pada Fans—asisten pribadinya, "Atur pertemuan kita dengan Tuan Besar Demino. Lebih cepat, itu akan lebih baik."

 "Baik, Tuan!"

***

Satu bulan telah berlalu. Hari ini adalah hari di mana Isabel—anak sang majikan—akan melangsungkan  pernikahan dengan seorang pria dari keluarga Demino. Semua anggota keluarga pun sudah berkumpul di aula hotel bintang lima untuk menyaksikan bersatunya kedua insan manusia ini yang belum pernah dipertemukan sebelumnya. Dekorasi mewah terpasang sangat indah di aula gedung hotel—tempat pesta berlangsung—dengan cahaya lampu putih terang menyala di setiap sudut ruangan.

 Sekarang, hanya tinggal menunggu mempelai wanita selesai memakai gaun pengantin, acara pun akan segera dimulai.

Di kamar hotel, Elyana menarik resleting gaun pengantin Isabel yang ada di bagian belakang, hingga gaun mewah itu terpasang sempurna di tubuh Isabel. Setelah itu, Elyana mundur dua langkah untuk melihat seluruh penampilannya.

Elyana memicingkan mata untuk menatap setiap sudut tubuh ramping Isabel dari atas hingga ke bawah. Dirasa cukup baik, Elyana mengacungkan kedua jempolnya ke atas.

 Dengan penuh kekaguman, ia berkata pada Isabel, "Sempurna, Nona!"

 Mendapat dua acungan jempol dari pelayannya, Isabel sama sekali tidak terlihat bahagia. Hanya menoleh sedikit ke arah Elyana tanpa merespon apapun. Lalu Isabel melangkahkan kakinya ke depan cermin untuk melihat seluruh penampilannya.

Tampak di depannya tubuh ramping dibalut dengan gaun pengantin panjang—memiliki belahan dada yang sangat rendah—sedang berdiri di depan cermin. Dari wajah cantik itu, tidak nampak kebahagiaan sama sekali. Yang ada hanya wajah cemberut penuh dengan ketidak puasan.

 "Eli, bisakah aku meminta bantuanmu?" ucap Isabel tiba-tiba. Lalu memutar badan untuk menghadap ke arah Elyana.

Di dalam kamar itu hanya ada mereka berdua. Isabel tidak mengizinkan orang lain menemaninya selain Elyana. Itu karena, menurutnya, terlalu banyak orang di dalam kamar akan membuat dirinya semakin gugup menghadapi pernikahan ini.

"Eli, bisa kau pergi keluar untuk memanggil ibuku? Ada sesuatu hal yang ingin aku bicarakan dengannya," ucap Isabel lagi dengan tatapan lembut penuh permohonan. Berharap Elyana mau mendengar permintaannya. 

"Maaf, Nona!" Elyana membungkuk hormat sebelum melanjutkan ucapannya. "Sesuai perintah dari Tuan, saya tidak boleh meninggalkan Anda sendirian, apapun alasannya!"

 "Jika Anda ingin memanggil Nyonya, saya bisa menghubunginya melalui sambungan telepon," ucap Elyana lagi. Lalu, ia mengambil ponsel dari dalam tas kecilnya. Berniat untuk menghubungi  Nosy—majikannya.

 "Ayolah, Eli! Aku mohon, panggil ibuku kemari. Aku hanya ingin berbicara dengannya secara langsung, tidak ingin melalui sambungan telepon. Masa, itu saja tidak boleh?" pinta Isabel lagi masih dengan lembut. Berharap, Elyana segera pergi keluar kamar untuk mencari ibunya.

 "Maaf, Nona! Saya tidak ingin membantah perintah Tuan. Lebih baik, berbicara di telepon saja. Itu lebih aman, bagi saya juga bagi Anda juga." Elyana tetap tidak bersedia pergi keluar untuk mencari Nyonya Nosy. Karena ia tidak boleh meninggalkan Isabel sendiri. 

Elyana masih memegang ponselnya. Ia mulai mencari kontak majikan wanita yang sudah disimpannya untuk melakukan panggilan.

 Melihat pelayannya membantah perintah, Isabel pun merasa kesal. Padahal tadi, dirinya sudah sangat merendah di depan pelayan jelek itu. Dan sekarang,  pelayan itu malah tidak mau mendengar permintaan Isabel. 

"Eli, kau berani membantah perintahku?" tanya Isabel dengan tatapan tajam. Ia menghampiri Elyana sambil mengangkat gaun pengantin yang terasa berat di tubuhnya.

"Kau hanya pembantuku," ejeknya dengan nada tidak puas. "Itu artinya, kau ... harus menuruti semua perintahku! Tidak ada hak untuk menolak, atau bahkan memberikan saran kepadaku!"

Selama satu bulan ini, karena Elyana tidak bisa bekerja di dapur dan selalu membuat kekacauan dengan memecahkan gelas dan juga piring, Alex segera meminta gadis itu untuk menjadi pelayan Isabel seorang. Elyana hanya menjadi pelayan Isabel, tidak perlu lagi bekerja di dapur dan beres-beres rumah.

Dan sekarang, Elyana berani membantah perintah Isabel?

 'Cari mati!'

"Sini!" Isabel merebut ponsel yang ada di tangan Elyana, membantingnya ke lantai dengan satu gerakan.

Suara nyaring dari ponsel yang dibanting seketika terdengar diiringi suara teriakan, "Cepat, pergi dan cari ibuku! Apa kau tidak bisa mendengar perintahku, gadis jelek?"

Tidak ada lagi tatapan lembut seperti yang tadi Isabel tunjukkan ketika meminta Elyana untuk memanggil ibunya. Sekarang, yang ada hanya tatapan penuh kebencian dan rasa jijik melihat penampilan Elyana yang mengenakan "Gaun bekas" milik dirinya.

Elyana kembali tidak mendengar ucapan Isabel. Matanya tertuju pada ponsel kesayangannya yang sudah pecah di lantai karena ulah Isabel. Seketika, amarah dalam diri Elyana muncul keluar. Kedua tangannya terkepal erat, bola matanya menatap Isabel dengan marah.

"Nona Isabel! Kau berani menghancurkan ponselku?" sergah Elyana tidak terima. Ia mengeratkan gigi, menahan amarahnya pada Isabel.

"Kau ..." panggil Elyana sambil menunjuk Isabel dengan jarinya. "Jangan mentang-mentang aku ini adalah pelayanmu, kau berani berbuat seenaknya terhadapku!"

Bab terkait

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 6 Menggantikan Isabel Menikah

    Selama satu bulan bekerja di rumah keluarga Isabel, Elyana selalu menahan rasa marahnya atas perlakuan buruk Isabel karena dirinya adalah pelayan d rumah itu. Dan sekarang, Isabel berani merusak ponsel pemberian dari mendiang ibunya. Elyana jelas tidak akan memaafkan Isabel. Masalah pekerjaan, jika sampai dirinya dipecat, itu tidak masalah. Elyana masih bisa mencarinya di tempat lain. "Sekarang, ambil ponselku dari lantai. Cepat!" Elyana memerintah Isabel sambil menunjuk ke bawah. Memaksa Isabel untuk memungut ponselnya yang sudah rusak di lantai. "Hah, Eli, gadis jelek! Kau berani memerintahku? Atas dasar apa kau berani memerintahku mengambil ponsel jelekmu itu?" bantah Isabel dengan segera. Ia tidak terima dengan tingkah pelayannya yang bernai memerintah, bahkan menunjuk-nunjuk dirinya. Kemarin-kemarin, pelayannya ini terlihat sangat jelek dan lugu. Tapi sekarang ... dia bernai membentak Isabel. 'Apa Eli salah minum obat? Obat kesurupan!'

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-04
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 7 Wanita Itu ... Elyana

    Ada kepanikan di dalam hati Elyana ketika menyadari bahwa pria itu adalah David—pria yang bersamanya satu bulan yang lalu. Waktu itu, Elyana pergi tanpa pamit dari rumah David. Padahal pagi harinya, pria itu melarang Elyana meninggalkan rumah dan berjanji akan mengajaknya makan malam untuk merayakan kesembuhannya. Tapi, Elyana teta pergi dari rumah mewah tersebut. Di siang harinya sebelum Elyana pergi, David mengirim makanan yang sangat lezat untuk dirinya. Dan sekarang .... 'Bagaimana aku menghadapinya?' "Eli, ayo!" bisik Nosy sambil menarik lengan Elyana. Ia sedikit mencubitnya agar menyadarkan wanita itu. "Kau tidak bisa mudur di tengah jalan seperti ini. Uang satu juta dolar sudah kami transfer ke rekeningmu. Jika sekarang berubah pikiran, kau harus membayar tiga kali lipat," ancam Nosy dengan mengeratkan gigi. Ia menarik tangan Elyana, memaksanya untuk berjalan. Mendengar ancaman dari Nosy, Elyana segera tersadar. Ia mel

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-05
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 8 Berakhir dengan Kesedihan

    "Sudah! Tuh, lihatlah!" ucap Felix sambil mengarahkan ponselnya ke wajah Edwin. Jarak dari ponsel ke wajah Edwin sangatlah dekat, hingga pria itu mundur ke belakang untuk menghindar. "Ya, Tuan! Tapi maaf, singkirkan ponselnya dari wajah saya!" Edwin memiringkan tubuhnya ke belakang, menghindari tangan Felix yang semakin lama semakin mendekat. "Aku hanya khawatir, kau tidak bisa melihatnya dengan jelas. Coba, lihat satu kali lagi. Kelihatan atau tidak?" Felix masih mempermainkannya. Membuat Edwin semakin memiringkan tubuhnya ke belakang. "I-iya, Tu-Tuan! Saya sudah melihatnya. Ahhhhh—" Tiba-tiba, terdengar suara gaduh diiringi tubuh Edwin yang terjungkal ke belakang bersama dengan kursi duduknya. Semua orang segera menoleh untuk melihat keributan itu. Edwin berbaring di lantai dengan kaki yang mengacung ke atas, karena kursinya masih diduduki. Ia segera menatap kiri dan kanan, melihat semua orang sedang memperhatikan dirinya.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-07
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 9 Kemarahan Daniel

    "Pergi ke mana, Elyana?" tanya David dengan perasaan tidak enak. Ia khawatir akan kehilangan wanita itu lagi. "O, iya! Dari mana kau tahu bahwa Elyana sudah pergi? Jangan-jangan, kau menguntit Elyana di hotel?" tuduh David pada Edwin. Tuduhan itu membuat Edwin tidak enak. "Tuan! Jika sekarang saya tidak mengikuti Nona Elyana, mungkin Anda akan segera membunuh saya. Sekarang, taksi yang ditumpangi Nona Elyana mengarah ke jalan selatan. Saya masih menguntit taksi mereka dari belakang," jawab Edwin dengan berani. Ia tidak ingin dituduh sebagai penguntit oleh majikannya, karena itu terlalu kejam. "Hah? Jalan selatan?" tanya David dengan pelan. Juga merasa lega karena asistennya sedang mengikuti taksi yang ditumpangi oleh Elyana. "Ya, Tuan! Taksi Nona Elyana berjalan menuju jalan selatan." Edwin masih memegang roda kemudi dan menggerakkannya dengan lincah. Walau mata tertuju pada taksi yang ada di depan mobilnya, namun telinga tetap fok

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 10 Kembali ke Rumah

    Eyana merasakan jantungnya berdetak kencang ketika mendengar ucapan David tentang "Membuat perhitungan dengannya". Seolah ada sebuah hantaman yang sangat keras di dalam dadanya membuat napasnya terasa sesak dan berat. Apa yang harus Elyana lakukan? Elyana menarik napas panjang, berkata pada David, "Baik! Besok siang, kita bertemu lagi untuk membicarakan masalah ini. Sekarang aku lelah, ingin pulang ke rumah untuk istirahat. Bisa, kan?" Lebih tepatnya, Elyana ingin mencari hotel terdekat untuk dirinya menginap. Tidak mungkin Elyana pulang ke rumah Alex dan istirahat di sana, kan? Toh, ia hanya seorang pelayan di rumah keluarga Danu, bukan benar-benar putri mereka. David bersikap acuh. Ia tidak menjawab perkataan Elyana hingga mereka keluar dari gedung rumah sakit. Itu membuat Elyana merasa lega. "Sampai bertemu besok Tuan David! Hati-hati di jalan," ucap Elyana dengan melambaikan tangan ketika mereka sudah berada di luar.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-10
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 11 Ejekan Nosy

    Elyana bergidik ngeri ketika David terus menggosok pipinya dengan jari yang sudah diludahi. Ia segera menarik tangan David agar menyingkir dari wajahnya. "Sudah hentikan! Lepaskan aku." Elyana sudah tidak tahan lagi. Ia memberontak, berusaha melepaskan diri dari pria itu. Tapi David tidak mendengar. "Diamlah, sedikit lagi!" ucap David masih dengan memegang wajah Elyana. Setelah menggosok dua kali, barulah ia melepaskannya. "Nah, sudah bersih!" "Hah?" Elyana terdiam sambil melihat pria itu. David membersihkan tahu lalat yang sudah dirinya buat. Ketika Elyana akan berbicara pada David, terlihat Alex dan istrinya sudah berdiri di halaman rumah sambil menatap mereka yang masih berada di dalam mobil. Elyana dan David pun tidak membuang waktunya lagi, segera turun dan berjalan menghampiri kedua orang tua Isabel. Nosy berdiri sambil melipat kedua tangan di depan, menatap Elyana—yang berj

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-11
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 12 Alergi Seafood

    Di dalam kamar Isabel, Elyana melihat koper berwarna merah muda miliknya sudah ada di atas tempat tidur. Di dalam koper itu sudah ada pakaian milik Isabel, juga sepatu dan tas yang sangat bagus. Semua itu Nosy siapkan untuk Elyana demi menjaga citra baik keluarga Danu. "Dasar orang kaya tidak tahu diri. Hanya pakaian seperti ini saja, aku tidak buruh!" ucap Elyana dengan kesal. Elyana segera membalikkan kopernya, menumpahkan semua barang-barang itu ke lantai. Ia tidak menyisakan barang sedikitpun di dalam kopernya. Elyana merupakan nona kedua di keluarga Louis, sudah terbiasa hidup mewah sejak kecil, dan hidupnya tidak pernah kekurangan. Ia sama sekali tidak membutuhkan barang-barang bekas seperti ini. Jika mau, kapanpun, ia bisa membeli semua barang mewah yang lebih bagus dari ini. Bukan karena ada uang satu juta dolar di rekeningnya—pemberian dari Alex, tapi karena uang di rekeningnya sangatlah banyak. Setelah kopernya kosong, Elyana segera me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12
  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 13 Curiga

    "Apa?" Pintu kamarnya dibuka kembali oleh David. "Apa yang kau katakan barusan? Elyana dirawat di rumah sakit? Kenapa?" David mengulangi ucapan Edwin. Ia tidak mengerti dengan perkataan asistennya tentang Elyana. "Iya, Tuan!" Edwin membenarkan. "Dari tadi, Tuan Felix sudah menghubungi Anda, namun tidak ada jawaban." David segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponselnya, lalu melihat sepuluh panggilan tidak terjawab dari Felix. "Dua puluh menit yang lalu?" David mengerutkan kening, lalu menghubungi Felix kembali untuk memastikan ucapan Edwin barusan. "Aish, sial! Apakah ini balas dendam, dia tidak mengangkat panggilan dariku!" ucap David kesal ketika mengetahui Felix tidak mengangkat panggilan teleponnya. "Maaf, Tuan! Tadi, Tuan Felix berpesan, Anda jangan mengganggunya malam ini. Tuan Felix ingin tidur sambil memeluk istrinya. Masalah Nona Elyana, dia sudah mengirim pesan singkat pada Anda, di rumah sakit mana Nona El

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-12

Bab terbaru

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 92 I Love U

    "Apa kau menyukai kejutan dari kami?" bisik Rosyana dengan kerlingan mata penuh godaan sambil berjalan di atas karpet merah mendampingi Elyana. "Anggap saja ini sebagai hadiah dari kami atas kembalinya El setelah lima tahun menghilang!" timpal Yuan Louis dengan santai. Tidak terdengar nada keras seperti yang biasa pria tua itu katakan. Ucapan dari kakak dan kakeknya itu membuat Elyana hampir pingsan karena terkejut juga terharu. "Jadi ... ini???" "Ya, ini adalah hari pernikahanmu dan David! Kami sudah menyiapkan ini dari empat hari yang lalu. Walau terkesan mendadak, namun aku dan Daniel sudah menyiapkan pesta pernikahan ini dari empat bulan yang lalu. Jadi sekarang ... berbahagialah, ini semua untukmu dan David! " Rosyana menjawabnya tanpa ragu. Rosyana dan Daniel sepakat untuk membuat akta pernikahan tanpa ada pesta pernikahan. Mereka ingin menghadiahkan pesta ini untuk Elyana dan David. Bahkan, mereka mencetak ulang dan menyebar undangan ya

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 91 Kejutan Pernikahan

    Elyana segera membenarkan emosinya. Ia berkata dengan pelan, "Kak! Sepertinya, kita sudah nyaman menjadi saudara daripada pasangan!" Elyana menutup kotak cincin di hadapannya, lalu mendorongnya ke arah Arvan lagi. "Kak! Kau pria yang baik. Kau pun harus menikah dengan wanita yang baik pula. Dan wanita baik itu bukanlah aku!" "Ya, walau selama ini aku sudah banyak berhutang budi kepadamu, namun, aku sungguh tidak pantas untuk menjadi istrimu!" lanjut Elyana, masih dengan pelan karena takut menyinggung perasaan Arvan. "Apa kau menolakku karena mantan suamimu?" tanya Arvan—tidak suka. Arvan memegang erat kotak itu dengan sekuat tenaga. Terlihat bahwa dia tidak suka dengan penolakan halus Elyana. "Bukan!" jawab Elyana dengan ragu. "Hubunganku dengan David pun sepertinya tidak ada masa depan. Kakek tidak menyukainya, dan David pun tidak pernah datang lagi ke rumahku." Bahkan, ponsel Elyana yang waktu itu diambil oleh David, sudah di

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 90 Mengutarakan Perasaan

    Keesokan harinya, kondisi Yuan Louis sudah sangat baik. Bahkan, lebih baik dari sebelumnya. Tidak ada lagi rasa sakit yang sering ia keluhkan—membuatnya tidak mampu untuk pergi ke kantor. Sekarang, tubuhnya sudah benar-benar sehat setelah melihat cucunya kembali.Tiga hari kemudian Yuan Louis sudah bisa pergi ke kantor untuk bekerja. Ia menyelesaikan semua pekerjaan yang sempat tertunda, juga menangani masalah kerjasamanya dengan perusahaan David.Di rumah, tinggallah Rosyana dan juga Elyana, karena Alvano pergi bersama Arvan tadi pagi."El, apa kau mau ikut bersama kami ke butik?" tanya Rosyana pada adiknya. Ia merias sedikit wajahnya agar terlihat lebih segar. Sedangkan Elyana, duduk di atas tempat tidur sambil melihat kakaknya berdandan."Sepertinya tidak bisa!" Elyana segera menolaknya. "Aku sudah janjian dengan Arvan, sekalian mau menjemput Alvano.""Oh!" Rosyana memoles bibirnya dengan pewarna bibir sambil bercermin. Lalu menutup lipsti

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 89 Kau Akan Kembali

    "Elyana ... atau, lebih akrab kalian memanggilnya dengan nama Pelayan Eli, dia adalah Nona Kedua di keluarga Louis yang kabur dari rumah dan melamar menjadi pelayan di rumah kalian." David menatap pria bernama Alex Danu itu dengan penuh ancaman. Juga melihat keterkejutan dari wajah Alex Danu ketika mendengar cerita pelayannya—Eli.David melanjutkan, "Karena aku dan putrimu dijodohkan, putrimu menolak lalu kabur dari rumah bersama kekasihnya tepat di hari pernikahan! Lalu???"David menarik napas panjang sebelum dia melanjutkan ceritanya.Ada perasaan sedih ketika dirinya harus mengenang kembali nasib Elyana yang terjebak pernikahan dengannya. Itu rasanya sangat berat. Seharusnya, pertemuannya dengan sang istri haruslah pertemuan yang manis hingga akhirnya mereka jatuh cinta dan menikah. Namun, ini malah karena sandiwara Alex Danu dan istrinya hingga dirinya menikahi pelayan mereka—Elyana.David tahu cerita lengkap ini dari Daniel dan dari Elyan

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 88 Menikah Satu Minggu Lagi

    Hari ini, dunia Yuan Louis terasa sangat cerah dan indah. Ia bisa melihat cucunya—Elyana—yang sudah lama menghilang. Banyak bintang-bintang bertaburan di atas kepala Yuan Louis yang perlahan menyebar ... mengisi seisi ruangan itu. Terlihat seulas senyum di wajah pria tua berusia delapan puluh taun itu sebelum akhirnya Yuan Louis memejamkan mata, lalu tubuhnya melemah dan ambruk di atas tempat tidur."Kakek!" teriak Elyana dan Rosyana secara bersamaan. Mereka sangat panik melihat sangat kakek tiba-tiba pingsan setelah melihat Elyana.Daniel dengan cepat naik ke atas tempat tidur, lalu mengangkat punggung dan kepala Yuan Louis."Cepat, cari Asisten Judis! Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" teriak Daniel pada kekasihnya—Rosyana.Elyana dan putranya hanya berdiri di samping tempat tidur sambil melihat kakeknya dipeluk oleh Daniel. Elyana begitu terkejut melihat keadaan Yuan Louis yang tiba-tiba saja pingsan.Nona pertama di

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 87 Pahlawan Bertopeng

    Sore hari, di Kota Lyon, di kediaman Yuan Louis, semua orang sudah berkumpul dan masuk ke dalam rumah untuk menemui sang pemilik rumah. Namun, tidak dengan Arvan. Setelah memastikan Elyana dan putranya sampai di rumah, pria tersebut malah berpamitan dan pergi dengan menggunakan taksi. Elyana yang merasa tidak enak dengan situasi ini, segera mengirim pesan singkat pada Arvan untuk memastikan pria itu baik-baik saja.["Ya, aku tidak apa-apa. Kau jangan khawatir. Nanti jam delapan malam, aku akan datang menjemput Alvano!"]Elyana terdiam sambil memegang ponselnya setelah membaca pesan dari Arvan. Perasaannya masih tidak enak.Walau bagaimanapun, Arvan sangat berjasa dalam hidupnya. Jika bukan karena lima tahun yang lalu Arvan membawanya pergi dan merawatnya di luar negeri, mungkin Elyana dan Alvano tidak akan ada di muka bumi ini lagi. Dan mungkin, dirinya akan mati sia-sia karena ulah Alex Danu yang menginginkan Elyana meninggal. Jadi sekarang, Elyana benar-benar

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 86 Emosi David

    Satu jam telah berlalu. Di atap gedung perusahaan Demino, Elyana dan yang lainnya sudah berkumpul—bersiap untuk menaiki pesawat pribadi yang sudah disiapkan oleh David—untuk mereka kembali ke kota Lyon. Suara bising, juga angin dari baling-baling pesawat yang begitu kencang, menerpa tubuh, rambut dan pakaian mereka. Elyana berdiri di samping David sambil menatap ke depan. Ia melihat pesawat besar berwarna putih itu ada di hadapannya dan beberapa orang berpakaian hitam lengkap dengan kacamata hitam yang tersemat di hidung mereka. "Ayo naik!" ajak David pada semua orang sambil menoleh ke belakang. Lalu meraih tangan Elyana dan menariknya berjalan ke depan menuju tangga pesawat. Alvano yang masih digendong oleh Arvan, meminta pria dewasa itu untuk segera mengikuti langkah ibunya dan pria asing—pemilik pesawat tersebut—sebelum mereka benar-benar menjauh. Daniel dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Di dalam pesawat yang cukup luas

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 85 Bukan Orang Asing

    "Iya, Tuan Louis! Mantan mertuamu!" jawab Daniel dengan sinis.David terdiam sesaat sebelum akhirnya dia membenarkan emosinya.Dengan sikap tenang, David berkata pada Elyana dan yang lainnya, "Aku akan meminta orangku untuk segera menyiapkan pesawat untuk kalian berangkat ke kota Lyon."Ucapan David itu membuat Arani dan Rosyana terkejut."Apa itu benar?" tanya Arani dengan sedikit ragu.Arani tidak yakin dengan ucapan David yang akan memfasilitasi kepulangan mereka ke Kota Lyon. Karena, Arani dan yang lainnya sudah tahu tentang hubungan David dengan Yuan Louis yang sedikit tidak baik. Mungkin saja David sudah tidak sudi lagi menginjakkan kakinya di rumah keluarga Louis, juga tidak sudi meminjami mereka pesawat pribadinya untuk terbang ke kota Lyon.Namun, jawaban David selanjutnya membuyarkan semua pikiran buruk Arani tentang pria itu."Tentu saja! Aku akan ikut dengan kalian ke Kota Lyon!""Hah???" Daniel pun sama terkejutnya

  • Terjebak Pernikahan dengan CEO   Bab 84 Hari yang Sangat Indah

    David yang terlihat lelah karena semalam tidak tidur dengan baik, berjalan dengan langkah pelan mendekati Elyana. Tatapan matanya sayu, namun masih bisa menatap wanita di depannya dengan antusias.Semua orang pun terdiam. Tidak ada yang berani bergerak ataupun bersuara.Di suasana tegang itu, terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan di antara mereka, "Mami! Ayo kita pergi. Sebentar lagi pesawat kita akan berangkat!""Mami?" gumam David sambil menoleh—melihat anak kecil yang terlihat sangat lucu itu dengan jaket hijau di tubuhnya.Alvano pun menatap David sekilas, lalu memalingkan muka dengan cepat setelah melihatnya. Sama sekali tidak tidak tertarik dengan kehadiran David di sana."Ayo, Mi!" Alvano menarik tangan ibunya dan melangkah maju untuk masuk ke dalam taksi.Alvano bergidik ngeri ketika melihat pria yang menurutnya seperti penculikan itu berjalan ke arah mereka. Apalagi saat ini, pria itu menghampiri ibunya. Alvano ha

DMCA.com Protection Status