Share

Part 4

Author: Bulan Mentari
last update Last Updated: 2022-03-23 20:58:30

Tidak ingin sangkaan buruk itu membayanginya terus menerus, Salma memutuskan untuk tidak akan lagi bertanya pada mbok Marni. Lebih baik, ia tanyakan langsung pada Rofiq—suaminya, agar lebih jelas.

“Ya, sudah, Mbok. Saya ke kamar itu dulu. Untuk makan mas Rofiq, biar saya yang masak ajah, ya, Mbok?”

“Iya, Non,” jawab mbok Marni pendek, seraya melempar senyum pada Salma yang sudah melangkah menuju kamar suaminya.

Sesampainya di kamar, Salma segera menyiapkan pakaian untuk dikenakan Sang suami. Ia membuka lemari, dan mengambil satu kaos dalaman putih dan kemeja biru beserta celana kerja berwarna hitam. Juga mengambil kaos santai dan celana sebatas lutut, karena barangkali suaminya masih ingin santai di rumah. Waktu menuju jam kerja masih ada dua jam lagi.

“Siap juga,” gumam Salma lirih, setelah meletakan semua yang sudah dipersiapkan.

Tak lama setelah itu, terdengar suara adzan yang begitu merdu dari masjid di area komplek. Salma mulai berencana untuk mengajak Rofiq sholat berjamaah dengan dirinya. Ia lalu duduk di tepi ranjang demi menunggu Rofiq selesai mandi. Status istri yang baru Salma sandang, membuatnya merasa leluasa melakukan apapun untuk Sang suami.

“Kamu, kok, di situ?” tanya Rofiq setelah keluar dari kamar mandi. Ia baru menyadari keberadaan Salma di ranjangnya.

Salma tersentak dengan Rofiq yang tiba-tiba bersuara. Ia terkejut karena pandangannya fokus ke arah layar ponsel di tangannya. Dengan senyum merekah, Salma menjawab, “Eh, Mas. Udah selesai mandi? Oh, iya, udah adzan shubuh. Kita sholat jamaah, yuk!” ajaknya semangat.

Rofiq yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi, hanya mendengus kesal. Ia lalu berjalan melangkah menuju lemari berisi pakaiannya, tanpa menjawab ajakan Salma. “Kenapa kamu gak sholat sendiri, sih?” tanyanya dengan nada sedikit kesal.

“Kita, kan, sudah suami istri, Mas. Pahalanya besar, loh, kalo rajin jamaah bareng.”

Penjelasan wanita yang sebenarnya tidak ia cintai itu justru memancing emosi di hatinya. Ia semakin kesal saat mendengar kata “Suami Istri” menyeruak dari bibir Salma. Jika bukan karena rasa terpaksa, Rofiq tidak akan mau menikahi Salma.

“Mas, ini bajunya udah aku siapin, kok.”

Rofiq menoleh ke arah Salma yang masih melekatkan pantatnya di tepi ranjang. Lalu, pandangannya beralih ke pakaian yang nampak ditata melebar di atas kasur. Lagi-lagi, Rofiq mendengus kesal. Aktifitasnya yang tengah mencari pakaian keinginannya harus terhenti sejenak. Ia merasa, urusan pribadinya mulai terusik.

“Itu bukan bajuku. Tapi, baju mas Rafi,” jawab Rofiq dengan nada datar.

“Wah, iya kah, Mas? Aduh, aku salah ambil, dong. Maaf, ya,” sahut Salma dengan nada menyesal. Ia lalu menghampiri Sang suami yang nampak sudah mendapatkan pakaian yang akan dipakainya. “Baju mas Rafi, kenapa di sini, Mas? Memangnya, dia pernah menginap di sini?” tanya Salma yang mulai ingin tahu aktifitas biasa di rumah ini.

“Kamu bisa tolong keluar dulu dari kamar ini, gak?” Rofiq menatap lekat wajah Salma. Daripada ia mulai menunjukkan rasa emosinya pada wanita yang terpaksa ia nikahi, lebih baik mengusirnya secara halus.

Salma terkejut. Ia bahkan masih berdiri mematung di hadapan Rofiq. Tentu saja membuat pria bertubuh tinggi tegap itu semakin kesal. Bukan tanpa alasan Salma belum menuruti titah Sang suami. Ia hanya merasa sangat terkejut dengan nada datar ucapan Rofiq padanya. Itu bukan kalimat normal yang ditujukan untuk seorang istri dari suami. Terlebih lagi, kondisinya adalah masih pengantin baru.

“Kenapa masih di sini?” protes Rofiq.

“Iya, Mas, maaf.” Salma mulai mengayunkan langkahnya. Namun, mendadak terhenti. “Tapi, kita mau sholat berjamaah, kan, Mas?” Salma kembali mengajak untuk kedua kalinya.

“Kita sholat sendiri-sendiri. Aku benar-benar capek.”

“Tapi, Mas—?”

“Kamu susah dibilangin, ya. Aku bilang, kamu sholat sendiri ajah dulu.” Intonasi nada Rofiq semakin meninggi. Pancaran di wajahnya pun begitu nampak kekesalannya.

Dan, lagi. Untuk ke sekian kalinya nada ucapan Rofiq begitu menusuk hati Salma. Ia hanya bisa menahan gejolak dalam hati yang terasa begitu menyakitkan. ‘Apa salahku? Kenapa tiba-tiba mas Rofiq begitu marah padaku? Jika memang ini kesalahanku, tolong tunjukkan lah letaknya. Supaya aku bisa memperbaikinya.’ Salma hanya bisa berucap dalam hati. Tanpa terasa, satu tetes embun dari netranya jatuh membasahi tangannya.

Dengan langkah gontai, Salma kembali menuju kamarnya untuk melaksanakan sholat shubuh sendiri, sesuai dengan titah Sang suami. Dalam hati, Salma merasa hatinya begitu hancur di hari pertama pernikahan. Sangat tidak menyangka jika hal ini akan dialami Salma di hari yang harusnya ia masih merasakan kebahagiaan. (*)

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 5

    Kali ini, Salma tidak bisa lagi membendung buliran yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Di atas gelaran sajadah, ia menumpahkan buliran mata yang tersimpan selama beberapa waktu. Kenapa sikap mas Rofiq tidak lagi seperti sebelum menikah? Apa itu memang sifat aslinya? Atau karena ada kesalahan yang Salma lakukan, tetapi suaminya tidak memberitahu?Salma hanya bisa menerka-nerka tentang itu. Ia pun belum berani menanyakan langsung pada Sang suami. Karena Rofiq nampak masih kesal melihat dirinya.Setengah jam Salma menenangkan diri di dalam kamar, terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarnya. Sambil mengusap mata dan pipi yang masih basah, Salma berjalan gontai menuju pintu untuk segera membukanya.“Mbok Marni,” serunya pelan.“Sudah jam setengah enam, Non, waktunya menyiapkan sarapan buat Den Rofiq. Saya atau Non Salma yang mau menyiapkan?” tanya mbok Marni memastikan. Pesan Salma sebelum subuh tadi, membuat ia harus meminta iji

    Last Updated : 2022-03-23
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 6

    Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s

    Last Updated : 2022-03-23
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 7

    Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t

    Last Updated : 2022-03-25
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 8

    “Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang

    Last Updated : 2022-03-25
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 9

    Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab

    Last Updated : 2022-03-25
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 10

    Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet

    Last Updated : 2022-03-25
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 11

    Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya

    Last Updated : 2022-03-25
  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 1

    “Mas, kamu dimana? Kenapa sampe jam segini belum pulang? Ditelpon juga gak aktif. Semoga gak terjadi apa-apa sama kamu, Mas.”Salma Aulia Sari, gadis berusia 24 tahun itu terus bergumam sendiri. Raut wajahnya sangat cemas. Menandakan hatinya tengah dirundung rasa khawatir mendalam. Bagaimana tidak? Suami yang sedang ditunggu kedatangannya masih belum nampak kehadirannya. Tidak pula memberi kabar untuk lebih sedikit menenangkan hatinya.Berkali-kali ia menghubunginya via telepon, namun nomernya tidak juga aktif. Dikirim pesan singkat pun hanya centang satu. Rasanya semakin membuat hati Salma berkecamuk. Bukan marah yang ia rasakan, melainkan rasa khawatir jika ternyata ada sesuatu yang terjadi pada Sang suami.Dengan perasaan berkecamuk, ia terus mondar-mandir di teras rumah, sambil sesekali mendongakkan kepala ke arah jalanan kanan kiri. Berharap, jika mobil yang ditumpangi Sang suami tiba-tiba muncul.Pria yang belum sehari men

    Last Updated : 2022-03-23

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 11

    Hari ini, Rofiq merasa begitu kesal. Bagaimana tidak? Waktu berduaan dengan Lintang ketika makan siang, harus pupus dengan kehadiran Salma yang tiba-tiba. Padahal, Lintang baru menemaninya setengah jam. Biasanya, dia akan berada di ruang kerja Rofiq selama satu jam lamanya.Dan sore ini, rencana Rofiq yang akan pulang ke apartemennya pun harus gagal. Karena sejak siang, Salma benar-benar menunggu dirinya untuk pulang bersama. Tentu saja, dengan berat hati ia mengantarkan istrinya itu pulang dalam satu mobil.Selain rumah pribadi, apartemen yang Rofiq beli atas nama Lintang adalah tempat kedua ia bersinggah. Tidak hanya bersinggah, tetapi juga bersenang-senang karena terkadang Lintang pun berada di sana. Rofiq akan menghabiskan waktu di apartemennya, jika hatinya terasa gundah, seperti yang dialaminya sekarang.“Mau temani aku gak, Mas?” Salma membuka obrolan di tengah-tengah perjalanan pulang ke rumah.Rofiq yang tengah fokus mengemudi, hanya

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 10

    Pandangan Salma terus menatap mengarah karyawati yang baru saja melangkah keluar, hingga sosok itu sirna oleh pintu yang tertutup. Bergegas, Salma memanfaatkan waktu kosong tanpa siapapun di kantor ini. Semua karyawan nampak sudah mulai menghabiskan waktu istirahat siang mereka. Salma bahkan tidak peduli dengan pesan karyawati tadi, supaya Salma tetap menunggu hingga tamu keluar dari ruang kerja Rofiq.Perlahan, Salma melekatkan tangan ke gagang pintu, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, untuk memastikan tidak ada yang akan menghentikan tindakannya. Dibukalah pintu itu dengan segera, sambil Salma berucap salam lirih, “Assalaamu’alaikum ...”Awalnya, nada salam itu masih terdengar di telinga. Namun perlahan nadanya turun hingga nyaris tak terdengar, saat pandangan Salma dikejutkan dengan sosok yang berada di dalam ruang kerja suaminya itu.“Mas Rofiq!” seru Salma hingga tanpa sadar, bulatan matanya begitu terlihat.Bet

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 9

    Tanpa terasa, waktu sudah menjelang siang. Jarum jam pun sudah menunjuk di angka sebelas. Menandakan, satu jam lagi adalah jam istirahat para pekerja, termasuk Rofiq—suaminya. Salma sudah berniat akan mengantarkan makan siang ke kantor Rofiq. Tidak bertemu di pagi hari, setidaknya bisa di siang hari dengan mendatangi kantornya, dan memberikan kejutan makan siang padanya.Salma masih punya waktu satu jam lagi untuk sampai ke sana. Ia bergegas ke kamarnya untuk mempersiapkan diri. Berbekal alamat kantor yang Salma lihat di berkas kantor yang berada di kamar Rofiq, akhirnya ia bisa ke sana tanpa menanyakan pada Rofiq. Tentu karena ia ingin memberikan kejutan.Salma merasa, pria seperti Rofiq memang harus berpasangan dengan wanita agresif. Toh, status dirinya saat ini sudah sah menjadi istri Rofiq. Tentu wajar jika ia bersikap agresif pada suaminya sendiri.Hanya sepuluh menit saja, Salma sudah bersiap dengan gamis panjang berwarna coksu, dipadu dengan jilbab

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 8

    “Mas, boleh tanya sesuatu?” Salma membuka obrolan setelah selesai makan malam. Posisinya masih duduk di ruang makan. Begitu pula dengan Rofiq—suaminya.“Iya, Dik. Ngomong ajah,” ujar Rofiq mempersilakan.“Kenapa kamu menunjukkan kamarku yang di atas, sedangkan kamar yang kamu pake tidur di kamar itu?” Wajah Salma menunjuk ke arah kamar tamu yang ditempati Rofiq. “Kenapa kita gak sekamar, Mas?” lanjutnya lagi bertanya.Cukup lama Rofiq terdiam setelah pertanyaan Salma terlontar. Fikirannya mulai berkelana, mencari cara untuk bisa memberikan alasan akurat pada wanita yang mulai memasuki daerah pribadinya. Dia istrinya. Namun, Rofiq tidak menginginkan hal itu. Dia tidak ingin menjalani kehidupan rumah tangga layaknya orang lain. Jika bukan karena Lintang, Rofiq tidak akan pernah menjalani pernikahan palsunya itu.Namun, biar bagaimanapun dirinya tetap harus bisa berlakon sesuai rencana. Sesuai drama yang

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 7

    Sore ini, Rofiq pulang ke rumah lebih cepat dari biasanya. Meeting yang sempat direncanakan setelah jam kerja pun, terpaksa ditunda sampe besok pagi. Rofiq berencana untuk meminta maaf pada Salma atas sikap dinginnya selama ini, sembari memberikan hadiah paket bunga sebagai bentuk keseriusannya. Padahal, rencana itu Rofiq lakukan hanya demi memuluskan rencana busuknya.Setelah berlalu dari toko bunga langganannya, Rofiq melajukan lagi mobilnya ke arah jalan ke rumahnya. Sesampainya di rumah, tempat yang ia tuju pertama kali adalah keberadaan Salma. Namun, penelusurannya ke setiap sudut ruangan di rumahnya, masih belum membuahkan hasil. Salma tidak ia temukan di mana-mana.“Mbok Marni, Salma dimana?” Rofiq menghampiri mbok Marni yang tengah menyetrika.“Eh, Den. Sudah pulang? Tadi, mbok lihat non Salma di kursi panjang dekat kolam renang, Den,” sahut mbok Marni sambil terus melanjutkan pekerjaannya.Rofiq bergegas melangkah menuju t

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 6

    Pagi ini, hati Salma kembali dirundung gundah yang mendalam. Hatinya begitu hancur, saat melihat kenyataan tentang sikap Sang suami padanya. Sangat berbeda sekali waktu sebelum akad nikah kemarin. Dia bahkan menjanjikan kebahagiaan untuk dirinya yang tentu sudah Salma harapkan sejak lama.Namun sejak Salma pindah ke rumah ini, belum pernah sekalipun ia merasakan kehangatan dari Rofiq—suaminya. Dia begitu sangat dingin. Jangankan menyapa dulu, ditanyai pun begitu nampak ketidaksukaan di raut wajah tampannya. Entah kenapa dia seperti itu. Apakah karena masalah kerjaan di kantor? Atau karena dia memang tidak menginginkan pernikahan ini?Saat ini, Salma hanya bisa termenung di kamarnya. Melontarkan banyak pertanyaan yang terkumpul di otaknya, tanpa bisa mendapatkan jawaban.***“Lintang,” seru Rofiq lirih, seraya menghampiri wanita yang terbalut dress merah maroon duduk di kursi depan meja kerjanya. Rambut panjangnya tergerai indah, hingga s

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 5

    Kali ini, Salma tidak bisa lagi membendung buliran yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Di atas gelaran sajadah, ia menumpahkan buliran mata yang tersimpan selama beberapa waktu. Kenapa sikap mas Rofiq tidak lagi seperti sebelum menikah? Apa itu memang sifat aslinya? Atau karena ada kesalahan yang Salma lakukan, tetapi suaminya tidak memberitahu?Salma hanya bisa menerka-nerka tentang itu. Ia pun belum berani menanyakan langsung pada Sang suami. Karena Rofiq nampak masih kesal melihat dirinya.Setengah jam Salma menenangkan diri di dalam kamar, terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarnya. Sambil mengusap mata dan pipi yang masih basah, Salma berjalan gontai menuju pintu untuk segera membukanya.“Mbok Marni,” serunya pelan.“Sudah jam setengah enam, Non, waktunya menyiapkan sarapan buat Den Rofiq. Saya atau Non Salma yang mau menyiapkan?” tanya mbok Marni memastikan. Pesan Salma sebelum subuh tadi, membuat ia harus meminta iji

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 4

    Tidak ingin sangkaan buruk itu membayanginya terus menerus, Salma memutuskan untuk tidak akan lagi bertanya pada mbok Marni. Lebih baik, ia tanyakan langsung pada Rofiq—suaminya, agar lebih jelas.“Ya, sudah, Mbok. Saya ke kamar itu dulu. Untuk makan mas Rofiq, biar saya yang masak ajah, ya, Mbok?”“Iya, Non,” jawab mbok Marni pendek, seraya melempar senyum pada Salma yang sudah melangkah menuju kamar suaminya.Sesampainya di kamar, Salma segera menyiapkan pakaian untuk dikenakan Sang suami. Ia membuka lemari, dan mengambil satu kaos dalaman putih dan kemeja biru beserta celana kerja berwarna hitam. Juga mengambil kaos santai dan celana sebatas lutut, karena barangkali suaminya masih ingin santai di rumah. Waktu menuju jam kerja masih ada dua jam lagi.“Siap juga,” gumam Salma lirih, setelah meletakan semua yang sudah dipersiapkan.Tak lama setelah itu, terdengar suara adzan yang begitu merdu dari masjid di

  • Terjebak Pernikahan Palsu    Part 3

    “Mas, kamu sudah pulang?” Dengan wajah merekah, Salma melangkah cepat setelah turun dari tangga, menghampiri Sang suami yang masih memegang gelas berisi air putih di tangannya. Lalu, ia memeluknya dengan erat dari arah belakang. Tak lupa pula, kepala yang berselimut jilbab ala kadarnya dilekatkan pada punggung lebar Sang suami. Terasa sangat nyaman.“Kamu apa-apaan, sih? Aku baru pulang, masih capek, sudah ditubruk begitu.” Rofiq melepaskan pelukan Salma sedikit kasar. Ia lalu meletakan gelas dari tangannya, dan pergi menuju kamar tamu.Seketika Salma terkejut. Kakinya melangkah mundur perlahan. Ia merasa sangat malu pada pria yang sudah berstatus menjadi suaminya itu. Bagaimana tidak? Secara tiba-tiba, pelukan nyaman Sang istri ditepis begitu saja. Padahal, penantiannya sejak kemarin sangat melelahkan. Berharap, segera berakhir dengan kepulangan Rofiq pagi ini.Namun sayang, tidak dengan yang dirasakan suaminy

DMCA.com Protection Status