Share

Bab 6. Jangan besar kepala

Author: Kenzi Hinata
last update Last Updated: 2021-10-06 19:14:32

Mereka telah sampai di sebuah butik di kawasan Kemang. Sebuah bangunan lima lantai berdiri menjulang kokoh. Bangunan berdinding pastel itu terlihat sangat aseri. Bunga-bunga dengan aneka macam dan warna. 

Saat akan memasuki butik tadi Arimbi terlihat berdecak kagum dengan keindahan bunga morning glori yang menjalar pada pagar tembok butik. Warna ungu dan pink membuat mulut gadis itu tak berhenti berdecak.

"Ck, ck, ck. Cantik bener!!" Kini mobil memasuki halaman butik, sebelum masuk mereka di sambut bunga-bunga yang sangat indah. Bunga mandevilla nampak ditanam dengan cara bergerombol pada tiang, di atasnya dipasangi lampu yang akan menyala pada malam hari, dan keindahan bunga ini akan semakin terpancar. 

Saat akan memasuki butik di samping kiri kanan pintu, bunga anggrek, mawar dan juga sedap malam tumbuh subur,dan sedang berbunga. Wangi bunga mawar dan sedap malam menghentikan langkah Arimbi. Gadis itu berjalan mendekat ke arah bebungaan itu. Memejamkan mata, menghirup wangi kelopaknya. Kemudian memetik dua kuntum mawar merah. Berjalan mendekat ke arah Sagara dan Felicia yang menatap wanita itu dengan tak sabaran.

Kini Arimbi berdiri tepat di hadapan Sagara. Pria dengan sorot mata tajam bak elang itu menatap wanita mungil yang sedang berdiri di depannya dengan mawar merah di tangan. Arimbi menatap wajah Sagara, penampakan Dewa Arjuna dengan raut wajah tampan, alis hitam terukir indah, bibir merah, bulu-bulu halus yang menghiasi pipi, hidung tinggi menjulang. Arimbi menelan saliva dengan segala keindahan yang dimiliki Sagara. 

"Andai saja ia tak memikili penyimpangan seperti itu. Alangkah sempurna ciptaan Allah ini!" gumam Arimbi. Wanita itu maju lebih dekat pada Sagara. Mengikis jarak antara mereka. Arimbi berjinjit, berusaha mensejajarkan tubuhnya dengan Sagara, namun tetap saja tak bisa mencapai tinggi badan sang suami yang menjulang itu. Tak masalah. Lagi pula yang menjadi tujuan Arimbi bukanlah bibir Sagara. Melainkan saku jas pria itu. Arimbi melepas sapu tangan di dalam saku di dada Sagara, menggantinya dengan bunga mawar. Sagara memejamkan mata sejenak, menghidu wangi aroma pucuk kepala Arimbi yang tertutup jilbab.

"Sempurna! Orang tak akan menyangka dalam keindahan ini tersimpan jiwa monster yang mengerikan!" gumam Arimbi akan tetapi Sagara masih bisa mendengarnya. Arimbi menatap sendu ke arah Sagara yang juga tengah menatap manik wanita itu, untuk beberapa saat pandangan mereka saling mengunci sebelum akhirnya Arimbi lah yang memutus terlebih dahulu dengan mengalihkan pandangan ke arah Felicia yang menatap dengan wajah penuh kesal.

"Ck. Dia terlihat kesal!" bisik hati Arimbi.

Sementara itu Felicia yang melihat semua tingkah Arimbi mengepalkan tangan, mencoba meredam kemarahannya yang siap meledak kapan saja.

"Rusa kecil itu ... apa yang coba dia lakukan? Apakah dia ingin memikat Sagara? Dan, lihat Sagara ... seperti mulai tergoda dengan rusa kecil itu! Cih tak akan kubiarkan!" bisik hati Felicia. Wanita itu mengerutkan kening ketika melihat Arimbi bejalan mendekat, Arimbi kemudian berdiri di hadapan Felicia. Felicia sontak memundurkan tubuh kala Arimbi memajukan tubuh mengikis jarak di antara ke dua wanita itu.

"Kau mau apa?" tanya Felicia dengan suara tercekat. Wanita itu amat terkejut dengan gerakan tiba-tiba dari Arimbi. 

Arimbi, hanya tersenyum. "Ini buat Mbak Felicia biar makin cetar membahana badai!" jawab Arimbi. Menyelipkan bunga mawar di sela telinga Felicia. Rambut indah Felicia dibiarkan tergerai dengan diberi sedikit ikal di bagian ujung.

"Wah, mirip sekali dengan Rosalinda!" ujar Arimbi. Felicia melengoskan wajah mendengar ucapan Arimbi. Wanita itu kemudian mencabut bunga di sela telinganya meremas kuntum mawar itu dan menghempaskan ke tanah. Felicia berjalan dengan menghentakkan kaki ke tanah. Menoleh pada Sagara, dengan gerakan cepat mencabut mawar di saku jas Sagara, kemudian melemparkan ke tanah.

"Norak!" ujar Felicia. Wajah Sagara terlihat memerah menahan kesal. Akan tetapi ia tak ingin berdebat tentang hal ini. 

Arimbi melongo mendapati apa yang dilakukan Felicia. "Apa dia marah karena aku lebih dulu memberi bunga pada Singa hutan itu? Ah, harusnya aku memberikan bunga tadi terlebih dahulu pada Mbak Felicia!" Apa yang di pikirkan Arimbi jauh dengan pikiran Felicia. Arimbi tak sadar apa yang dia lakukan mengundang bara api kebencian dalam hati wanita itu. Sedangkan Arimbi wanita itu justeru sangat iba dengan apa yang terjadi padanya.

Sagara dan Felicia duduk di sebuah sofa panjang berwarna merah. Arimbi yang baru masuk tertegun melihat isi butik milik Felicia. Gaun-gaun indah tersusun di lemari dan juga manekin. 

"Pilihlah pakaian yang cocok untukmu!" titah Sagara. Arimbi memasang wajah bingung, "untuk apa?" tanyanya dengan wajah polos. Mendengar pertanyaan Arimbi membuat Sagara menghela napas panjang.

"Untuk kau pakai. Untuk apa lagi!" sambar Felicia cepat, menggantikan Sagara menjawab pertanyaan Arimbi.

"Pakaianku masih banyak. Untuk apa lagi aku membelinya. Lagi pula semua baju di sini keliatan semua keteknya. Tak ada baju yang untuk jil-- 

"Siapa bilang?" tukas Felicia mendelikkan mata dan wajah sebal. Naiklah ke lantai dua! Ratih bantu dia memilih pakaian yang sesuai dengan dirinya!" Seorang wanita muda datang mendekat. Rambut di ikat ekor kuda, blouse putih tanpa lengan mengekspose kulit putih mulus gadis itu, jeans warna hitam membalut kaki jenjangnya.

"Mari, Mbak! Ikut saya ke lantai dua!" Arimbi pun mengikuti wanita itu, berjalan pelan sesekali mengamati sekiling butik. Tangga yang di pakai untuk naik ke lantai dua itu terbuat dari sepuhan perak, dengan ukiran ular dan bunga mawar. Mengingat ukiran ular ini, membuat Arimbi jadi mengingat lantai dengan ornamen ular di rumah Sagara. 

"Hiii, mereka memang benar-benar pasangan aneh. Ya, Allah kenapa hamba bisa terjebak dalam rumah tangga seaneh dan serumit ini?"

"Anda mengatakan sesuatu Mbak?" tanya Ratih. Arimbi terkejut dengan pertanyaan Ratih. Arimbi baru menyadari kalau suara gumamannya terlalu keras, hingga Ratih bisa mendengar.

"Ti-dak, tidak ada apa-apa!" jawab Arimbi terbata. Saat sampai pada tangga terakhir Arimbi mencoba mengintip ke bawah ke tempat Sagara dan Felicia berada. Mata wanita itu terbeliak melihat adegan di bawah sana. Felicia sedang duduk di atas pangkuan Sagara, bibir mereka saling bertautan. Refleks Arimbi menutup mata dengan jemarinya.

"Uh! Dasar orang tak punya adab. Bagaimana bisa mereka berciuman di tempat umum seperti ini?" Arimbi menggerutu sambil menghentakkan kaki. 

Ratih terkikik geli melihat tingkah Arimbi.

Sementara di bawah sana , Sagara segera menggeser Felicia dan mendudukan wanita itu ke sofa, saat tanpa sengaja melihat Arimbi menutup mata dengan tangan saat melihat Sagara dan Felicia berciuman.

"Kenapa sih, Beib? Biasanya juga kita berciuman di tempat umum, dan itu biasa saja! Apa karena ada rusa kecilmu di sini, jadi kau bertindak seperti ini? Apakah anak kampung itu sudah mampu menggetarkan hatimu hingga kau berusaha sekuat tenaga untuk menjaga perasaannya!"cecar Felicia. Wanita itu semakin kesal saat Sagara tetap saja bungkam, tak mejawab satupun dari pertanyaan Felicia. Karena memang Sagara tak punya jawaban untuk pertanyaan Felicia tersebut.

"Mbak. Di mana pakaian pria?" tanya Arimbi pada Ratih. 

"Lantai empat, Mbak!" jawab Ratih, yang seketika membuat lutut Arimbi lemas. Padahal dia ingin membelikan pakaian untuk Joko, ayah Arimbi. Meski marah dan kecewa tapi Arimbi tetap menyayangi sang ayah. Dan, ini adalah kesempatannya belanja banyak, mumpung ada yang membayarinya.

Seperti paham dengan apa yang ada di hati Arimbi, Ratih membawa Arimbi sebuah ruangan berbentuk segi empat. "Kita lewat sini, Mbak!!" Arimbi bukannya tak pernah pergi ke Mall tapi dia tak pernah menggunakan lift, dia menggunakan tangga escalator.

"Wah keren bener ya? Butik ini memiliki lift. Dasar orang kaya! Semua hal harus mudah, gak mau susah!" Ratih menekan angka empat. Hanya hitungan detik, benda berbentuk segi empat itu kini berhenti di lantai empat. Begitu pintu terbuka, barisan baju berjejer rapi di gantungan dalam lemari. Di sebelah kanan Arimbi tersusun sepatu dalam rak. Arimbi melangkah ke arah baju-baju kaos terjejer rapi yang digantung dalam lemari.

Arimbi berpikir sejenak sebelum menjatuhkan pilihan pada baju yang akan dia beli, "sepertinya warna pink akan cocok!" Arimbi melepaskan baju itu dari hanger. Kini gadis itu beralih pada kemeja dan jas. "Bapak akan terlihat ganteng kalau pakai ini!!" 

"Mbak, bisa di bungkus pakai kado gak?" tanya Arimbi pada Ratih. Gadis itu menganggukkan kembli seraya mengulas senyum manis. 

"Tolong bungkusin yang ini, sama yang ini!" Arimbi menyodorkan baju kaos warna pink, dan juga lingere yang dia pilih tadi di lantai dua. Tangan Ratih terlihat cekatan dalam membungkus kado tersebut. Tak butuh waktu dua menit baju itu sudah terbungkus kado. Kaos warna pink dibungkus kado dengan bentuk hati, sedangkan lingere dibungkus kado model bibir.

"Cantik banget! Makasih lho mbak! Aku turun dulu ya!?" pamit Arimbi. Wanita itu kemudian masuk dalam lift, menekan angka satu. 

Keluar dari lift Arimbi melihat Sagara dan Felicia duduk agak berjauhan. Keduanya sibuk dengan ponsel masing-masing.

"Kalian itu suami isteri tapi kayak orang musuhan. Uh, itulah ponsel, membuat yang jauh jadi dekat dan yang dekat jadi jauh, seperti kalian ini!" Kedua orang itu langsung mengangkat kepala melihat asal suara. 

Felicia mendengkus. "Lama banget, sih! Kirain bakal borong semua? Maklum orang kayak kalian ini paling gak bisa dengar kata gratisan, langsung ambil kesempatan!" sindir Felicia. Sedikit nyelekit dan nyakitin sih, tapi tak membuat Arimbi membalas balik. Wanita itu justeru duduk di antara Felicia dan Sagara.

"Nih, buat Tuanku Yang Mulia Sagara Atmaja, yang gantengnya tak terkira!" Arimbi menyodorkan kado bentuk hati itu pada Sagara. Pria itu mengerutkan dahi, meski tetap menerima kado itu.

"Buka di rumah aja. Jangan di sini!" pesan Arimbi. "Dan, ini ... buat Mbak Felicia!" Arimbi menyodorkan kado berbentuk bibir itu pada Felicia.

"Kau memberi kami kado, yang berasal dari butikku dan memakai uang Sagara? Gak modal!" Felicia mencebik ketika Arimbi menarik tangannya.

"Jangan dilihat dari mana dan siapa yang memberi kadonya. Akan tetapi lihat saja ketulusan hati si pemberi!" tukas Arimbi. "Nanti, kalau aku dah punya uang baru aku beliin. Satu-satu ... permen lolipop. Ha, ha, ha, ha!" Arimbi tertawa terbahak-bahak. Filicia dan Sagara, kedua orang itu menanggapi dengan dingin candaan Arimbi.

"Gimana dengan Tuan, seneng gak aku beliin kado?" tanya Arimbi pada Sagara. Pria itu hanya mengedikkan bahu. "Eh, tadi kan mau ngajak makan setelah selesai belanja! Ayok, kita pergi. Aku sudah lapar!" 

Sagara tak menjawab, pria itu bangun dan keluar menuju tempat parkir di ikuti Arimbi dan juga Felicia di belakang mereka.

Hari sudah merangkak malam, jalanan Jakarta tidak ada sepinya. Lalu lalang orang seakan mengejar sesuatu dengan terburu-buru entah apa itu? Kelap kelip lampu jalan jakarta menambah pesona. Jakarta dalam berbagai cerita, lara,duka, bahagia mewarnai setiap orang yang menjejakkan kaki ke Jakarta untuk merubah nasib mereka.

Mobil berjalan pelan. Suasana terasa sepi di dalam mobil, tak ada satu pun di antara mereka yang berbicara. Semua sibuk dengan pikiran dan ponsel masing-masing.

Arimbi sibuk dengan wag alumni sekolahnya.

'Gimana ini pengantin baru, udah belah duren?' Pesan Livia. 

'Gimana rasanya, Imbi? Sakit atau ... ha ha . Aku jadi kepengen nih!' Pesan dari Widya.

"Gendeng!" umpat Arimbi, membuat Felicia dan Sagara menatap tajam ke arahnya. Melihat pasangan suami istri itu manatapnya membuat Arimbi gelagapan.

"Bukan kalian. Tapi temenku, nih ...!" Arimbi menyodorkan ponselnya. Sagara dan Felicia pun kembali menatap ke arah jalan.

Setelah menempuh waktu hampir satu jam, sampailah mereka pada sebuah resto. Bentuk bangunan itu hampir mirip dengan butik milik Felicia. Sepanjang jalan masuk halaman resto hiasan ular dengan berbagai model. 

"Selera yang aneh!" desis Arimbi. Wanita itu kemudian turun dari mobil. Langkahnya terhenti saat Felicia mencekal pergelangan tangan Arimbi.

"Aku harap kamu jangan besar kepala, berbangga diri karena Sagara sudah mengajakmu keluar. Dia hanya ingin menunjukkan bagaiaman sikap Tuan rumah yang baik!'' Wajah Felicia terlihat menahan kesal.

"Besar kepala? Apa jilbabku terlalu besar ya, sampai kepalaku juga ikut bertambah ukurannya!" Arimbi terus bergumam sepanjang jalan masuk ke restoran.

Kepolosan yang dimiliki Arimbi kadang membuat kesal orang lain terlebih mereka yang tidak menyukainya.

Related chapters

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 7. Wanita genit

    Makan malam berjalan hening. Makanan aneka rupa sudah terhidang di meja. Sejak masuk ke rumah Sagara dua hari yang lalu. Arimbi selalu dihantui rasa bersalah. Menghidangkan makanan sebanyak ini, yang makan hanya bertiga dan Arimbi yakin mereka hanya akan memakannya sedikit setelah itu akan meninggalkan sisanya. Kalau di rumah ada pelayan yang akan menghabisikan lauk pauknya tidak tahu kalau di restoran ini. "Kau kenapa? Apa tidak suka dengan makanannya?"tanya Sagara, entah kenapa di telinga Felicia menangkap ada hal berbeda dari cara Sagara memperlakukan Arimbi. Suara pria itu boleh saja datar dan dingin seperti biasa, tapi Felicia mengenal dengan cukup baik bagaimana seorang Sagara. Dan bisa Felicia pastikan bahwa Sagara menyimpan ketertarikan pada Arimbi. "Tentu saja ini bukan seleranya. Biasanya dia makannya tahu tempe, sayur asem dan-- "Jengkol goreng, dan ikan asin. Terus nasinya yang anget-anget. Aduh, Mbak Felicia kamu so sweet banget si

    Last Updated : 2021-10-06
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 8. Nafsu yang menakutkan

    Mata Felicia menatap lekat wajah Arimbi. Sedangkan Sagara mempertajam pendengarannya. Ia ingin tahu jawaban apa yang akan diberikan oleh Arimbi."Aku tak akan menjawab. Karena itu adalah masalah pribadiku. Meski aku ini adalah alat pembayar hutang tapi aku juga masih punya hak untuk memiliki privacy, kan?" Suara Arimbi terdengar pelan. Ada rasa kecewa dalam hati Sagara saat Arimbi tak menjawab pertanyaan Felicia.Suasana mobil kembali sunyi. Arimbi fokus menatap ke arah lampu kerlap kerlipnya membuat Arimbi teringat kampung halaman.Mobil kini memasuki halaman rumah Sagara. Begitu berhenti, Arimbi gegas keluar berjalan mendahului mereka. Menyisakan kerutan pada wajah Sagara. Melihat Arimbi diam seperti itu tentu saja membuatnya heran. Hampir seminggu tinggal bersama Arimbi, baru kali ini mulutnya diam. Biasanya ia berkicau laksana burung murai.Felicia sedari tadi mengamati gerak gerik Sagara. Berkali-kali ia melihat sorot mata Sagara

    Last Updated : 2021-10-06
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 9. Aku ingin kamu

    Huek, huek, huek!!!Berulang kali Arimbi memuntahkan isi perutnya. Masih terbayang dengan jelas gambaran bagaimana Sagara memukuli Felicia tanpa ampun. Sebelum kemudian melakukan penyatuan mereka. Felicia, wanita itu bagaimana dia bisa berteriak ke sakitan tapi juga mengiringinya dengan desahan menikmati?"Kau kenapa?""Astaghfirullah!" teriak Arimbi, matanya membeliak sàat melihat Sagara duduk di atas tempat tidur dengan menatap tajam ke arahnya."Anda ... sedang apa di sini?" tanya Arimbi dengan wajah pucat pasi seperti habis melihat hantu."Kenapa? Ini rumahku jadi aku bebas ada di mana saja selagi masih di wilayah rumah ini!" balas Sagara. Netra bak elang itu masih saja menyorot tajam ke arah Arimbi membuat wanita itu ketar ketir."Kamu belum menjawab pertanyaanku. Kamu kenapa?" Sagara mengulangi pertanyaannya"Tidak apa-apa! Mungkin masuk angin!" jawab Arimbi asal. Wanita itu kemudian berj

    Last Updated : 2021-10-07
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 10. Aku membencimu tapi juga menginginkanmu

    Arimbi menahan napasnya, manik bening itu berkedip-kedip manatap Sagara."Aku sangat membencimu, Arimbi! Bagaimana bisa gadis cilik sepertimu mengganggu pikiranku?" Sagara meracau, membuat Arimbi sontak menutup hidungnya. Bau alkohol itu membuat perut Arimbi mual.Pria itu tiba-tiba mengeratkan pelukannya. Dengan sekuat tenaga Arimbi berusaha melepaskan diri tapi tak juga bisa. Tenaga Sagara terlampau kuat. Meski sekarang dia dalam keadaan mabuk. Sebenarnya rasa mabuk Sagara sudah sedikit menghilang. Tapi, pria itu memang sengaja tak mau melepaskan Arimbi dari pelukannya."Tu-tu-an! Aku tidak bisa bernapas!" bisik Arimbi. Dadanya memang terasa sesak karena kuatnya pelukan Sagara."Diamlah!" bentak Sagara. "Jangan banyak bergerak! Jangan sampai kau menyesali tindakanmu. Jadi kalau kau ingin tetap aman. Diamlah! Jangan membuat gerakan apa pun!" ucap Sagara dengan suara serak. Nyali Arimbi ciut mendengar ancaman Sagara

    Last Updated : 2021-10-09
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 11. Rindu, selalu merinduimu

    "Apa yang kau lakukan, Fel? Apa kau sudah gila?" teriak Sagara ketika vas bunga hampir saja mengenai kepalanya."Kau yang gila. Bagaimana kau bisa tak mengabariku sekali pun! Kau pasti bersama pelacur kecil itu kan?" teriak Felicia, tak kalah kencang. Wajah wanita itu terlihat merah padam."Apa--kau-- sudah mulai mencintainya? Apa kau sudah menyentuhnya?" Felicia menatap tajam ke arah Sagara. Wanita itu berjalan mendekat tak perduli dengan pecahan vas bunga yang melukai telapak kakinya. Warna keramik yang tadinya putih, kini berwarna merah karena darah dari luka di telapak kaki Felicia.Sagara hanya memejamkan mata melihat apa yang dilakukan Felicia. Wanita ini dua kali lebih beringas dari saat bercinta ketika dilanda cemburu seperti ini.Wanita itu kini berada tepat di hadapannya. Menyentuh wajah Sagara, awalnya lembut, tapi kemudian kuku panjang itu seperti menancap di kulit Sagara."Kau belum menjawab pertanyaanku! Apak

    Last Updated : 2021-10-09
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 12. Cemburu tanda cinta?

    Sagara melangkah dengan tergesa-gesa ke dalam resto. Wira menahan napas melihat wajah Sagara yang diliputi amarah. Ingin rasanya menelpon Arimbi untuk memghentikan tawanya di depan Hans. Terlambat. Sagara telah berada tepat di hadapan tempat Arimbi.Wajah Arimbi pucat pasi. Terkejut tak terkira, hingga membuatnya tersedak. Bagaimana bisa pria ini tiba-tiba sudah ada di sini. Dengan ekspresi wajah menakutkan."Tu-tu-an. Anda ada di sini?" tanya Arimbi dengan terbata. Sagara mendengkus menatap tajam, seakan ingin menelan tubuh Arimbi bulat-bulat."Iya. Ini aku. Sepertinya kau sangat terkejut sekali melihatku? Apa kau sudah melakukan kesalahan? Hingga wajahmu pucat begitu?" sindir Sagara. Arimbi susah payah menelan makanannya. Kemudian membasahai tenggorokan dengan air mineral."Wow, Tuan Sagara. Anda sepertinya salah paham! Saya dan Arimb-"Diam! Tak ada yang memintamu bicara di sini! Aku hanya ingin mendengar penjelasan dari is--

    Last Updated : 2021-10-12
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 13. Kesempatan sembuh itu selalu ada

    Pukul tiga dini hari Sagara terbangun. Meraba tempat di sampingnya kosong. Bayangan keberadaan Arimbi tak ia temui di kamar ini. Sayup-sayup ia dengar suara isakan. Sagara melangkahkan kaki menuju ruang tengah. Ia tertegun. Arimbi nampak begitu khusyuk berdoa."Ya Allah, ya Robb. Kalau memang takdirku berada di sisi Tuan Sagara. Tolong kuatkan aku. Berikan jalan agar kami bisa mencapai pernikahan sakinah, mawaddah, warohmah. Beri suami hamba kesehatan, kemudahan dalam setiap jalannya. Sentuhlah hatinya dengan hidayahmu ya, Robb! Lindungilah di mana pun ia berada. Amin, ya robbal alamin!"Sagara mengusap netranya yang tiba-tiba memanas. Seumur hidup Sagara tak pernah mendengar orang lain dengan tulus mendoakannya. Hati Sagara membuncah penuh rasa bahagia.Perlahan pria itu kembali ketempat tidur. Berpura-pura menutup mata saat Arimbi kembali memasuki kamar. Sagara tetap memejamkan mata saat napas Arimbi menyapu wajahnya."Dia sangat tampan, s

    Last Updated : 2021-10-12
  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 14. Overdosis

    Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 siang. Uul, art rumah Sagara, mondar-mandir di depan kamar sang Bos. Tak seperti biasanya Felicia sesiang ini bangunnya. Apalagi ini adalah hari senin. Hari di mana wanita itu sibuk dengan pekerjaan di butiknya.Dengan memberanikan diri, Uul membunyikan bel pintu kamar Felicia. Tak ada jawaban. Hampir satu jam Uul sibuk menekan bel pintu, namun tak ada tanda-tanda Felicia akan membuka pintu. Ia kemudian memanggil Yudi, salah satu penjaga di rumah untuk membuka pintu kamar Felicia. Hasilnya nihil."Coba telpon Tuan Sagara, saja!" usul Yudi. Uul kemudian menekan nomer telpon Sagara. Wanita itu menggelengkan kepala, menatap Ivan dengan putus asa."Nomernya gak aktif!" Yudi dan Uul mendesah secara bersamaan. "Dobrak saja. Kita rusak pintunya. Pake bor saja,Yud. Karena pintu ini dilengkapi pengaman!" usul Uul lagi. Yudi pun berlari ke arah gudang tempat biasa menyimpan alat-alat pertukangan. Pria itu mengeluarkan bor list

    Last Updated : 2021-10-15

Latest chapter

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 27. Wanita penipu.

    Tubuh Arimbi gemetar mendapati tatapan membunuh dari Sagara. Pria itu, Sagara Atmaja, menatap dengan sorot amarah yang tak pernah dilihat Arimbi.Sagara kemudian menarik tangan Arimbi dengan kasar."Jangan sakiti dia!" Hans menahan tangan Arimbi. "Menolaklah kalau kau tak ingin pergi!" ucap Hans lirih. Sagara bergerak maju mendekati Hans. Melihat sorot mata Sagara yang siap menghancurkan apa pun membuat Arimbi cemas."Maaf, Mas. Saya harus pulang bersama suami saya. Tolong lepasin!" pinta Arimbi dengan sorot mengiba. Setelah mengatakan hal itu, Arimbi mengamit tubuh besar Sagara dengan tangan kecilnya. Mereka berdua berjalan keluar kafe, menuju tempat parkir di mana mobil Sagara berada. Dengan kasar Sagara membuka pintu mobil, mendorong tubuh Arimbi masuk ke dalam dengan kasar.Ia sendiri kemudian masuk ke dalam mobil. Menginjak pedal gas, melajukan sedan lexusnya dengan kecepatan tinggi. Arimbi dengan tergesa memasang sabuk pengaman.

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 28. Sedingin kutub selatan

    Pagi hari Arimbi terbangun dengan perasaan kosong. Sekosong tempat tidur di sampingnya. Perempuan muda itu meraba tempat di sampingnya. Tempat di mana biasa Sagara tidur. Dingin.Arimbi mengembuskan napas pelan. Badannya terasa lemas. "Salahku sendiri, kenapa tidur lagi setelah subuhan, jadinya badan lemes kayak gini!" Arimbi bermonolog seorang diri. Ia kemudian meraih ponsel. Berharap akan ada pesan dari Sagara.Nihil. Tak ada satu pun pesan dari pria itu."Dia sangat menakutkan saat cemburu!" gumam Arimbi sembari menuang susu ke dalam gelas.Ting.Ugh,ugh. Arimbi tersedak. Dia amat terkejut dan senang dengan bunyi notifikasi ponselnya. Berharap itu adalah Sagara. Akan tetapi harapannya sirna karena ternyata yang mengiriminya pesan adalah Wira. Bukan Sagara."Lain yang gatal, lain yang digaruk. Lain yang diharap lain yang datang!" Arimbi kemudian membuka pesan Wira."Nyonya kecil tak usah khawati

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 26. Curhatan Hans

    Pagi hari Arimbi bangun seperti jam biasa. Memasak sarapan pagi untuk Sagara dan juga dirinya. Menu sarapan kali ini adalah nasi goreng seafood."Hmm, harum sekali!" ucap Sagara. Memeluk tubuh Arimbi dari belakang. Arimbi hanya mengulas senyuman. Rambut basah Sagara sehabis keramas membuat aroma samphoo menguar memenuhi indera penciuman Arimbi."Duduk dulu. Aku siapin tehnya!" titah Arimbi. Namun, Sagara tak juga beranjak. Tetap setia dengan posisinya saat ini. Sagara sangat menyukai wangi tubuh istrinya ini. Aromanya selalu menenangkan."Sayang, apa kau tak merasakan hal aneh akhir-akhir ini?" tanya Sagara setelah kini duduk di kursi dengan hidangan nasi goreng di depannya.Arimbi mengerutkan kening dengan pertanyaan Sagara. "Seperti apa?" tanya Arimbi. Wanita itu meletakkan teh di depan Sagara. Di samping nasi gorengnya."Aku terus merasakan mual, apalagi saat pagi seperti ini. Tapi, begitu mencium wangi tubuhmu rasa mual itu

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 25. Cinta bertepuk sebelah tangan.

    Hans menghempaskan tubuh ke sofa. Rasa kesal merajai hatinya saat ini. "Kenapa harus seperti ini? Kau tak bisa terus seperti ini, Hans? Hentikan rasa yang kau miliki kalau kau tak ingin terluka. Ingat, Arimbi, wanita itu adalah istri dari orang yang ingin kau hancurkan, jadi ... hentikan sampai di sini, kegilaan ini!" Hans bermonolog seorang diri.Ting nong, ting nong.Dahi Hans mengerut. Ia tak ada janji. Mengapa ada orang yang membunyikan bel. Dengan malas ia pun bergegas menuju pintu. Hans terkejut melihat siapa yang datang ke rumahnya.Felicia tersenyum lebar menampakkan gigi putih yang berbaris rapi"Dari mana kau tahu rumahku?" tanya Hans. Pria itu masih berdiri di ambang pintu. Enggan mempersilahkan wanita berambut cokelat itu masuk ke dalam apartmennya."Kau tak mempersilahkan tamumu untuk masuk?" tanya Felicia menatap tajam ke arah Hans. Pria itu berjalan ke arah ruang tamu, diikuti Felicia di belakangnya.

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 24. Bayi tuaku sakit

    Pagi ini udara terasa dingin, bekas hujan semalam yang turun tanpa henti. Arimbi terbangun dari sejak pukul 03. 00 dini hari, setelah menunaikan sholat subuh menyibukkan diri di dapur. Sebulan sudah tinggal di rumah hadiah dari Sagara katanya untuk merayakan prestasi seorang Arimbi karena dapat membuat beruang kutub itu jatuh cinta.Arimbi sangat menyukai rumah ini. Sesuai dengan rumah impiannya. Apalagi kolam renang itu, dia sangat menyukainya. Hampir tiap hari Arimbi akan berenang di sana dan kadang ia dan Sagara akan menjadikan kolam renang itu tempat mereka bercinta. Kata Sagara 'bercinta di ruang terbuka lebih terasa sensasinya' kalau mengingat kemesuman Sagara Arimbi jadi terkikik geli, karena kini Arimbi pun tertular dengan kemesuman Sagara.Arimbi melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 6. 30, tak ada tanda-tanda suaminya keluar dari kamar. Biasanya jam begini pria dengan mata setajam elang itu sudah duduk manis menunggu sarapan di m

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 24. Bayi tuaku sakit

    Pagi ini udara terasa dingin, bekas hujan semalam yang turun tanpa henti. Arimbi terbangun dari sejak pukul 03. 00 dini hari, setelah menunaikan sholat tahajud dsn kemudian disambung sholat shubuh dua jam setelahnya, perempuan muda itu menyibukkan diri di dapur. Sebulan sudah tinggal di rumah hadiah dari Sagara katanya untuk merayakan prestasi seorang Arimbi karena dapat membuat beruang kutub itu jatuh cinta. Arimbi sangat menyukai rumah ini. Sesuai dengan rumah impiannya. Apalagi kolam renang itu, dia sangat menyukainya. Hampir tiap hari Arimbi akan berenang di sana dan kadang ia dan Sagara akan menjadikan kolam renang itu tempat mereka bercinta. Kata Sagara 'bercinta di ruang terbuka lebih terasa sensasinya' kalau mengingat kemesuman Sagara Arimbi jadi terkikik geli, karena kini Arimbi pun tertular dengan kemesuman Sagara. Arimbi melihat jam di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 6. 30, tak ada tanda-tanda suaminya keluar dari kamar. Biasanya jam

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 23. Pov Sagara

    Sagara Atmaja. Itu namaku. Pria dingin, angkuh, dan tak tersentuh. Begitulah orang-orang mengenal bagaimana kepribadianku.Bukan tanpa alasan aku membentuk pribadiku seperti itu. Semua karena aku berusaha membentengi luka dalam hati ku agar tak ada seorang pun yang dapat melihat luka itu.Luka itu pula yang membuat perilaku seks ku jadi menyimpang jauh dari kenormalan. Kepuasan itu kudapatkan apabila pasanganku berteriak kesakitan. Erangan, lolongan rasa sakit itu membuat gairahku tak terbendung. Rintihan dan tangisan pasanganku mengingatkan kenangan burukku yang pernah kualami puluhan tahun lalu."Jangan lakukan itu tante, Saga tidak mau!" Tangis dan ratapanku tak menghentikan wanita itu melakukan aksi bejatnya. Saat itu usiaku sepuluh tahun, entah bagaimana wanita dewasa itu memiliki nafsu menjijikkan pada pemuda seusiaku. Tak hanya berhenti sampai di sana kegiatan laknat itu ia lakukan hingga aku berusia empat belas tahun. Di mana batas ra

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 22. Taktik Hans

    Hans terus saja mengikuti setiap kegiatan yang dilakukan Arimbi dan Sagara. Sedangkan Felicia dengan orang suruhannya mengikuti kemana pun Hans pergi.Felicia merasa sudah cukup ia mengumpulkan bukti tentang Hans. Sekarang waktunya bergerak. Ia tahu harus ke mana menemui pria pemilik wajah oriental itu.Di restoran tempat Hans bekerja. Pria itu nampak sedang asyik memasak. Memamerkan bakat memasak yang dimiliki pria itu pada dua orang wanita di pojok resto, yang terus saja mengamati tanpa berkedip.Ke dua wanita itu adalah Letta dan juga Arimbi.Beberapa jam sebelumnya."Hai, Imbi!" sapa Hans pada Arimbi yang tengah asyik memilih buku. Wanita itu sedikit terkejut dengan kehadiran Hans. Terbesit dalam pikirannya, apakah pria ini mengikutinya? Mengapa selalu saja bertemu tanpa sengaja? Namun, Arimbi segera menepis pikiran itu."Hai, Mas Hans!" balas Arimbi tersenyum ramah. Dan, itu cukup membuat deguban di jantung Hans dua kali l

  • Terjebak Pernikahan Dengan pria Sadomasokis   Bab 21. Wanita masa lalu Sagara

    Felicia membuka satu persatu foto yang dikirimkan oleh orang bayarannya. Luka di hati wanita itu makin menganga saat melihat bagaimana perlakuan Sagara pada Arimbi. Romantis, penuh perhatian. Mata menatap penuh cinta, bibir tersenyum amat manis yang tak pernah dilakukan Sagara selama bersamanya.Kening Felicia mengerut saat melihat sebuah Video yang dikirim oleh orang bayarannya. Di dalam video berdurasi sekitar sepuluh menit itu nampak Arimbi sedang tertawa bersama seorang pria yang tampak tak asing bagi Felicia."Bukankah dia adalah Chef yang bekerja di resto milik Sagara!" gumam Felicia. "Wanita itu mengulas senyum sinis. Melihat dari cara pria ini manatap jalang kecil ini, aku tahu ada rasa yang pria itu simpan. Bukankah ini adalah kabar yang sangat bagus?" Senyum di bibir Felicia makin lebar.Sementara itu Arimbi yang tanpa sengaja bertemu dengan Hans di sebuah toko buku kini tengah menikmati makan siang bersama Hans dan juga Let

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status