[Ternyata tidak sepenting itu Sashi untukmu, sampai kamu tidak mau menemuiku untuk membahasnya.]Nanda baru saja keluar dari lift. Langkahnya terhenti saat membaca pesan dari nomor yang menghubunginya siang tadi. Nanda mengabaikan pesan itu, memilih kembali memasukkan ponsel ke saku jas.Dia tidak tahu, siapa yang menghubunginya dan dari mana orang itu tahu nomor ponsel pribadinya. Nanda pun mengabaikan sambil terus mengayunkan langkah, hingga dia kembali berhenti saat melihat siapa yang berdiri di depan lobi.“Bukankah dia adik angkat Sashi?” Nanda bertanya-tanya dalam hati saat melihat Bumi di sana.Nanda mengenal pemuda berumur 23 tahun yang memang diperkenalkan saat acara pertunangannya dengan Sashi.“Aku ingin bicara denganmu,” ucap Bumi sambil memandang Nanda.Nanda diam menatap Bumi, hingga menebak jika Bumilah yang menghubunginya.“Kamu yang menelponku?” tanya Nanda memastikan.“Terkejut?” Bumi terlihat tenang menghadapi Nanda.Nanda semakin tidak mengerti kenapa Bumi menghubu
“Kenapa kamu serakah?” Sashi sangat terkejut mendengar sang adik mengatainya serakah. Dia baru saja keluar dari kamar mandi, kemudian mendengar hujatan dari sang adik. “Kamu membahas apa, Runa? Apanya yang serakah?” tanya Sashi keheranan. “Tentu saja Bumi! Kamu akan menikah dengan pria kaya itu, tapi kenapa harus membelenggu Bumi juga!” amuk Aruna sambil menatap nyalang ke sang kakak. Sashi benar-benar tidak paham, dia menatap Aruna yang terlihat sangat emosi. “Runa, dengarkan aku. Kita duduk dan bicara dengan tenang, ya.” Sashi mencoba membujuk Aruna untuk bicara. “Jangan bicara manis kepadaku!” Aruna memukul vas yang ada di meja dekat dengan dirinya berdiri, membuat vas itu jatuh dan hancur berserakan di lantai. Sashi sangat terkejut dengan yang dilakukan Aruna, dia sampai mundur karena vas itu hampir menimpa kakinya. “Runa.” Sashi menatap nanar ke sang adik. “Kamu akan menikah dengan pria kaya, tapi masih memberi harapan ke Bumi. Apa kamu berniat bersuami dua?” Aruna semak
Hari pernikahan Sashi dan Nanda pun tiba. Pesta pernikahan keduanya diadakan di sebuah hotel bintang 5 milik orang tua Nanda.“Apa pengantinnya sudah selesai dirias?”“Ya, baru saja selesai.”Sashi mendengar perias yang baru saja minta izin keluar dari ruang ganti bicara dengan seseorang. Sashi memutar tubuh perlahan karena gaun yang menghalangi pergerakan langkahnya. Hingga dia melihat siapa yang baru saja bicara dengan perias.Sashi memandang Bumi yang baru saja menutup pintu. Dia terkejut karena pemuda itu di sana, bahkan kini Bumi sedang berjalan menghampiri Sashi.“Kamu benar-benar akan menikahi pria itu?” tanya Bumi yang berhenti melangkah tak jauh dari Sashi.Selama sebulan ini Sashi terus menghindari Bumi, bahkan pesan dan panggilan dari Bumi diabaikan wanita itu, membuat Bumi kalang-kabut kehilangan kedekatannya dengan Sashi.“Ya, tentu saja,” jawab Sashi yang terlihat sangat tenang bicara dengan Bumi.“Kamu yakin?” tanya Bumi lagi masih tidak percaya Sashi akan menikahi Nand
Nanda menatap Sashi yang berhenti melangkah, hatinya diliputi kecemasan karena wanita itu terlihat ragu. Nanda melihat tamu yang hadir sudah saling bisik, mungkin mereka sudah mulai berspekulasi karena Sashi tidak melanjutkan langkah.“Awas saja kalau sampai kamu mengacaukan pernikahan ini.” Bibir Nanda bergerak mengucapkan kalimat itu, tapi tanpa suara hingga tak ada yang mendengar.Sashi memandang ke arah Nanda, melihat pria itu terlihat mulai panik, meski bersikap tenang.“Sashi, ada apa?” tanya Langit lagi karena putrinya tidak membalas pertanyaannya.Sashi menoleh, hingga kemudian tersenyum lebar. “Sepatuku menginjak gaun.”Itu hanya sebuah alasan untuk menutupi keraguan yang sempat muncul di hatinya.Langit merasa lega. Dia sempat berpikir putrinya berniat mengurungkan keinginan menikah dengan pria pilihan sendiri.Akhirnya Langit dan Sashi kembali melangkah, semua orang yang awalnya berpikir negatif pun membuang jauh pemikiran itu.Langit dan Sashi sampai di depan altar, dengan
“Kenapa kita sekamar? Kamu pesan kamar lain sana!” Sashi menoleh Nanda yang baru saja keluar dari kamar mandi.Acara pernikahan Sashi dan Nanda berakhir saat malam hari. Keduanya memang menginap di hotel atas desakan kedua belah pihak orang tua. Jangan lupakan jika hotel itu milik orang tua Nanda, hingga mereka pun bebas menggunakan fasilitas hotel itu.“Kamu saja yang pesan jika tidak mau sekamar. Lalu biarkan orang tuamu tahu jika kita menikah karena pura-pura,” balas Nanda dengan santainya.Sashi terkejut dengan mulut menganga mendengar balasan Nanda. Tidak menyangka pria itu akan membalas ucapannya dengan santai.“Kalau begitu kamu tidur di sofa!” Sashi kembali meminta hal aneh ke Nanda. Dia tidak mau seranjang dengan pria itu, Sashi tidak memercayai Nanda, meski sudah ada kontrak tertulis yang mereka tandatangani.Nanda menoleh Sashi, hingga kemudian membalas, “Kenapa tidak kamu saja yang tidur di sofa, jika memang tidak mau seranjang denganku?”Sashi semakin gelagapan mendengar
“Enak sekali bilang aku yang naik sendiri ke ranjang. Kalau memang ya, mana mungkin aku lupa.”Sashi menggerutu setelah perdebatan panjang dengan Nanda. Dia masih bertanya-tanya, kenapa berada di ranjang dan tidur bersama Nanda.“Tapi mana mungkin dia memindahkanku ke ranjang? Ah … mustahil, dia terlalu baik untuk melakukan itu,” gumam Sashi lagi.Dia berdiri di depan cermin yang ada di kamar mandi, menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin setelah selesai membersihkan diri. Handuk kecil terlihat menggulung rambut panjangnya yang basah, wajahnya terlihat segar dan cerah.“Tunggu, tapi apa benar aku berjalan sendiri ke ranjang?” Sashi masih terus memikirkan kenapa bisa berada di ranjang.Nanda sudah menjelaskan jika tiba-tiba saja Sashi di sana. Lantas mengatakan jika mungkin saja Sashi berjalan dalam mimpi hingga membuatnya pindah ke ranjang.“Ah … bodoh! Biar saja, yang terpenting dia tidak macam-macam kepadaku!”Sashi buru-buru keluar dari kamar mandi karena mereka harus segera
“Mau apa kamu?” tanya Sashi panik karena Nanda terus mendekat, sedangkan dia sudah berusaha mundur.Nanda tidak menjawab pertanyaan Sashi, tatapannya begitu dalam menghujam ke manik mata istrinya.Sashi sudah kebingungan, hingga dia terjatuh ke belakang karena terus memundurkan kepala. Membuat dirinya berbaring menatap Nanda yang ada di atasnya.“Jangan macam-macam! Ingat soal perjanjian kita.” Sashi langsung mengingatkan soal kontrak kerjasama mereka, jangan sampai Nanda lupa lantas melampau batas yang sudah disepakati.Nanda menyeringai, lantas berkata, “Siapa yang ingin macam-macam? Otakmu saja berpikir tidak benar.”Nanda menjitak kening Sashi, sebelum kemudian bangkit lantas berjalan menuju pintu.Sashi begitu syok, kenapa pria itu selalu membuatnya berpikiran kotor, hingga kesal karena sekarang Sashi harus menetralkan detak jantung yang berdegup tak terkendali.“Menyebalkan!” gerutu Sashi sambil mengusap kening yang terkena jitak.“Ayo keluar, kita harus bicara ke Mama dan Papa
“Pasti kamu sudah tahu jika Nanda bukanlah anak kandungku. Mama yakin dia sudah cerita semua kepadamu. Mama bicara lagi, hanya berharap kamu tidak mempermasalahkan itu. Dia sudah seperti anak kandungku sejak kami memutuskan merawat Nanda dan Nana. Jadi mama harap, kamu bisa menyayanginya terlepas dari siapa dia sebenarnya. Nanda sangat penurut, rajin, dan baik, jaga dia setelah ini untuk kami.” Sashi diam mengingat ucapan Rihana saat mereka di butik waktu itu, hingga dia mengaitkan status Nanda dan Nana dengan apa yang baru saja didengar. “Kenapa kamu berdiri di situ?’ Suara Nanda membuat Sashi terkejut. Dia menoleh tapi siapa sangka Nanda sudah berdiri tepat di belakangnya. “Apa yang--” Apa yang akan dikatakan Nanda terjeda karena Sashi tiba-tiba membungkam mulutnya. Nanda sangat terkejut hingga menatap Sashi yang serius menutup mulutnya. “Jangan berisik,” bisik Sashi. Sashi menarik Nanda ke arah kamar, lantas mengajak suaminya itu masuk. Nanda sangat terkejut dengan yang dila