“Enak sekali bilang aku yang naik sendiri ke ranjang. Kalau memang ya, mana mungkin aku lupa.”Sashi menggerutu setelah perdebatan panjang dengan Nanda. Dia masih bertanya-tanya, kenapa berada di ranjang dan tidur bersama Nanda.“Tapi mana mungkin dia memindahkanku ke ranjang? Ah … mustahil, dia terlalu baik untuk melakukan itu,” gumam Sashi lagi.Dia berdiri di depan cermin yang ada di kamar mandi, menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin setelah selesai membersihkan diri. Handuk kecil terlihat menggulung rambut panjangnya yang basah, wajahnya terlihat segar dan cerah.“Tunggu, tapi apa benar aku berjalan sendiri ke ranjang?” Sashi masih terus memikirkan kenapa bisa berada di ranjang.Nanda sudah menjelaskan jika tiba-tiba saja Sashi di sana. Lantas mengatakan jika mungkin saja Sashi berjalan dalam mimpi hingga membuatnya pindah ke ranjang.“Ah … bodoh! Biar saja, yang terpenting dia tidak macam-macam kepadaku!”Sashi buru-buru keluar dari kamar mandi karena mereka harus segera
“Mau apa kamu?” tanya Sashi panik karena Nanda terus mendekat, sedangkan dia sudah berusaha mundur.Nanda tidak menjawab pertanyaan Sashi, tatapannya begitu dalam menghujam ke manik mata istrinya.Sashi sudah kebingungan, hingga dia terjatuh ke belakang karena terus memundurkan kepala. Membuat dirinya berbaring menatap Nanda yang ada di atasnya.“Jangan macam-macam! Ingat soal perjanjian kita.” Sashi langsung mengingatkan soal kontrak kerjasama mereka, jangan sampai Nanda lupa lantas melampau batas yang sudah disepakati.Nanda menyeringai, lantas berkata, “Siapa yang ingin macam-macam? Otakmu saja berpikir tidak benar.”Nanda menjitak kening Sashi, sebelum kemudian bangkit lantas berjalan menuju pintu.Sashi begitu syok, kenapa pria itu selalu membuatnya berpikiran kotor, hingga kesal karena sekarang Sashi harus menetralkan detak jantung yang berdegup tak terkendali.“Menyebalkan!” gerutu Sashi sambil mengusap kening yang terkena jitak.“Ayo keluar, kita harus bicara ke Mama dan Papa
“Pasti kamu sudah tahu jika Nanda bukanlah anak kandungku. Mama yakin dia sudah cerita semua kepadamu. Mama bicara lagi, hanya berharap kamu tidak mempermasalahkan itu. Dia sudah seperti anak kandungku sejak kami memutuskan merawat Nanda dan Nana. Jadi mama harap, kamu bisa menyayanginya terlepas dari siapa dia sebenarnya. Nanda sangat penurut, rajin, dan baik, jaga dia setelah ini untuk kami.” Sashi diam mengingat ucapan Rihana saat mereka di butik waktu itu, hingga dia mengaitkan status Nanda dan Nana dengan apa yang baru saja didengar. “Kenapa kamu berdiri di situ?’ Suara Nanda membuat Sashi terkejut. Dia menoleh tapi siapa sangka Nanda sudah berdiri tepat di belakangnya. “Apa yang--” Apa yang akan dikatakan Nanda terjeda karena Sashi tiba-tiba membungkam mulutnya. Nanda sangat terkejut hingga menatap Sashi yang serius menutup mulutnya. “Jangan berisik,” bisik Sashi. Sashi menarik Nanda ke arah kamar, lantas mengajak suaminya itu masuk. Nanda sangat terkejut dengan yang dila
“Duduklah.” Langit mengajak Nanda bicara berdua di ruang kerjanya. Dia memang belum memiliki kesempatan bicara serius berdua dengan Nanda.Nanda hanya mengangguk sopan, lantas duduk di sofa yang tadi ditunjuk Langit.Langit duduk berhadapan dengan Nanda, menatap pria yang kini sudah memiliki putrinya.“Kamu dan Sashi sudah lama menjalin hubungan. Kamu pasti tahu betul bagaimana sifat Sashi, kan?” Langit membuka perbincangan.Nanda hanya mengangguk mendengar ucapan Langit, tentu saja dia harus melakukan itu agar mertuanya tidak tahu soal yang sebenarnya. Nanda belum memahami Sashi, hanya tahu jika wanita itu keras kepala dan cerewet.“Sebenarnya aku tidak ingin membicarakan ini. Namun, karena kamu suaminya, sepertinya kamu berhak tahu tentang dia lebih dalam. Apa Sashi sudah pernah cerita sebelumnya tentang masa kecilnya?” tanya Langit sebelum melanjutkan ucapannya.Nanda menggelengkan kepala, tentu saja dia tidak tahu dan tidak bisa berbohong karena takut mertuanya itu menanyakan sesu
“Apa kamu tidak bisa membantuku?”Sashi menatap kesal ke Nanda. Mereka baru saja turun dari mobil setelah sampai di rumah milik Nanda yang baru saja selesai direnovasi, tapi Nanda tidak mau membantu Sashi menurunkan koper.Mereka pergi ke rumah yang akan ditempati untuk memindahkan barang Sashi, setelah itu masih harus ke rumah Rihana dan Melvin lagi untuk makan malam bersama.Nanda menghentikan langkah mendengar ucapan Sashi. Dia lantas membalikkan badan kemudian kembali ke arah mobil, menghampiri Sashi yang sudah memasang wajah kesal.Nanda menatap Sashi sejenak, hingga kemudian mengeluarkan kedua koper milik wanita itu dari bagasi. Tak hanya mengeluarkan, Nanda juga membawakan koper itu.Sashi terkejut melihat Nanda yang membantunya membawa koper, tidak menyangka jika pria itu akan membawakan barang miliknya.Mereka pun masuk ke rumah yang bisa dibilang cukup besar. Sashi mengedarkan pandangan, melihat interior rumah Nanda yang didesain klasik dan memukau.“Di mana kamarku?” tanya
“Kalian jadi berangkat besok, kan?” tanya Melvin saat bicara berdua dengan Nanda di ruang kerja. “Ya, kami juga sudah pamit dengan orang tua Sashi,” jawab Nanda sambil sambil memainkan jari di meja kerja sang papa. Melvin mengamati wajah putranya, hingga kemudian bertanya, “Kalian bahagia ‘kan?” Nanda terkejut mendengar pertanyaan Melvin. Hingga menatap sang papa kemudian menjawab, “Tentu saja. Kenapa Papa bertanya seperti itu?” “Ya, karena kamu terlihat sedikit murung. Papa pikir ada hal yang mengganggumu setelah menikah,” ujar Melvin menjelaskan penilaiannya. Nanda tersenyum mendengar ucapan sang papa, lantas menggelengkan kepala. “Tidak mungkin tak bahagia, Pa. Aku hanya masih memikirkan pekerjaan saja,” balas Nanda membuat sebuah alasan. “Kamu ini. Baru saja menikah sudah memikirkan pekerjaan. Biar Bas dan Nana yang urus, kamu nikmati saja waktu bersama istrimu,” ujar Melvin merasa putranya itu terlalu gila kerja. “Sashi juga dokter, dia pasti akan sibuk ke depannya setelah
“Apa kita hanya akan duduk berdiam di kamar, memandang lautan lepas tanpa menikmatinya?”Sashi bicara sambil memandang laut lepas dari kamar yang memiliki view laut. Mereka sudah sampai di hotel sejak kemarin sore, hingga pagi ini pun Nanda tidak mau mengajak Sashi jalan-jalan.“Pergi saja kalau mau pergi,” balas Nanda sambil fokus ke laptop.Sashi memutar kepala dengan cepat mendengar balasan Nanda, lantas mencebik kesal karena ternyata honeymoon itu benar-benar formalitas.“Padahal aku mau jalan-jalan, mumpung libur.” Sashi bergumam sambil memandang laut.Melihat laut yang indah, bahkan banyak anak kecil juga keluarga lain bermain di pantai, membuat Sashi berkeinginan pergi sendiri.Tanpa pamit, Sashi berjalan ke arah pintu untuk meninggalkan kamar. Namun, saat tangan hampir meraih gagang pintu, gerakan tangan terhenti karena pertanyaan Nanda.“Mau ke mana?” Nanda hanya melirik Sashi yang sudah sampai di belakang pintu.Sashi memutar badan dengan malas, lantas menatap Nanda yang mas
“Ma, lihat ini.” Nana yang baru saja pulang bekerja bersama Bastian, langsung menghampiri Rihana yang sedang duduk dengan Clara.“Lihat apa?” tanya Rihana penasaran.Nana duduk di sisi kanan Rihana, sedangkan Clara berada di sisi kiri sang mama.“Kak Sashi baru saja mengirimiku beberapa foto. Katanya ini tadi saat mereka diving, lalu ini pemandangan dari kamar hotel yang mereka tempati,” ujar Nana menjelaskan foto-foto yang baru saja diterima.Clara langsung tidak senang mendengar Nana membahas tentang Sashi, hingga saat Rihana sedang ingin menanggapi ucapan Nana, Clara langsung meletakkan piring berisi buah dengan kasar di meja.Rihana dan Nana sangat terkejut dengan yang dilakukan Clara, sampai-sampai mereka memandang Clara yang pergi menuju kamarnya.“Kenapa Clara?” tanya Nana keheranan.“Sepertinya sejak Nanda mau menikah, dia sering uring-uringan,” jawab Bastian.Rihana dan Nana langsung menoleh begitu mendengar jawaban Bastian.Rihana sendiri tidak memperhatikan, meski sudah mer