Nanda terkejut mendengar suara orang berteriak di luar kamar inap Sashi. Dia pun segera keluar untuk melihat apa yang terjadi, hingga mendapat Clara dan Zidan di depan kamar.“Ada apa?” tanya Nanda.“Tadi ada orang yang mengintip ke dalam, waktu mau kami tangkap. Dia sudah berlari duluan,” jawab Clara sambil menunjuk ke arah pria yang dilihatnya pergi.“Oang?” Nanda mengerutkan alis mendengar jawaban Clara.“Di sini terpasang kamera pengawas, aku akan coba ke bagian security untuk mengecek siapa yang tadi di sini,” ujar Zidan.Nanda pun mengangguk, lantas mengajak Clara masuk sedangkan Zidan pergi ke ruang keamanan.“Kamu mengenal orang yang tadi berada di depan?” tanya Nanda saat masuk bersama Clara.“Aku tidak melihat wajahnya karena dia memakai masker,” jawab Clara.Nanda diam berpikir, entah kenapa pikirannya langsung tertuju ke Handoko.“Ya, kita coba tunggu Zidan saja. Kalau orang iseng, mana mungkin kabur,” ucap Nanda.Sashi melihat Nanda yang datang bersama Clara. Dia juga men
“Apa tidak lebih baik kalau kamu menceritakan yang terjadi ke orang tuamu atau orang tuaku agar mereka tidak bertanya-tanya, apa yang membuatmu meminta dokter memulangkanku lebih cepat?” tanya Sashi memberikan usul.Sashi hanya berpikir jika cepat atau lambat, masalah paman Nanda akan terbongkar juga.“Iya, Kak. Setidaknya Papa juga nanti pasti akan bantu bertindak,” timpal Clara yang juga tak bisa membiarkan kalau ada yang berusaha mencelakai kakaknya itu.Nanda diam berpikir, hingga kemudian membuat keputusan.“Mungkin aku akan bicara dengan Papa, juga Daddy dulu. Aku tidak mungkin bicara ke mommy-mu, takut dia mencemaskanmu berlebih,” ujar Nanda.Sashi pun setuju dengan ide Nanda. Dia menghormati keputusan Nanda, yang penting itu terbaik untuk mereka.Siang itu Zidan membantu mengurus kepulangan Sashi. Nanda dan Sashi hanya memberitahu orang tua mereka melalui panggilan telepon agar mereka tidak datang ke rumah sakit.“Kamu memang sepertinya lebih aman di rumah Mommy dulu, sampai a
Melvin pergi ke lobi untuk melihat siapa yang hendak menemuinya. Jika biasanya dia akan mengabaikan atau meminta membuat janji bertemu ke orang yang tak dikenal, tapi entah kali ini kenapa dia penasaran.Saat sampai di lobi, resepsionis langsung memberitahu Melvin jika orang yang hendak menemuinya ada di ruang tunggu. Pria itu pun berjalan ke ruang tunggu, hingga melihat seseorang di sana.“Kamu?” Melvin mengingat pria itu, pria sama yang dilihatnya di rumah sakit.Handoko langsung berdiri saat melihat Melvin. Pria itu tersenyum lantas berjalan mendekat ke arah pria itu.“Melihat Anda, mengingatkanku saat kita masih sama-sama muda dan bugar. Ternyata kita sudah setua ini sekarang,” ujar Handoko sambil memperhatikan penampilan Melvin yang selalu terlihat gagah dan berwibawa.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Melvin sambil menatap curiga.Handoko menoleh ke kanan dan kiri, hingga kemudian menjawab, “Apa kita akan bicara di sini? Anda merasa nyaman jika pembicaraan kita didengar orang yang
“Aku menceritakan ini ke Daddy agar tahu masalah yang sekarang terjadi. Kuharap Daddy bisa memahami posisiku sekarang,” ujar Nanda saat menemui Langit.Langit mengembuskan napas panjang mendengar ucapan Nanda. Dia sendiri tidak menyangka akan ada masalah seperti sekarang, padahal belum tahu motif kemunculan paman Nanda.Namun, sebagai orang tua yang bijak, tentunya Langit pun menghargai niat Nanda yang mau jujur ke Langit.“Kamu tenang saja. Sebagai orang tua, aku tentunya akan menjaga anak-anakku dengan baik. Kamu fokus saja menyelesaikan masalahmu,” ujar Langit.“Terima kasih,” balas Nanda sedikit lega karena bisa jujur ke Langit.Kini Nanda pun harus jujur ke Melvin untuk mendapatkan dukungan. Dia sengaja menemui Langit lebih dulu sebab hanya bicara seperlunya, sedangkan dengan Melvin mungkin akan ada pembahasan panjang dengan ayahnya itu.Nanda pun pergi ke perusahaan Melvin setelah bicara dengan Langit. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di lobi, Nanda melihat Handoko yang b
Lukas baru saja selesai mengantar berkas ke salah satu perusahaan milik rekan bisnis Nanda. Dia harus bekerja ekstra sejak Nanda sibuk mengurus Sashi di rumah sakit.Saat sedang melintasi di jalanan yang tidak terlalu ramai menuju perusahaan. Tiba-tiba sebuah mobil menyalip kemudian membanting stir ke kiri, membuat Lukas terkejut sampai menginjak pedal rem dalam-dalam agar tidak menabrak mobil di depannya.“Sialan! Apa mereka berniat mati konyol!” geram Lukas karena hampir saja terjadi tabrakan kalau tidak dengan sigap menginjak rem.Belum juga keterkejutannya hilang, tiba-tiba ada beberapa orang menggunakan penutup wajah keluar dari mobil di depan Lukas, tentu saja hal itu membuat Lukas langsung waspada.“Sialan!” Lukas baru menyadari jika mobil itu sengaja membuatnya berhenti.Dia buru-buru menginjak pedal gas untuk memundurkan mobil agar bisa kabur dari sana.Namun, usaha Lukas terlambat karena salah satu orang yang keluar dari mobil, langsung memukul kap mobil Lukas, lantas disusu
“Kalau memang seperti ini, jalan satu-satunya kamu menjelaskan lebih dulu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan sampai Nanda mendengar dari orang lain, lalu menyalahkanmu atas semua yang terjadi. Kamu punya bukti, bahkan aku akan menjadi saksimu karena bagaimanapun dulu aku asisten pribadi yang tahu segalanya tentang semua hal yang menyangkut soal bisnismu,” ujar Mario memberikan masukan setelah mendengarkan cerita Melvin.Melvin mengusap kasar wajahnya. Dia pun berpikir dengan keras mencari cara untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.Mario melihat Melvin yang bingung, baru kali ini dia melihat mantan bosnya itu tak bisa membuat keputusan.“Dia sudah dewasa dan paham bagaimana dunia bisnis. Aku yakin jika dia pastinya akan mengerti serta memahami penjelasan darimu,” ujar Mario lagi.Melvin menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Aku hanya bingung bagaimana cara memulainya. Aku juga takut jika dianggap selama ini baik hanya karena merasa bersalah.”“Ya, karena itulah, ka
“Lukas diserang orang tak dikenal, sekarang harus dirawat di rumah sakit karena lukanya cukup parah. Aku sudah melaporkan kasus ini ke polisi, semoga pelakunya segera ditangkap,” ucap Nanda saat sedang menghubungi Sashi.“Kamu baik-baik saja, kan?” Suara Sashi terdengar begitu panik dari seberang panggilan.“Aku baik-baik saja. Lukas tadi pergi sendiri lalu diserang saat melintas jalanan sepi. Apa pun yang terjadi, jika ada orang tak dikenal menghubungimu, abaikan saja!” perintah Nanda karena mencemaskan ada seseorang yang memanfaatkan situasi ini untuk menjebak Sashi.“Iya, aku akan mengikuti perintahmu,” balas Sashi dari seberang panggilan.“Aku harus pergi mengecek kondisi Lukas, kamu jangan banyak berpikir dan istirahatlah yang cukup,” ujar Nanda.Setelah mendengar balasan dari Sashi, Nanda pun mengakhiri panggilan, lantas masuk ke ruang perawatan Lukas. Nanda juga sudah menghubungi keluarga asistennya itu, tapi karena keluarga Lukas berada di luar kota, membuat orang tua Lukas bu
Nanda berjalan menuju parkiran karena ingin segera menemui Melvin. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di parkiran, Nanda menghentikan langkah saat melihat siapa yang berdiri tak jauh darinya.“Sudah kuduga kamu di sini,” kata Handoko seolah muncul di tempat-tempat Nanda berada.“Kenapa kamu di sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?” Nanda menatap penuh curiga ke Handoko.“Tidak sulit menemukanmu, apalagi aku melihatmu saat pergi terburu-buru dari perusahaan ayah angkatmu,” jawab Handoko dengan santai.Nanda diam memandang pria itu, hingga kemudian memilih untuk mengabaikan meski ada rasa penasaran yang bercokol di dada.“Kamu benar-benar tidak ingin tahu siapa yang membuat ayahmu bangkrut? Padahal aku jauh-jauh ke sini, hanya ingin membuka kebenarannya karena aku merasa bersalah dan ingin memperbaiki kesalahan dengan tak membuatmu terjebak dalam situasi sulit,” ungkap Handoko saat Nanda hendak melewati dirinya.Nanda menghentikan langkah mendengar ucapan Handoko. Dia menoleh pria