Nanda menemani Sashi setelah selesai operasi. Istrinya itu belum sadar karena masih terpengaruh obat bius. “Ajak Mommy pulang saja dulu, biar aku yang jaga Sashi,” ucap Nanda ke Langit karena Bintang terlihat lelah. Langit menoleh Bintang yang sedang duduk di kursi samping ranjang Sashi. Dia pun mendekat ke Bintang lantas memegang pundak istrinya itu. “Bin, kita pulang dulu. Besok ke sini lagi kalau Sashi sudah bangun,” ajak Langit. Bintang menoleh suaminya, kemudian kembali menatap Sashi. “Tapi aku mau di sini menjaganya,” ujar Bintang. “Mommy lebih baik pulang dulu dan istirahat. Jangan sampai sakit, Sashi pasti sedih kalau melihat Mommy sakit hanya karena mencemaskannya,” balas Nanda ikut membujuk Bintang. Bintang pun bingung. Dia hanya ingin menemani putrinya di sana, tapi apa yang dikatakan Nanda juga benar. “Baiklah, tapi kalau nanti dia bangun. Tolong segera kabari mommy, ya,” pinta Bintang. Nanda pun menganggukkan kepala. Akhirnya Bintang mau pulang bersama Langit. K
“Biar aku jelaskan.” Hendry kini menghadapi istrinya yang mengamuk karena berita perselingkuhan pria itu.Wanita berumur 30 tahunan itu membanting segala perabot yang ada di kamar karena emosi dengan kelakuan suaminya. Dia bisa berbohong di depan publik dengan memperlihatkan jika baik-baik saja, tapi dia tidak bisa menahan amarahnya begitu melihat suaminya.“Kurang apa aku, hah? Bagaimana bisa kamu berselingkuh?” Wanita itu berteriak keras karena tak bisa menerima kelakuan suaminya.“Dengarkan aku. Berita itu tidak benar, aku--” Apa yang dikatakan Hendry dipotong cepat oleh sang istri.“Apanya tidak benar, hah? Kamu memeluknya, menciumnya, bahkan kalian kalian bertemu di apartemen berdua. Apanya yang tidak benar, hah? Yang tidak benar itu kelakuanmu yang tidak pernah puas sama sekali meski sudah memiliki istri dan banyak harta!” hardik wanita itu memotong ucapan Hendry.Hendry pun merasa begitu pusing, apalagi kini dia sedang dikejar wartawan juga para pemegang saham yang mempertanyak
[Orang suruhan kita melihat Handoko pergi ke rumah sakit, Pak.]Nanda langsung menegakkan badan membaca pesan dari Lukas. Apalagi ada foto Handoko yang berada di rumah sakit sama dengan Sashi kini dirawat.Sashi dan yang lain pun terkejut melihat Nanda terlihat tegang sambil memandang ponsel.“Ada apa?” tanya Sashi.Nanda memandang istrinya, hingga menyadari jika semua orang kini menatap kepadanya.“Tidak ada, Lukas mengirimiku pesan membahas pekerjaan,” jawab Nanda karena tak mungkin jujur ke Sashi di depan mertuanya.Sashi melihat jika Nanda berbohong, tapi dia mencoba memahami alasan suaminya tak langsung jujur.“Aku keluar dulu mau nyari kopi,” ucap Nanda ke Sashi.Sashi mengangguk membalas ucapan Nanda, tatapan mata pria itu seolah sedang ingin menyampaikan hal lain.“Daddy mau kopi?” tanya Nanda ke Langit untuk sekadar berbasa-basi.“Bo--” Langit ingin membalas, tapi langsung dipotong cepat oleh Bintang.“Tidak boleh. Kamu sudah minum secangkir tadi pagi. Kalau mau minum ya jus
“Ada apa tadi?” tanya Sashi saat sudah berdua dengan Nanda di kamar inap di malam hari. “Lukas mengirim pesan kalau Handoko ada di rumah sakit ini. Aku curiga jika kedatangannya ke sini karena ingin membuat masalah, ternyata tebakannya benar, saat bertemu denganku, dia memang ingin membuat masalah di sini,” jawab Nanda tak ada yang ditutupi dari istrinya. “Handoko? Pamanmu?” tanya Sashi yang belum tahu nama paman Nanda. “Iya,” jawab Nanda sambil menyuapi Sashi dengan potongan apel. Sashi diam sambil mengunyah potongan apel yang sudah masuk mulut. Dia jadi ikut memikirkan soal kemunculan paman Nanda. “Dia tiba-tiba datang setelah sekian tahun, bukan karena ada sesuatu, kan?” tanya Sashi sambil menatap Nanda yang memang terlihat gelisah. “Ya, aku pun berpikir jika kemunculannya bukan sebuah kebetulan. Apalagi dia mengatakan hal-hal yang sebenarnya membuatku muak. Membahas masa lalu seolah dia tahu dan bertanggung jawab,” jawab Nanda. Nanda sendiri mulai penasaran dengan apa yang d
Nanda terkejut mendengar suara orang berteriak di luar kamar inap Sashi. Dia pun segera keluar untuk melihat apa yang terjadi, hingga mendapat Clara dan Zidan di depan kamar.“Ada apa?” tanya Nanda.“Tadi ada orang yang mengintip ke dalam, waktu mau kami tangkap. Dia sudah berlari duluan,” jawab Clara sambil menunjuk ke arah pria yang dilihatnya pergi.“Oang?” Nanda mengerutkan alis mendengar jawaban Clara.“Di sini terpasang kamera pengawas, aku akan coba ke bagian security untuk mengecek siapa yang tadi di sini,” ujar Zidan.Nanda pun mengangguk, lantas mengajak Clara masuk sedangkan Zidan pergi ke ruang keamanan.“Kamu mengenal orang yang tadi berada di depan?” tanya Nanda saat masuk bersama Clara.“Aku tidak melihat wajahnya karena dia memakai masker,” jawab Clara.Nanda diam berpikir, entah kenapa pikirannya langsung tertuju ke Handoko.“Ya, kita coba tunggu Zidan saja. Kalau orang iseng, mana mungkin kabur,” ucap Nanda.Sashi melihat Nanda yang datang bersama Clara. Dia juga men
“Apa tidak lebih baik kalau kamu menceritakan yang terjadi ke orang tuamu atau orang tuaku agar mereka tidak bertanya-tanya, apa yang membuatmu meminta dokter memulangkanku lebih cepat?” tanya Sashi memberikan usul.Sashi hanya berpikir jika cepat atau lambat, masalah paman Nanda akan terbongkar juga.“Iya, Kak. Setidaknya Papa juga nanti pasti akan bantu bertindak,” timpal Clara yang juga tak bisa membiarkan kalau ada yang berusaha mencelakai kakaknya itu.Nanda diam berpikir, hingga kemudian membuat keputusan.“Mungkin aku akan bicara dengan Papa, juga Daddy dulu. Aku tidak mungkin bicara ke mommy-mu, takut dia mencemaskanmu berlebih,” ujar Nanda.Sashi pun setuju dengan ide Nanda. Dia menghormati keputusan Nanda, yang penting itu terbaik untuk mereka.Siang itu Zidan membantu mengurus kepulangan Sashi. Nanda dan Sashi hanya memberitahu orang tua mereka melalui panggilan telepon agar mereka tidak datang ke rumah sakit.“Kamu memang sepertinya lebih aman di rumah Mommy dulu, sampai a
Melvin pergi ke lobi untuk melihat siapa yang hendak menemuinya. Jika biasanya dia akan mengabaikan atau meminta membuat janji bertemu ke orang yang tak dikenal, tapi entah kali ini kenapa dia penasaran.Saat sampai di lobi, resepsionis langsung memberitahu Melvin jika orang yang hendak menemuinya ada di ruang tunggu. Pria itu pun berjalan ke ruang tunggu, hingga melihat seseorang di sana.“Kamu?” Melvin mengingat pria itu, pria sama yang dilihatnya di rumah sakit.Handoko langsung berdiri saat melihat Melvin. Pria itu tersenyum lantas berjalan mendekat ke arah pria itu.“Melihat Anda, mengingatkanku saat kita masih sama-sama muda dan bugar. Ternyata kita sudah setua ini sekarang,” ujar Handoko sambil memperhatikan penampilan Melvin yang selalu terlihat gagah dan berwibawa.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Melvin sambil menatap curiga.Handoko menoleh ke kanan dan kiri, hingga kemudian menjawab, “Apa kita akan bicara di sini? Anda merasa nyaman jika pembicaraan kita didengar orang yang
“Aku menceritakan ini ke Daddy agar tahu masalah yang sekarang terjadi. Kuharap Daddy bisa memahami posisiku sekarang,” ujar Nanda saat menemui Langit.Langit mengembuskan napas panjang mendengar ucapan Nanda. Dia sendiri tidak menyangka akan ada masalah seperti sekarang, padahal belum tahu motif kemunculan paman Nanda.Namun, sebagai orang tua yang bijak, tentunya Langit pun menghargai niat Nanda yang mau jujur ke Langit.“Kamu tenang saja. Sebagai orang tua, aku tentunya akan menjaga anak-anakku dengan baik. Kamu fokus saja menyelesaikan masalahmu,” ujar Langit.“Terima kasih,” balas Nanda sedikit lega karena bisa jujur ke Langit.Kini Nanda pun harus jujur ke Melvin untuk mendapatkan dukungan. Dia sengaja menemui Langit lebih dulu sebab hanya bicara seperlunya, sedangkan dengan Melvin mungkin akan ada pembahasan panjang dengan ayahnya itu.Nanda pun pergi ke perusahaan Melvin setelah bicara dengan Langit. Namun, saat baru saja menginjakkan kaki di lobi, Nanda melihat Handoko yang b