“Ada apa sebenarnya?” tanya Nanda setelah Sashi menerima telepon.“Clara kecelakaan,” jawab Sashi, kemudian memperlihatkan foto yang dikirimkan Zidan.“Sepertinya Clara memang sangat marah, sampai bilang kalau sedang terlantar dan tidak punya keluarga,” ujar Sashi kemudian.Nanda memperhatikan foto yang dikirimkan Zidan. Awalnya dia bersiap cemburu karena Sashi menerima panggilan dari Zidan, tapi sekarang tidak lagi karena dokter itu menghubungi untuk membahas masalah Clara.“Kamu ingin menemuinya?” tanya Sashi ketika melihat Nanda yang tampak cemas.“Jika Zidan mau membantu mencarikan Clara tempat sementara, aku tidak perlu menemuinya. Kamu tahu jika apa yang akan aku lakukan ke Clara, akan terus membuatnya salah paham,” jawab Nanda sambil memberikan alasannya.“Kamu yakin?” tanya Sashi yang melihat jika suaminya sebenarnya cemas, tapi ditutupi.“Yakin, itu demi kebaikan Clara. Agar dia berpikir jika membuat kesalahan, maka tidak akan ada yang membantunya,” jawab Nanda, “lagi pula, j
Clara diam di kamar hotel, memandang ke jendela yang sudah memperlihatkan matahari yang mulai menampakan diri. Dia bingung harus bagaimana sekarang, berulang kali mengecek ponsel, tapi tak ada satu pun yang menanyakan di mana dirinya sekarang.“Apa benar jika mereka sudah kesal sampai tak memedulikanku?”Clara terus berpikir, hingga ponselnya berdering karena ada pesan yang masuk. Clara pun membuka pesan itu.[Mobilmu sudah diderek ke bengkel, untuk perbaikan dan yang lainnya, akan aku kabari lagi.]Clara membaca pesan dari Zidan, lantas membalasnya. Dia mengira pesan itu dari orang tua atau kakaknya, tapi sayang tebakannya salah.“Mereka benar-benar sudah tidak peduli kepadaku.”Clara diam cukup lama, hingga terdengar suara ketukan pintu. Dia pun pergi membuka pintu, hingga sangat terkejut ketika melihat siapa yang datang.“Kenapa kamu ke sini? Dari mana kamu tahu aku di sini?” Clara tidak senang melihat Sashi muncul di sana.“Dokter yang menabrakmu adalah temanku. Aku ke sini hanya
“Apa kalian bisa menjelaskan apa maksud kalian ini?”Bintang begitu murka melihat surat perjanjian itu.Awalnya pagi ini Bintang mendatangi kamar Sashi karena rindu sang putri. Dia juga secara tak sengaja membuka kotak yang berisi barang-barang kenangan milik putrinya itu, untuk sekadar mengobati rindu, tapi siapa sangka hal itu malah membuat Bintang melihat surat perjanjian yang tergeletak di bagian paling bawah kotak.“Mom, aku bisa menjelaskan,” ucap Sashi mencoba menguatkan hati untuk menghadapi kekecewaan sang mommy.Nanda membantu Sashi berdiri, mereka benar-benar merasa bersalah karena surat perjanjian itu diketahui orang tua Sashi.“Bagaimana bisa kalian melakukan ini?” Langit membuang kertas yang dipegangnya itu.Langit pun tak menyangka jika putrinya akan melakukan itu. Mempermainkan status pernikahan demi keuntungan satu sama lain. Dia sangat syok saat melihat istrinya datang sambil menangis dengan membawa surat perjanjian bodoh itu.“Dad, tolong dengarkan aku,” pinta Sashi
Sashi ikut masuk di ruang pemeriksaan karena mengenal dokter yang biasa menangani sang mommy. Dia pun mencoba memastikan kondisi sang mommy baik-baik saja.Langit berada di luar pemeriksaan bersama Aruna, di sana ada Nanda juga.“Untuk apa kamu ikut ke sini? Setelah apa yang sudah kamu lakukan, sekarang kamu masih bisa berdiri di sini dengan tenang.” Langit menatap tajam ke Nanda. Dia masih tidak bisa menerima fakta soal surat perjanjian pernikahan itu.Nanda hanya diam mendengar ucapan sang mertua. Dia tidak mungkin membalas Langit yang akan mengakibatkan perdebatan di antara mereka.“Pa, bahas nanti saja, ya. Sekarang fokus ke Mama,” ucap Aruna mencoba meredakan emosi sang papa. Apalagi mereka sekarang berada di UGD, jangan sampai mereka diusir karena membuat keributan.Langit terlihat kesal hingga berdiri menjauh dari Nanda. Aruna menoleh kakak iparnya itu, lantas memilih mengikuti sang papa.Tak lama kemudian, dokter yang menangani penyakit Bintang keluar dan menjelaskan kondisi w
Clara pergi ke bengkel yang membawa mobilnya. Di sana ternyata sudah ada Zidan yang juga sedang membetulkan mobil bagian depan yang penyok karena menabrak bagian belakang mobil Clara.“Kamu sudah datang. Mobilmu sedang dicek seberapa parah kerusakan dan perkiraan perbaikannya,” ujar Zidan begitu Clara menghampirinya.Clara memandang pria itu, lantas mengeluarkan sesuatu dari tas.“Ini uang tabunganku. Tidak tahu apa cukup untuk memperbaiki mobilmu yang rusak. Meski mobilku paling parah, tapi aku yang salah,” ucap Clara sambil menyodorkan amplop cokelat ke Zidan.Zidan terkejut melihat apa yang disodorkan Clara. Dia memandang amplop itu, lantas memandang Clara yang sedikit menunduk berharap dirinya mengambil uang itu.“Tidak usah, aku masih bisa klaim asuransi. Kamu mau membuat laporan soal kecelakan ini saja aku sudah bersyukur, jika dianggap kecelakaan tunggal, aku tidak akan bisa klaim asuransi,” ujar Zidan sambil mendorong amplop itu ke arah Clara.Clara sangat terkejut mendengar a
“Kenapa kamu tega berbuat begini?” tanya Bintang saat sudah sadar.Bintang menatap Sashi yang hanya diam menunduk.“Jika kalian menikah hanya karena sebuah kontrak, pisah saja! Untuk apa mempertahankan pernikahan yang sejak awal sudah kamu permainkan!” tandas Langit begitu tegas.Sashi sangat terkejut mendengar ucapan Langit, hingga menatap pria itu sambil menggelengkan kepala.“Memang awalnya kami menikah karena kontrak, Dad. Tapi sekarang tidak, kami benar-benar saling mencintai. Tolong mengertilah, Dad.” Sashi menatap penuh harap ke ayahnya.“Mom, tolong percaya kepadaku,” pinta Sashi ke Bintang karena sang ayah mengabaikan ucapannya.Aruna sendiri merasa kasihan ke sang kakak yang sedang disalahkan. Semua takkan terjadi jika dia tak egois. Aruna ingin buka suara untuk membantu kakaknya bicara, tapi sebelum itu pintu kamar inap terbuka, terlihat sang kakek bersama nenek dan juga keluarga lain masuk.“Opa!” Sashi langsung berlari ke sang opa untuk meminta perlindungan. Dia tahu kala
Nanda memilih mengantar Rihana pulang bersama yang lain karena Sashi belum memberikan kabar. Dia tidak berani mendatangi kamar inap Bintang, sebab tak ingin memicu masalah lain.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Rihana saat Nanda baru saja turun dari mobil.Nanda menoleh sang mama, hingga kemudian menjawab, “Aku baik-baik saja.”Rihana dan yang lain tak tahu jika Clara tak pulang, hanya Nanda yang tahu tapi sengaja tak memberitahu yang lain karena takut semua orang cemas.Saat orang-orang hendak masuk rumah. Sebuah mobil memasuki halaman rumah Rihana, membuat atensi semua orang tertuju ke mobil yang tak mereka kenal itu.“Siapa?” tanya Rihana ke Melvin.“Entah, aku juga tidak tahu,” jawab Melvin sambil mengamati mobil yang baru saja datang.Nanda memperhatikan mobil itu, hingga melihat Zidan yang keluar dari mobil. Tentu saja hal itu membuat Nanda sangat terkejut, kenapa Zidan datang ke sana.Zidan tersenyum sambil mengangguk saat semua orang memperhatikan dirinya. Dia kemudian menoleh Clar
“Ma.”Rihana menoleh saat mendengar suara Nanda memanggil.“Mama mau menemui Clara?” tanya Nanda karena melihat ke mana arah sang mama hendak pergi.Rihana mengembuskan napas kasar, hingga kemudian menjawab, “Ya, sepertinya mama perlu bicara dengannya.”“Boleh aku yang bicara dulu kepadanya?” tanya Nanda.Rihana mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Nanda. Dia mempersilakan putranya itu untuk bicara dengan Clara lebih dulu, sedangkan dia menunggu di luar.Nanda pun izin pergi ke kamar Clara. Saat sampai di depan kamar adiknya itu, Nanda mengetuk pintu sebelum masuk. Dia juga membuka lebar pintu kamar agar tak mengundang fitnah.Saat masuk ke kamar adiknya itu. Nanda melihat Clara yang duduk sambil memeluk boneka kesayangannya.Clara tahu jika Nanda masuk, tapi dia sengaja memalingkan wajah.Nanda duduk di tepian ranjang, menghadap ke Clara yang tak mau memandangnya.“Sudah makan?” tanya Nanda dengan lembut.Clara tak menjawab pertanyaan kakaknya itu. Dia memilih tetap diam.Nanda mena