“Apa kalian bisa menjelaskan apa maksud kalian ini?”Bintang begitu murka melihat surat perjanjian itu.Awalnya pagi ini Bintang mendatangi kamar Sashi karena rindu sang putri. Dia juga secara tak sengaja membuka kotak yang berisi barang-barang kenangan milik putrinya itu, untuk sekadar mengobati rindu, tapi siapa sangka hal itu malah membuat Bintang melihat surat perjanjian yang tergeletak di bagian paling bawah kotak.“Mom, aku bisa menjelaskan,” ucap Sashi mencoba menguatkan hati untuk menghadapi kekecewaan sang mommy.Nanda membantu Sashi berdiri, mereka benar-benar merasa bersalah karena surat perjanjian itu diketahui orang tua Sashi.“Bagaimana bisa kalian melakukan ini?” Langit membuang kertas yang dipegangnya itu.Langit pun tak menyangka jika putrinya akan melakukan itu. Mempermainkan status pernikahan demi keuntungan satu sama lain. Dia sangat syok saat melihat istrinya datang sambil menangis dengan membawa surat perjanjian bodoh itu.“Dad, tolong dengarkan aku,” pinta Sashi
Sashi ikut masuk di ruang pemeriksaan karena mengenal dokter yang biasa menangani sang mommy. Dia pun mencoba memastikan kondisi sang mommy baik-baik saja.Langit berada di luar pemeriksaan bersama Aruna, di sana ada Nanda juga.“Untuk apa kamu ikut ke sini? Setelah apa yang sudah kamu lakukan, sekarang kamu masih bisa berdiri di sini dengan tenang.” Langit menatap tajam ke Nanda. Dia masih tidak bisa menerima fakta soal surat perjanjian pernikahan itu.Nanda hanya diam mendengar ucapan sang mertua. Dia tidak mungkin membalas Langit yang akan mengakibatkan perdebatan di antara mereka.“Pa, bahas nanti saja, ya. Sekarang fokus ke Mama,” ucap Aruna mencoba meredakan emosi sang papa. Apalagi mereka sekarang berada di UGD, jangan sampai mereka diusir karena membuat keributan.Langit terlihat kesal hingga berdiri menjauh dari Nanda. Aruna menoleh kakak iparnya itu, lantas memilih mengikuti sang papa.Tak lama kemudian, dokter yang menangani penyakit Bintang keluar dan menjelaskan kondisi w
Clara pergi ke bengkel yang membawa mobilnya. Di sana ternyata sudah ada Zidan yang juga sedang membetulkan mobil bagian depan yang penyok karena menabrak bagian belakang mobil Clara.“Kamu sudah datang. Mobilmu sedang dicek seberapa parah kerusakan dan perkiraan perbaikannya,” ujar Zidan begitu Clara menghampirinya.Clara memandang pria itu, lantas mengeluarkan sesuatu dari tas.“Ini uang tabunganku. Tidak tahu apa cukup untuk memperbaiki mobilmu yang rusak. Meski mobilku paling parah, tapi aku yang salah,” ucap Clara sambil menyodorkan amplop cokelat ke Zidan.Zidan terkejut melihat apa yang disodorkan Clara. Dia memandang amplop itu, lantas memandang Clara yang sedikit menunduk berharap dirinya mengambil uang itu.“Tidak usah, aku masih bisa klaim asuransi. Kamu mau membuat laporan soal kecelakan ini saja aku sudah bersyukur, jika dianggap kecelakaan tunggal, aku tidak akan bisa klaim asuransi,” ujar Zidan sambil mendorong amplop itu ke arah Clara.Clara sangat terkejut mendengar a
“Kenapa kamu tega berbuat begini?” tanya Bintang saat sudah sadar.Bintang menatap Sashi yang hanya diam menunduk.“Jika kalian menikah hanya karena sebuah kontrak, pisah saja! Untuk apa mempertahankan pernikahan yang sejak awal sudah kamu permainkan!” tandas Langit begitu tegas.Sashi sangat terkejut mendengar ucapan Langit, hingga menatap pria itu sambil menggelengkan kepala.“Memang awalnya kami menikah karena kontrak, Dad. Tapi sekarang tidak, kami benar-benar saling mencintai. Tolong mengertilah, Dad.” Sashi menatap penuh harap ke ayahnya.“Mom, tolong percaya kepadaku,” pinta Sashi ke Bintang karena sang ayah mengabaikan ucapannya.Aruna sendiri merasa kasihan ke sang kakak yang sedang disalahkan. Semua takkan terjadi jika dia tak egois. Aruna ingin buka suara untuk membantu kakaknya bicara, tapi sebelum itu pintu kamar inap terbuka, terlihat sang kakek bersama nenek dan juga keluarga lain masuk.“Opa!” Sashi langsung berlari ke sang opa untuk meminta perlindungan. Dia tahu kala
Nanda memilih mengantar Rihana pulang bersama yang lain karena Sashi belum memberikan kabar. Dia tidak berani mendatangi kamar inap Bintang, sebab tak ingin memicu masalah lain.“Kamu tidak apa-apa?” tanya Rihana saat Nanda baru saja turun dari mobil.Nanda menoleh sang mama, hingga kemudian menjawab, “Aku baik-baik saja.”Rihana dan yang lain tak tahu jika Clara tak pulang, hanya Nanda yang tahu tapi sengaja tak memberitahu yang lain karena takut semua orang cemas.Saat orang-orang hendak masuk rumah. Sebuah mobil memasuki halaman rumah Rihana, membuat atensi semua orang tertuju ke mobil yang tak mereka kenal itu.“Siapa?” tanya Rihana ke Melvin.“Entah, aku juga tidak tahu,” jawab Melvin sambil mengamati mobil yang baru saja datang.Nanda memperhatikan mobil itu, hingga melihat Zidan yang keluar dari mobil. Tentu saja hal itu membuat Nanda sangat terkejut, kenapa Zidan datang ke sana.Zidan tersenyum sambil mengangguk saat semua orang memperhatikan dirinya. Dia kemudian menoleh Clar
“Ma.”Rihana menoleh saat mendengar suara Nanda memanggil.“Mama mau menemui Clara?” tanya Nanda karena melihat ke mana arah sang mama hendak pergi.Rihana mengembuskan napas kasar, hingga kemudian menjawab, “Ya, sepertinya mama perlu bicara dengannya.”“Boleh aku yang bicara dulu kepadanya?” tanya Nanda.Rihana mengangguk-angguk menjawab pertanyaan Nanda. Dia mempersilakan putranya itu untuk bicara dengan Clara lebih dulu, sedangkan dia menunggu di luar.Nanda pun izin pergi ke kamar Clara. Saat sampai di depan kamar adiknya itu, Nanda mengetuk pintu sebelum masuk. Dia juga membuka lebar pintu kamar agar tak mengundang fitnah.Saat masuk ke kamar adiknya itu. Nanda melihat Clara yang duduk sambil memeluk boneka kesayangannya.Clara tahu jika Nanda masuk, tapi dia sengaja memalingkan wajah.Nanda duduk di tepian ranjang, menghadap ke Clara yang tak mau memandangnya.“Sudah makan?” tanya Nanda dengan lembut.Clara tak menjawab pertanyaan kakaknya itu. Dia memilih tetap diam.Nanda mena
Nanda berjalan dengan cepat di koridor rumah sakit. Dia segera mendatangi tempat itu setelah mendapat panggilan dari Sashi yang memintanya datang.Saat hampir sampai di kamar inap Bintang, Nanda memperlambat langkah saat melihat Sashi yang ada di depan kamar.Sashi menoleh dan melihat Nanda. Dia memandang pria itu yang kini sedang berjalan ke arahnya.“Apa ada masalah?” tanya Nanda sambil langsung mengusap rambut Sashi.Sashi menggandeng tangan pria itu, lantas menjawab, “Aku sudah berusaha menjelaskan, kini tugasmu meyakinkan mereka.”“Mama sudah baik-baik saja? Aku takut jika sampai terjadi sesuatu lagi dengannya,” ujar Nanda yang mencemaskan kondisi mertuanya.“Iya, dia sudah baik. Ada Opa dan Oma juga di dalam. Apa pun yang mereka tanyakan, jawab jujur saja,” balas Sashi.Nanda mengangguk mendengar ucapan Sashi, mereka pun akhirnya masuk kamar inap bersama.Di dalam, sudah ada Bintang dan yang lain menunggu keduanya. Bintang hanya bersikap biasa, sedangkan Langit masih terlihat ke
“Jadi, kamu sekarang bersama Ansel?”Hanzel sangat terkejut mendengar ucapan Aruna yang mengatakan jika tak lagi ingin mengejar Bumi.Saat semua orang tegang di kamar inap, Hanzel dan Aruna malah memilih pergi ke kafe.“Ya, karena dia lebih menyukaiku ketimbang aku,” jawab Aruna kemudian menyedot jus yang dipesannya.“Jadi kamu sudah tidak mengharapkan Bumi lagi? Padahal sebelumnya sangat berusaha mendapatkannya,” ujar Hanzel keheranan.Aruna memandang Hanzel, kemudian membuang napas kasar dari mulut.“Sudah dibilang percuma mengharapkan kepala batu seperti Bumi. Sesuai namanya, dia sudah dipeluk,” balas Aruna mulai sebal karena Hanzel membahas Bumi.Meski dia mencoba menerima Ansel, tapi Aruna juga tak memungkiri masih memiliki rasa ke Bumi. Namun, meski begitu Aruna tetap berusaha menenggelamkan rasa itu agar dirinya bisa menjalin hubungan dengan baik bersama Ansel.“Baiklah, baiklah. Ansel juga baik. Kulihat dia juga tidak banyak gaya dan tidak banyak mantan,” ucap Hanzel dengan sa