Nanda berjalan dengan cepat di koridor rumah sakit. Dia segera mendatangi tempat itu setelah mendapat panggilan dari Sashi yang memintanya datang.Saat hampir sampai di kamar inap Bintang, Nanda memperlambat langkah saat melihat Sashi yang ada di depan kamar.Sashi menoleh dan melihat Nanda. Dia memandang pria itu yang kini sedang berjalan ke arahnya.“Apa ada masalah?” tanya Nanda sambil langsung mengusap rambut Sashi.Sashi menggandeng tangan pria itu, lantas menjawab, “Aku sudah berusaha menjelaskan, kini tugasmu meyakinkan mereka.”“Mama sudah baik-baik saja? Aku takut jika sampai terjadi sesuatu lagi dengannya,” ujar Nanda yang mencemaskan kondisi mertuanya.“Iya, dia sudah baik. Ada Opa dan Oma juga di dalam. Apa pun yang mereka tanyakan, jawab jujur saja,” balas Sashi.Nanda mengangguk mendengar ucapan Sashi, mereka pun akhirnya masuk kamar inap bersama.Di dalam, sudah ada Bintang dan yang lain menunggu keduanya. Bintang hanya bersikap biasa, sedangkan Langit masih terlihat ke
“Jadi, kamu sekarang bersama Ansel?”Hanzel sangat terkejut mendengar ucapan Aruna yang mengatakan jika tak lagi ingin mengejar Bumi.Saat semua orang tegang di kamar inap, Hanzel dan Aruna malah memilih pergi ke kafe.“Ya, karena dia lebih menyukaiku ketimbang aku,” jawab Aruna kemudian menyedot jus yang dipesannya.“Jadi kamu sudah tidak mengharapkan Bumi lagi? Padahal sebelumnya sangat berusaha mendapatkannya,” ujar Hanzel keheranan.Aruna memandang Hanzel, kemudian membuang napas kasar dari mulut.“Sudah dibilang percuma mengharapkan kepala batu seperti Bumi. Sesuai namanya, dia sudah dipeluk,” balas Aruna mulai sebal karena Hanzel membahas Bumi.Meski dia mencoba menerima Ansel, tapi Aruna juga tak memungkiri masih memiliki rasa ke Bumi. Namun, meski begitu Aruna tetap berusaha menenggelamkan rasa itu agar dirinya bisa menjalin hubungan dengan baik bersama Ansel.“Baiklah, baiklah. Ansel juga baik. Kulihat dia juga tidak banyak gaya dan tidak banyak mantan,” ucap Hanzel dengan sa
“Janji apa? Kenapa harus pulang? Mommy masih dirawat.”Sashi kebingungan karena Nanda tidak menjawab, tapi malah mengajaknya pulang.“Kamu harus menepati janji dulu, baru kita ke rumah sakit lagi. Aku tidak mungkin menagih di sana karena ini privasi,” ucap Nanda sambil menggandeng tangan Sashi masuk rumah.Sashi kebingungan dengan maksud Nanda. Hal privasi apa yang mengharuskan bicara di rumah.“Tunggu! Kamu mau ngajak apa, sih?” Tiba-tiba saja Sashi berpikiran negatif dengan apa yang akan dilakukan Nanda.Nanda tak menjawab pertanyaan Sashi. Dia mengajak istrinya masuk kamar, membuat Sashi semakin berpikiran ke mana-mana.“Bagaimana bisa kamu berpikiran seperti ini saat Mommy dirawat,” ucap Sashi menatap heran ke Nanda.Nanda mengerutkan alis mendengar ucapan Sashi, hingga kemudian membalas, “Memangnya aku berpikiran apa?”Sashi menatap bingung ke Nanda. Hingga suaminya itu memintanya duduk di tepian ranjang, membuat pikiran Sashi semakin ke mana-mana.“Kamu ini, bagaimana bisa minta
“Apa kata dokter?” tanya Anta—ayah Bumi saat datang ke rumah sakit untuk menjenguk Bintang.“Aku baik-baik saja, hanya sedang kurang sehat saja jadi kambuh,” jawab Bintang.Bintang dan seluruh keluarga sepakat merahasiakan masalah perjanjian kontrak antara Nanda dan Sashi untuk menjaga kemungkinan terjadi masalah yang tak diinginkan di kemudian hari.“Syukurlah kalau tidak apa-apa. Kamu sudah lama tidak kambuh, jadi hal ini tentu saja membuat semua orang cemas,” ujar Anta.Bintang mengangguk-angguk mendengar ucapan Anta.Bumi juga ikut menemani ayahnya menjenguk. Hingga dia melihat Aruna yang duduk tak acuh kepadanya. Bumi pun mencoba mendekati Aruna, lantas duduk di dekat gadis itu.“Di mana Sashi?” tanya Bumi karena tak melihat Sashi di sana.Aruna menoleh dengan ekspresi malas ke Bumi, lantas menjawab, “Pergi bersama suaminya.”Setelah menjawab pertanyaan itu, Aruna mengalihkan pandangan dari Bumi ke arah lain.Bumi menatap Aruna yang tak acuh, hingga kemudian menghela napas pelan.
“Mama jadi pulang hari ini?” tanya Nanda saat menghampiri Sashi di klinik.“Iya, siang tadi sudah pulang. Kita langsung ke rumah, ya. Aku mau mastiin kondisi Mommy,” ucap Sashi sambil merapikan meja.Bintang sudah diperbolehkan pulang setelah dirawat tiga hari dan dipastikan kondisinya benar-benar membaik. Siang tadi Sashi tidak bisa menjemput karena harus bekerja.Nanda menunggu Sashi selesai membereskan meja, Lani sendiri sudah pamit dulu karena merasa jadi orang ketiga di klinik itu.“Sudah selesai?” tanya Nanda.“Hm … ayo.” Sashi menyematkan tali tas di pundak, kemudian menghampiri Nanda.Nanda langsung menggandeng tangan Sashi tanpa penolakan. Satu hari yang lalu perusahaan heboh dengan informasi soal siapa Sashi, bahkan ada acara makan bersama sebagai syukuran masuknya Sashi sebagai bagian perusahaan.Tentu saja hal itu rencana Nanda yang dijalankan Lukas. Memang sengaja melakukan itu agar semua orang tahu Sashi istri Nanda, serta tak ada yang berani berpikiran buruk tentang Sas
Sashi dan Nanda saling lirik, lantas keduanya memilih ikut bergabung dengan yang lain di ruang keluarga.“Mama ke sini kenapa tidak bilang?” tanya Nanda dengan suara lirih.“Kenapa harus bilang? Mama ke sini ada urusan, sekalian jenguk mertuamu,” jawab Rihana dengan santainya.Bintang hanya tersenyum melihat Rihana dan Nanda saling bisik. Dia pun tak membahas soal surat kontrak Sashi dan Nanda, sebab berpikir Rihana tak tahu sehingga tak perlu diberi tahu karena takut menciptakan masalah baru.“Kami juga baru sampai, ke sini juga rencana dadakan karena kemarin tidak bisa menjenguk di rumah sakit,” ujar Rihana yang memang datang bersama Melvin juga Clara.Nana dan Bastian juga ikut, keduanya belum sempat pulang dan langsung diminta datang ke rumah Bintang, tapi tanpa memberitahu Nanda.“Padahal saya sudah baik-baik saja, jadi tidak enak karena kalian malah meluangkan waktu ke sini,” ujar Bintang.“Seharusnya kami yang tidak enak, karena kebetulan aku juga baru keluar dari rumah sakit,
“Pemuda tadi pacarmu?” Aruna tersedak sampai terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Sashi. Dia sedang minum di dapur saat sang kakak bertanya, membuatnya begitu terkejut mendengar suara Sashi. “Aku hanya tanya, kenapa kamu terkejut sampai begitu?” tanya Sashi sambil memberikan tisu ke Aruna. “Kamu mengejutkanku,” jawab Aruna saat sudah bisa berhenti batuk, lantas mengambil tisu dari Sashi. “Apanya yang mengejutkan? Aku hanya tanya, reaksimu saja yang berlebihan,” ujar Sashi sambil memperhatikan sang adik. Aruna menggelembungkan pipi mendengar ucapan Sashi, hingga kemudian membalas, “Aku benar-benar terkejut, bukan bereaksi berlebih. Lagian aku sedang minum, kamu datang-datang langsung bertanya.” Sashi melebarkan senyum mendengar adiknya mengeluh, hingga kemudian kembali bertanya, “Jujur padaku, dia pacarmu, kan? Kulihat dia tak seperti temanmu. Tapi aku bingung, apa kamu sudah pindah lain hati?” Aruna memanyunkan bibir mendengar ucapan sang kakak, tentu saja dia paham ke mana arah
“Sekarang kamu sudah lega? Hubunganmu dengan Aruna pun tampaknya sudah sanga baik,” ujar Nanda sambil memeluk Sashi yang baru saja berganti pakaian.Sashi menghela napas lega, lantas melirik Nanda yang meletakkan dagu di pundaknya.“Ya, aku lega. Setidaknya Mommy baik-baik saja, lalu hubunganku dengan Aruna membaik karena masalah kita,” balas Sashi sambil mengusap lengan kekar yang melingkar di pinggang.Nanda melepas pelukan, lantas memutar tubuh Sashi agar menghadap ke arahnya.“Sekarang kita fokus dengan rumah tangga kita,” ucap Nanda sambil menyingkirkan rambut Sashi yang sedikit berantakan.“Aku mau fokus melukis dan menjadi dokter,” balas Sashi menyangkal ucapan Nanda.Nanda terkejut hingga menatap Sashi dengan rasa tidak percaya.“Aku nomor berapa?” tanya pria itu sambil menatap penuh harap.Sashi berhitung dengan jari, kemudian menjawab, “Empat.”“Tidak bisa, aku mau nomor satu. Kamu harus memberiku nomor satu.” Nanda meraih pinggang Sashi, lantas sedikit meraba-raba hingga me