Share

Bab 42. Masa Kelam

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-01-20 13:16:26

“Ha?! Kamu beneran pakai ide-ku?!”

Yuike memekik, kaget mendengar cerita Manda ketika ia menelpon pagi ini.

“Aku nggak bermaksud pakai ide itu.” Manda membela diri. “Aku cuma lagi cerita sama Pak Raffael, tiba-tiba dia pecahin vas antik seharga Rp 600 miliar.”

Yuike menghela napas panjang, kemudian berkata, “Jadi, sekarang kamu harus bilang ke tante kalau kamu harus bayar dengan pura-pura jadi pacar bos-mu?”

“Iya.”

Yuike terdengar menarik napas, tetapi tak menghembuskannya. Manda pun tak tahu lagi harus mengatakan apa. Ia hanya bisa menutup mata, membayangkan entah apa yang akan terjadi setelah ia memberitahu keluarganya.

“Ngeri!” Yuike bergidik.

“Ish! Ini kan idemu!” protes Manda kesal. “Kenapa sekarang jadi kamu yang ngeri?!”

“Aduh! Nggak tau, ah!” Yuike panik.

Kemudian ia mencoba memberi ide lain, “Atau kau bisa cari alasan yang bukan soal menjadi pacar pura-pura. Orang tua mana yang mau anaknya diperlakukan begitu?”

Manda dan Yuike sama-sama terdiam.

Kemudian Manda berkata, “K
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 43. Usulan Camelia

    ‘Orang kaya ada aja masalahnya,’ batin Manda. Ia sudah berada di kursi kerjanya dan menenggelamkan diri dalam pekerjaan. Ia tidak ingin memikirkan cerita masa lalu Raffael, tetapi tidak mungkin baginya untuk menutup mata setelah mendengar semua.“Waduh, kenapa lagi Bu CEO ke sini?” bisik para staf, menarik perhatian Manda. Ia mengangkat kepalanya, melepas pandangan dari layar laptop dan melihat Camelia tengah berjalan menuju ruang Raffael. ‘Astaga. Mau ngapain lagi mereka? Apa mau berantem lagi?’ batin Manda, lelah.Karena tak mendekatinya, Manda memutuskan untuk tak mempedulikan kehadiran Camelia. Dan lagi, laporannya dibutuhkan hari ini untuk rapat.Sementara itu, di ruang kerja Raffael, suasana berubah tegang. Raffael menatap Camelia yang dengan santainya masuk dan duduk di salah satu sofa, seolah ruangan itu tak berpenghuni. Tak ada angin tak ada hujan, Camelia berkata, “Seharusnya kau benar-benar memacari Manda. Dia manis, lho?” Tidak mendapat jawaban, Camelia menambahkan,

    Last Updated : 2025-01-20
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 44. Bully!

    “Mau!” Manda tak sadar meninggikan suara. Terkejut dan senang karena sekretaris CEO yang terkenal judes itu mau menemaninya. “Ini pertama kalinya saya makan di kantin kantor,” lanjut Manda.“Baik. Kita ketemu di depan lift lantai 3.”Antusias Manda ternyata tak serta merta menular pada Lyn. Gadis berkacamata itu menjawab dengan nada datar seolah tak tertarik. Sayang, Manda tak bisa melihat senyum tipisnya.Dengan langkah riang Manda segera menuju lift dan turun ke lantai 3. Tak sampai 2 menit, Lyn pun muncul dari lift lain. “Lyn!”Wajah Lyn terlihat datar saat membalas sapaan Manda dengan gumaman pelan. “Mm.”Untungnya, Manda bukan tipe yang ikut canggung saat bertemu orang seperti Lyn. Dengan santai ia tetap memulai percakapan demi percakapan, walau balasannya mungkin singkat dan bahkan tak ada.“Aku belum pernah makan di sini. Apa kau ada rekomendasi?”Lyn mengangguk. “Mm. Beef teriyaki ibu kantin. Enak.”Dan tanpa menunggu jawaban Manda, ia sudah berjalan menuju stan yang dimaks

    Last Updated : 2025-01-21
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 45. Lyn dan Keantikannya

    “Astaga, seger mataku!”Pekik laki-laki tersebut dengan suara riang. Walau Manda sudah masuk lagi ke dalam kamar mandi, tetapi ucapan kurang ajarnya itu masih terdengar. “Mbak, maaf, maaf. Saya keluar lagi deh,” ujar orang itu masih sambil terkekeh. “Salah yang naruh kulkas sih, di deket kamar mandi.”Manda memutar bola matanya. ‘Mana kutahu siapa yang taruh kulkas di situ! Orang mesum!’ rutuknya dalam hati.Setelah ia tak lagi mendengar suara dari luar, perlahan ia membuka pintu dan malah terkejut dengan keberadaan Lyn yang berdiri di depan pintu tanpa suara. “Maaf, tadi saya sedang ke ruang dokumen. Pak Gideon ternyata datang berkunjung.” Manda sedikit merasa malu karena kecelakaan kecil barusan sudah diketahui Lyn. “Nggak apa-apa, Lyn. Saya cuma kaget banget.”“Saya jaga di sini, kamu ganti baju aja.”Menerima perlakuan baik Lyn, Manda pun berterima kasih. Ia segera berpakaian.Rasa penasaran kembali menggelitik. “Siapa orang itu? Kok bisa masuk ke ruangan?”“Pak Gideon sepupu t

    Last Updated : 2025-01-21
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 46. Skandal

    “Ehehe …”Camelia menatap malas pada Manda. “Jangan ‘ehehe’ saya. Ayo, ikut!”Baru saja Camelia menggenggam tangan Manda dan berbalik untuk membawanya kembali ke ruangan, suara Raffael terdengar dari pintu tangga darurat. “Manda!” Nadanya panik.Camelia dan Manda terlihat keheranan. “Raffa? Ada apa kamu sampai ngos-ngosan begitu?” tanya Camelia. Mengabaikan pertanyaan sang kakak, Raffael meraih pergelangan tangan Manda dan menariknya pelan. “Ayo, ke ruanganku dulu.”“Nggak bisa.” Camelia menarik lengan Manda satu lagi. “Aku duluan yang punya janji dengan Manda.”Di tengah pertentangan itu, Lyn tiba-tiba muncul. “Bu Camelia, Pak Gideon sudah menunggu di ruangan.”“Ha?! Ngapain tua bangka itu datang ke sini?” keluh Camelia kesal. Mau tak mau, ia akhirnya melepas genggaman tangannya pada Manda. “Manda, nanti saya ke ruangan kamu.”Manda ingin menjawab, tetapi Raffael sudah menuntutnya untuk segera pergi dari sana. “Ada apa, Pak? Kenapa panik?” tanya Manda selagi mereka menuruni tangg

    Last Updated : 2025-01-21
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 47. Setelah Insiden

    “Hentikan kebiasaanmu komentar spontan, Giddy!” Camelia menepuk sedikit kencang punggung Gideon yang tadi berpapasan dengan Manda saat keluar dari kamar mandi. “Bu Camelia?!” pekik Manda saat berusaha bangun dari jatuhnya. “Anu … ini saya nggak sengaja terjatuh.”Manda berpikir kalau ia harus mencari alasan agar tidak ada yang mencurigai hubungannya dengan Raffael.“Ngapain kau di sini, Gideon?” tegur Raffael. “Pantas saja Emilia ada di kantorku juga.”Ia berdiri dan mengebaskan debu yang mungkin menempel pada celana dan kemejanya. Tak menggubris ocehan Raffael, Gideon malah berkomentar pada Manda. “Kamu banyak sialnya ya? Tadi papasan pas kamu nggak pakai baju. Sekarang pas kamu jatuh menimpa Raffa.”Kali ini Camelia benar-benar memukul Gideon. “Ha?! Nggak pakai baju? Kamu ngintip Manda, Gid?!”Raffael pun spontan menoleh ke arah Manda. Wajahnya mengkerut penuh tanya pada sang sekretaris. Wajah Manda terlihat memerah karena insiden tadi malah diceritakan seperti sebuah lelucon.

    Last Updated : 2025-01-22
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 48. Menahan Perhatian

    “Berdua?” tanya Elena penasaran. Merasa sang kepala sekretaris itu mulai curiga, Manda terpaksa berbohong. “Nggak tahu, Bu. Tadi Pak Raffael cuma suruh saya ke sana 10 menit setelah dia kirim pesan.”“Jangan-jangan dia udah tahu kamu di bully?” tebak Melly, mulai membuka topik baru untuk bergosip. “Apa Karin bakal dipecat?” Tak mau terlibat lebih jauh dengan pembicaraan itu, Manda pun segera pamit ke ruang rapat yang disebutkan Raffael tadi.Tiba di sana, ternyata tak seperti dugaannya. Sudah ada Camelia dan Gideon di sana. Juga ada seorang wanita muda yang duduk bersebelahan dengan Gideon. “Selamat siang!” Manda menyapa seraya memasuki ruang rapat itu.Ia merasa canggung berada di antara para petinggi perusahaan. Padahal baru juga beberapa hari ia bekerja. Gideon terkekeh. “Ada apa dengan salam kaku itu? Kita sudah ketemu tadi.”“Abaikan dia, Manda.” Raffael menarik kursi kosong di sebelahnya, memberi isyarat agar sekretarisnya duduk dekat.Manda menurut. Lagi pula, ia memang ada

    Last Updated : 2025-01-22
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 49. Cerita Temannya Temanku

    “Mungkin.”Manda menjawab setelah lama berpikir. “Mungkin, secara nggak langsung, Pak. Karena bukan salah saya juga kalau tiba-tiba saya dipindah dari posisi yang seharusnya.”Kali ini, giliran Raffael yang berpikir lama. ‘Yeah. Kurasa dia benar. Seharusnya dia bukan sekretarisku.’ Begitupun, sang presdir sepertinya belum ingin mengakui kesalahan. Ia hanya menyimpannya dalam hati. “Saya ada janji dengan Pak Mahen malam ini,” ujar Raffael menyudahi topik sebelumnya. “Kamu mau saya antar pulang atau saya pesankan taksi?”Kening Manda berkerut, heran kenapa seolah ia sedang diminta pulang lebih cepat. “Memangnya kenapa?”“Bajumu.” Raffael mengingatkan. “Kalau kau naik kendaraan umum, apa nyaman?” ‘Ah! Bisa-bisa aku kena sasaran orang jahat pakai baju mahal begini.’“Nanti saya pesan taksi, Pak.”Raffael menatap Manda dengan seksama. Ia ingin gadis itu memintanya untuk membayari taksi atau memesankan taksi, tapi dari jawaban yang ia terima, jelas ia ingin melakukannya sendiri.“Oke. Sa

    Last Updated : 2025-01-22
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 50. Speaker Bocor

    “Manda, apa kamu dapat kabar dari Pak Raffael?”Manda melirik jam tangannya kemudian menggeleng. “Belum, Bu. Apa saya coba tanya saja?”Elena mengangguk. “Boleh. Nggak biasanya dia terlambat datang.”Hati Manda tiba-tiba terasa berat. Sejak kemarin, sang atasan sama sekali tidak mengganggunya. Kalau Raffael yang biasa, dia pasti sudah dapat pesan macam-macam soal pekerjaan. Manda jadi takut, kalau-kalau terjadi sesuatu dengan bos-nya setelah bertemu Mahen.“Bu El, Ibu tahu rekanan bisnis kita yang namanya Pak Mahen?” tanya Manda sebelum mengirim pesan pada Raffael.Dahi Elena berkerut, mencoba mengingat-ingat. “Mahen?”Manda mengangguk.Tak lama, Elena menggelengkan kepala. “Belum pernah dengar saya. Memang kenapa?”“Kemarin, Pak Raffael bilang kalau dia ada janji dengan Pak Mahen.”“Kalau gitu, apa kamu coba kontak Pak Mahen itu?” usul Elena. Manda menggeleng. “Saya nggak ada nomornya. Pak Raffael nggak bolehin saya kontak mereka. Bahkan sekretarisnya juga. Saya nggak boleh ada kon

    Last Updated : 2025-01-23

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status