Share

Bab 194. File Musik

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-14 10:13:51

“Raffa!” pekik Manda terkejut. “Raffa!”

Manda terus memanggil nama suaminya itu, putus asa. Sejak suara dentuman yang kencang tadi, Raffael tak lagi bicara. Sambungan telepon mereka pun tak terputus. Dan kini ia mendengar banyak suara rintihan.

Diana yang mendengar teriakan putrinya pun langsung berlari menuju taman belakang rumah mereka. “Manda?! Ada apa?”

Wajah Manda sudah pucat pasi. Air mata membasahi pipinya. Ia punya gambaran apa yang terjadi pada suaminya, tapi ia tak sanggup membayangkan.

Sekejap, kesadarannya menghilang.

“Manda!” pekik Diana panik.

Semua teriakan itu membuat Bintang menangis karena terkejut. Suasana begitu kacau. Rowan tidak sedang di rumah dan ia tidak tahu harus bagaimana.

Untungnya, Cal yang tengah berada di teras segera datang. Sebenarnya, ia bermaksud menyampaikan kabar soal Raffael pada majikannya, tetapi ia malah terkejut melihat Manda pingsan di pangkuan Diana.

“Astaga, Nyonya! Apa yang terjadi?!”

“Cal, tolong aku angkat Manda. Aku akan urus Binta
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 195. Mencari Tahu

    “Hm ….” Black mengamati tulisan yang ada di setiap file musik itu kemudian menyimpulkan, “Sepertinya ini file rekaman. Apa Tuan Raffa suka nyanyi?”Camelia yang tengah bersedih bahkan bisa mendengus geli mendengar pertanyaan Black. Membayangkan Raffael melakukan rekaman benar-benar seperti dunia terbalik. Penasaran dengan isi file itu, Camelia pun segera menekan tombol ‘play’. Ia malah terkejut karena suara Manda terdengar dari sana. “Ah … rekaman percakapan mereka?” tebak Black yang mendapat anggukan Camelia. Camelia langsung menghentikan rekaman itu dan menghela napas panjang. “Nggak ada yang bisa kita temukan dari sini.”Black mengangguk setuju. Ia malah takut jika ada rekaman pribadi yang tak boleh mereka dengarkan. Namun, pikirannya cukup terganggu. ‘Apa mungkin si Bos rekam semua percakapan teleponnya sama si nyonya.’Dengan ragu, Black meminta agar Camelia memainkan file paling atas. Ia penasaran dengan sesuatu. Dan kalau dugaannya benar, mungkin saja Raffael meninggalkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 196. Benang Mulai Terurai

    Sementara Raffael masih berjuang melawan maut, Black bergerak sendiri dengan semua catatan yang ia dapatkan. Setelah Camelia sedikit tenang, ia juga membahas mengenai pemikirannya.“Aku akan meminta yang lain ke sini. Kurasa mereka bisa membantumu juga, Black.” Camelia mengusulkan. “Ide bagus, Nyonya.”Setelah menunggu cukup lama, Damian dan George datang. Tentu saja Chin Han sedang dalam perjalanan dari Surabaya tanpa perlu diberitahu.“Bagaimana kondisi Raffael dan suamimu?” tanya Damian dengan wajah kalut. Ia tak menyangka penyelidikan mereka akan berbuah hal buruk seperti ini. George pun mengutarakan usulannya, seolah tahu kalau Damian juga berpikiran sama. “Kurasa kita harus hentikan mencari pria bernama Zach itu.”Namun, Black menolak. “Tidak, Tuan-tuan. Sepertinya saya sudah bisa menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.”Semua orang yang mendengarkan mengerutkan dahi. Tak yakin dengan apa yang bisa dilakukan seorang bodyguard yang baru saja bergabung.Black tak peduli. Ia

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 197. The Bodyguard

    “Mohon maaf, Nyonya Camelia. Hanya ini cara yang saya bisa pikirkan untuk membuat Nyonya Manda tenang.”Cal bahkan membungkuk, walau mereka tidak saling lihat, karena hanya melalui sambungan telepon.“Tidak apa-apa, Cal. Pikiranku penuh dengan Reinhart. Aku bahkan lupa kalau Manda pasti di sana lebih panik karena nggak bisa ke sini. Akan kukabari lagi kalau ada progres dari Raffa.”Setelah menutup teleponnya, Cal menghela napas panjang. Ia tak ingin berbohong, tetapi majikan perempuannya sampai tidak mau makan atau minum dan hanya termenung saja di tempat tidurnya. ‘Kurasa hal seperti ini nggak pernah terjadi di hidup nyonya Manda. Dia pasti sangat terpukul,’ batin Cal. Namun, mereka tidak tahu, bahwa Manda menyadari kebohongan itu. Bagaimana mungkin Raffael sadar hanya dalam beberapa jam setelah operasi.Dengan tabrakan yang membuat 5 orang langsung tak sadarkan diri itu, mungkin butuh waktu lebih lama untuk bisa pulih. Manda menghargai niat di balik kebohongan putih sang kakak ip

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 198. Sadar

    “Keluarga Pak Reinhart?!” seru seorang suster dari pintu ruang operasi. Netra Camelia terbuka lebar mendengar nama suaminya. Ia segera berlari mendapatnya suster itu dan bertanya, “Ada apa, Sus?”“Pasien sudah lewat masa kritis. Tapi, dokter belum memperbolehkan keluar dari ICU. Pak Reinhart meminta saya untuk memanggilkan keluarganya.”Air mata haru pun membasahi wajah Camelia sekali lagi. Ia bergegas mengikuti prosedur untuk memasuki ruangan khusus tersebut dan melangkah semakin dalam menuju ruangan sang suami.Banyak kabel dan selang terhubung dari mesin ke tubuh suaminya, membuat Camelia tak bisa menahan air mata. “Reinhart ….” Camelia berbisik. Ia ingin melihat bola mata sang suami lagi tetapi juga tak ingin mengganggu istirahatnya. Bisikan Camelia ternyata didengar oleh Reinhart. Pria itu langsung membuka mata dan tersenyum.“Kau nangis?” kekeh Reinhart lemah.Camelia menggenggam tangan Reinhart erat dan mendekatkan dengan wajahnya. “Kau tahu aku lemah kalau sampai kau pergi,

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 199. Menjebak Penjahat

    “Kurasa ini sudah bukan urusan kita, Raff.” Reinhart memberi masukan. Raffael pun setuju. Kalau sudah seperti ini, sudah masuk ranah pihak berwajib dari negara untuk turun tangan. Black angkat bicara. “Dia pikir kita nggak punya bukti kejahatan dia. Kalau sudah begini, sebaiknya langsung saja. Tangkap Derek. Kejar Zacharius diam-diam.”“Kalau begitu, tolong urus, Black. Aku mau telpon istriku dulu.” Raffael tersenyum lebar, menyerahkan semua pada kakak iparnya. Reinhart tergelak melihat wajah tak setuju Black. “Sana telpon Manda! Dia pasti panik.”Regan segera memindahkan Reinhart kembali ke ruangannya dan membiarkan sang majikan menikmati waktu pribadinya. Sepeninggalan mereka, Raffael mencoba menghubungi Manda. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menekan tombol hijau, lalu terkekeh sendiri terhadap apa yang ia rasakan saat ini. Canggung dan penuh antisipasi. Seperti mereka yang pertama kali berpacaran. ’Kurasa aku memang sudah gila.’ Nada sambung kedua setelah ia menyentuh to

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 200. Jebakan Murah

    “Te–tenang dulu!” Derek menarik dan mengangkat dua tangannya, menandakan ia tidak bermaksud jahat.“Ken. Biarkan dia!” perintah Camelia pelan, setelah menenangkan diri. “Apa yang Pak Derek perlukan?”“Ah … tidak.” Derek menggaruk kepala belakang yang terasa seperti ditusuk-tusuk, membuat gatal. “Saya hanya berpikir apakah tamu Bu Camelia itu orang yang saya kenal atau bukan.”“Alana?” tanya Camelia berusaha tampil seolah ia tidak tahu apa-apa. “Apa bapak mengenal Alana?”Tergesa, Derek membantah. “Be–belum tentu, Bu. Saya–anu, kalau boleh saya cuma akan lihat saja. Saya juga kurang akrab. Hanya pernah kenal saja.”Alasan yang dikatakan dengan ragu dan terbata itu membuat Camelia mengerutkan dahi. Namun, kemudian ia menghela napas panjang dan berkata, “Silakan saja, Pak.”Camelia melanjutkan langkahnya, mengikuti Lyn dan resepsionis menuju lantai lobi, di mana mereka akan bertemu Alana.‘Apa yang sebenarnya terjadi?! Bukannya Alana sudah tiada?!’ batin Camelia penuh tanya. Saat merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-16
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 201. Pria Dewasa Yang Kekanak-kanakan

    “Tuan—”“Astaga, Raffael!” pekik Manda panik. Raffael–suaminya, berdiri di depan pintu rumah mereka dengan cengiran paling lebar. Perban di kepalanya bahkan belum dijadwalkan untuk dibuka. Plester luka di mana-mana. Dan pria itu ada di depan matanya sekarang. “Kamu kabur dari rumah sakit?!” tebak Manda sambil menggandeng suaminya masuk ke dalam. Diana dan Rowan yang sedang menikmati sarapan pun terkejut. Langsung meninggalkan piring mereka dan menghampiri sang menantu.“Oh, my! Kau ini sudah sembuh dan bisa keluar atau bagaimana, Nak?” tanya Diana. “Apa mereka mengusirmu?”Ia menyalahkan rumah sakit di Jakarta yang membiarkan Raffael keluar dari sana dengan kondisi seperti itu. Raffael terkekeh mendengarnya. Namun, kalimat yang ingin ia utarakan malah dicuri oleh Manda. Sang istri berkata, “Siapa yang berani ngusir Raffael, Ma? Dia pasti kabur ini!”Manda ingin mencubit tubuh Raffael, tapi ditahannya. Ia tak mau menambah luka tak penting di tubuh suaminya itu. “Ah, sudahlah!” M

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 202. Kembali Ke Ibukota

    “Mma! Mma!” Bintang mungil berteriak-teriak meminta perhatian Manda. Ibunya itu tengah menyeka tubuh suaminya yang belum bisa banyak terkena air. “Hey, boy! Kamu sudah bisa panggil mamamu, hm? Apa kamu sedang protes?” kekeh Raffael sambil mencoba mengundang putranya untuk merangkak menaiki kaki.“Raffa, jangan kasih kakimu!” tegur Manda. “Aku nggak tahu kondisi kakimu. Gimana kalau patah?!”Raffael tergelak. “Nggak, Hon. Nggak ada patah kakiku. Rusuk doang ini.”Manda memutar bola matanya, heran karena Raffael seperti tidak ambil pusing dengan luka-luka di tubuhnya. “Mma!” pekik Bintang lagi, sepertinya mulai kesal karena Manda tak kunjung memperhatikannya.“Tuh lihat, dia mau naik, Hon. Aku nggak bisa angkat dia kan.”“Biarin aja. Biar dia usaha sendiri.” Namun, setelah bicara begitu, Manda malah berlutut di pinggir kasur, memberi putranya itu pegangan agar bisa berdiri di dekatnya. Raffael tersenyum haru melihatnya. Ia pikir istrinya tidak akan menolong, tetapi tetap menyiapkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-17

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status