Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 186. Safe Zone, Blind Spot!

Share

Bab 186. Safe Zone, Blind Spot!

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-03-10 20:37:59

“Belum juga keluar suamimu, Nda?” tanya Diana.

Manda menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Suaminya itu hanya mengatakan ia ada rapat malam, tetapi hati Manda tak percaya dengan ucapan Raffael.

Tak bisa dibohongi. Wajah Raffael hari ini terlihat sangat tidak tenang. Seolah ada hal yang mengganggunya, tetapi tidak bisa ia utarakan.

Selama bekerja dengannya, Manda tahu, tidak pernah Raffael punya jadwal untuk rapat malam hari. Jangankan malam, siang saja kalau bisa akan ia hindari.

“Menurut Mama, apa ada hal buruk yang terjadi?” tanya Manda khawatir.

“Hal buruk? Yang seperti apa maksudmu, Nak?”

Manda mengangkat bahu. “Mungkin dia dapat ancaman dari orang tuanya? Atau malah dia diganggu Catherine Soreim itu? Atau apa? Aku sama sekali nggak bisa menebak.”

Diana menghela napas panjang. Ia juga tak setuju putrinya dibiarkan dalam area buta seperti ini, tetapi ia yakin, menantunya itu pasti punya alasan.

“Mama rasa, kamu harus jelaskan ke Raffa, Nak. Tidak ada untungnya ka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 187. Ketenangan Yang Mencekam

    “Untuk sementara, tolong jangan keluar rumah kalau tidak penting.”Raffael mengumpulkan keluarganya pagi ini dan menjelaskan dengan singkat apa yang sedang ia takutkan. Wajah Diana dan Rowan terlihat pucat, sementara Manda yang sudah mendengar cerita itu semalam tak lagi kaget.Ia ikut berpikir keras, kalau-kalau ada yang bisa ia lakukan untuk meringankan beban sang suami. “Manda, aku dan Camelia memutuskan untuk tidak ke Jogja dulu sampai masalah ini selesai. Aku nggak mau mereka tahu tempat ini.”Kali ini Manda tertegun mendengar ucapan Raffael. Ia ingin bertanya berapa lama, tetapi ia juga tahu jawabannya. Tidak ada yang tahu berapa lama masalah ini akan berlangsung. Raffael memeluk erat istrinya yang terlihat kaget dengan keputusan itu. “Aku akan cari cara untuk membereskan ini. Anggap saja aku lagi dinas luar negri. Oke?”Manda mengangguk lemah. “Mm. Oke.”Sekitar pukul 9, sebuah mobil tak dikenal berhenti di depan rumah. Cal yang sudah diberitahu Raffael pun langsung membukaka

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 188. Menelusuri Otak Seorang Penjahat

    Netra Raffael membulat penuh kengerian. Ia tak perlu berbalik untuk melihat siapa yang menghadang langkahnya dari belakang. “Regan!” Raffael memerintahkannya untuk segera mengamankan perempuan di belakangnya itu. “Raff! Dengar aku dulu! Kau salah paham! Aku—aku dihipnotis! Semua yang kukatakan saat itu tidak ada yang benar!”Hati Raffael goyah. Bukan soal cinta, tapi soal apa yang harus ia percayai. Apakah benar, pengakuan Alana dulu soal dirinya yang sudah bertunangan dengan Zach sebulan sebelum pertunangannya dengan Raffael hanyalah karena hipnotis? Atau semua ini hanyalah akting semata. “Bawa dia pergi dari sini!” sentak Raffael sambil melanjutkan langkahnya. “Beritahukan larangan untuk menerima orang ini di RAFTEN!”“Siap, Bos!”Namun, Alana berteriak lebih kencang. “Kau akan menyesal kalau nggak mendengarkan aku, Raffa! Zach! Zach! Dia–dia masih hidup!”Spontan Raffael berbalik. Menatap wajah Alana, berusaha mencari kebenaran dari ucapan putus asanya tadi. Wanita itu sudah

    Last Updated : 2025-03-11
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 189. Pertemuan Pertama

    “Bos. Perempuan itu datang lagi.”Regan melaporkan hasil pengamatannya, selama 3 hari ini. Alana tak berhenti mengunjunginya, seolah hidupnya bergantung pada pertemuan itu. ‘Apa yang sebenarnya diinginkan perempuan itu?’ batin Raffael bertanya-tanya. Hatinya tergerak untuk menemui Alana. Menyelesaikan semuanya. Sekali untuk selamanya.“Apa yang dia lakukan kalau datang?” tanya Raffael. Ada keraguan saat melontarkan kalimat itu.Regan berpikir sejenak kemudian menjawab, “Tidak ada hal yang signifikan. Hanya berdiri lalu menatap gedung ini. Kadang berjongkok atau bersandar di pagar kantor.”Mau tak mau, pikiran Raffael melayang ke tahun-tahun di mana mereka punya kenangan manis bersama. Di dalamnya, ada banyak hal yang tidak orang tahu, tetapi Raffael tahu. Salah satunya adalah kondisi darah rendah wanita itu yang selalu menjadi kekhawatiran Raffael dahulu kala. Namun, hatinya merasa was-was. “Amati terus. Saya nggak mau dia tiba-tiba pingsan di depan kantor karena kelelahan.”“Baik

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 190. Setelah Pengkhianatan

    “Tidak! Aku tidak tahu di mana orang itu!” elak Alana. Dahi Raffael berkerut, tak percaya. “Ha! Kamu pikir saya percaya?”Netra Alana mengikuti tubuh Raffael yang sudah berdiri dengan wajah kesal. CEO RAFTEN itu membentaknya, “Kalau kamu tidak bermaksud mengatakan kebenaran, jangan datang menemui saya lagi!”“Tunggu!” tahan Alana putus asa. “Aku hanya tahu, kalau Zach belum mati.” Walau mendengar ucapan Alana yang sebenarnya, Raffael tetap tak berhenti. Katanya, “Ceritakan saja pada pengacara dan bodyguard saya!”Tanpa menunggu lagi, Raffael keluar dari ruang VIP. Tanpa Regan dan Natasya. Ia memilih menunggu di mobil daripada harus satu ruangan dengan Alana.“Aku ingin menelepon Manda,” ujarnya pada sopir kantor yang ada di dalam mobil.Bergegas, sopir itu keluar untuk memberikan ruang bagi atasannya agar leluasa menghubungi sang istri. “Hai, Raff!” sapa Manda dengan penuh semangat. Wajah Raffael yang tadinya muram kini terlihat bersemangat melihat wajah sang anak berada dekat de

    Last Updated : 2025-03-12
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 191. Badai Yang Bersembunyi

    “Aku akhirnya ketemu Alana.”Pernyataan Raffael itu membuat semua yang mendengar terkejut. Camelia bahkan hampir menyemburkan teh yang sedang disesap ke layar laptop.“Apa kau sudah gila, Raff?!” sentak Damian, mewakili kekagetan mereka.Namun, alih-alih mengomentari ucapan Damian, Raffael malah memindah fokus kameranya pada sang pengacara. “Natasya saja yang jelaskan,” ujar Raffael lelah. “Aku kemarin cuma 10 menit lihat Alana dan muak.” Netra Natasya mengerjap cepat. Ia belum siap saat wajahnya sudah terpampang di layar. “Astaga! Maafkan adik saya, Natasya. Dia menyusahkanmu dengan hal seperti ini.” Camelia menatapnya dengan perasaan bersalah. Karena dia yang mengenalkan Natasya pada Raffael.“Gak apa-apa, Bu. Saya dapat bayaran tinggi buat kasus ini,” kekehnya ringan. “Langsung saja, Nat,” pinta Reinhart. “Saya penasaran apa yang kamu dapat dari Alana.”Natasya mengangguk paham. Ia pun mulai menceritakan apa saja yang dikatakan Alana saat makan siang tadi. “2 tahun lalu, seora

    Last Updated : 2025-03-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 192. Kejanggalan

    “Bagaimana? Ada kemajuan?” tanya Raffael pada Natasya. Satu minggu sudah berlalu sejak terakhir kali mereka bertemu Alana. Dan pagi tadi, Natasya kembali melakukan interogasi dengan wanita itu. Natasya terlihat kelelahan. Sepertinya otaknya pusing memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dibalik semua ini. “Alana berkata bahwa ia tidak bisa lagi tinggal di rumah pria itu. Karena banyak orang mempertanyakan hubungan mereka. Sepertinya pria itu hanya kasihan saja dengan Alana.” Natasya menjelaskan hasil pertemuan mereka. Dahi Raffael mengerut. Ia jadi bertanya-tanya, apakah Alana sedang bertingkah mencari perhatian atau memang seperti itu kenyataan yang dihadapi.“Lalu?”Natasya melanjutkan, “Ia sudah menanyakan alasan si pria pemilik rumah soal dia yang memberitahunya soal kematian Zach, bahkan memberikan nomornya.”Sang pengacara mengambil napas sejenak, karena sepertinya mereka kembali menemui jalan buntu. “Jawaban pria itu, menurutku hanyalah hal normal,” komentar Natasya. Kemudi

    Last Updated : 2025-03-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 193. Jalan Di Tempat

    “Kami tidak pernah punya anak dengan nama Zach, Pak.”Pernyataan Samuel—pemilik panti asuhan yang mereka datangi, lagi-lagi membuat kekecewaan semakin besar. “Lalu, apa bapak tahu siapa Kenneth ini?” tanya Reinhart sambil menyerahkan berkas yang mereka temukan di rumah Zach.Pria tua tersebut mengangguk. “Dia anak yang brilian. Diadopsi oleh sepasang suami istri.”Reinhart dan Raffael langsung mendelik. “Apa ada datanya? Suami-istri itu?”Samuel mengangguk. Ia segera meminta satu-satunya staf yang dimiliki untuk mencarikan dokumen tersebut.Sementara menunggu, mereka berbincang-bincang. Tentu saja si pemilik panti bertanya-tanya apa tujuan mereka mencari tahu soal Kenneth dan keluarga barunya itu. “Ah … kami juga cukup bingung menceritakannya. Tapi kami bersumpah, bahwa semua ini bukan untuk tujuan yang buruk, Pak Samuel.”“Aku tidak yakin kalian akan menemukan kejahatan dari Kenneth. Dia anak yang manis.”Raffael dan Reinhart mengangguk saja. Tentu saja, sang pemilik tidak akan tah

    Last Updated : 2025-03-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 194. File Musik

    “Raffa!” pekik Manda terkejut. “Raffa!”Manda terus memanggil nama suaminya itu, putus asa. Sejak suara dentuman yang kencang tadi, Raffael tak lagi bicara. Sambungan telepon mereka pun tak terputus. Dan kini ia mendengar banyak suara rintihan.Diana yang mendengar teriakan putrinya pun langsung berlari menuju taman belakang rumah mereka. “Manda?! Ada apa?”Wajah Manda sudah pucat pasi. Air mata membasahi pipinya. Ia punya gambaran apa yang terjadi pada suaminya, tapi ia tak sanggup membayangkan. Sekejap, kesadarannya menghilang.“Manda!” pekik Diana panik. Semua teriakan itu membuat Bintang menangis karena terkejut. Suasana begitu kacau. Rowan tidak sedang di rumah dan ia tidak tahu harus bagaimana. Untungnya, Cal yang tengah berada di teras segera datang. Sebenarnya, ia bermaksud menyampaikan kabar soal Raffael pada majikannya, tetapi ia malah terkejut melihat Manda pingsan di pangkuan Diana. “Astaga, Nyonya! Apa yang terjadi?!”“Cal, tolong aku angkat Manda. Aku akan urus Binta

    Last Updated : 2025-03-14

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status