Beranda / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 164. Tamu Tak Diundang

Share

Bab 164. Tamu Tak Diundang

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 11:13:23

‘Raffael?! Adinata?!’ pekik Manda dalam pikirannya.

Gadis manis bergaun baby doll itu membeku di tempat duduknya, sementara Yuike setengah mati menahan tawa.

“Ke! Itu nama suamiku bukan sih?” tanya Manda berbisik. “Tapi aku nggak dapat info seperti ini.”

“Bener juga, jangan-jangan namanya aja yang sama,” komentar Yuike masih saling berbisik.

Para tamu pun mulai kasak-kusuk mencari tahu siapa yang mengenal pria sehebat itu. Dan saat ini kandidat tebakan mereka adalah teman wanita mereka yang bernama Laura.

Sejak dulu dia selalu menjadi ratu sekolah. Paling cantik, paling kaya dan paling pintar.

“Pasti si Laura nih. Gile sih!” bisik salah satu teman Manda yang ada di meja depan.

Wanita bernama Laura itu sadar bahwa dirinya diperhatikan sedemikian rupa dan langsung memasang wajah bangga penuh keangkuhannya.

Seolah ingin menegaskan bahwa tebakan mereka benar, tapi tanpa sebuah pengakuan. Jadi, tidak akan dicap sebagai pembohong.

“Mending kamu tanya dulu sama suami kamu, Nda.” Yuike
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 165. Donatur Sumpit Emas

    “Astaga! Aku sampai lupa kalau ini acara tertutup ya. Apa saya boleh bayar saja?” Manda sudah bersiap membayar dengan membuka aplikasi perbankan di ponselnya. Kedua panitia yang menghampiri saling bertatapan. Kemudian salah satunya menjawab, “Mm … kita nggak ada kepikiran bakal ada yang bawa tamu, Nda. Tapi satu orang tuh dikenain Rp 1,5 juta.”Manda mengangguk. Kalau hanya segitu, ia masih bisa bayar. Namun, kalau hal seperti ini terjadi saat dulu ia masih bekerja, mungkin akan sangat berat. “Oke. Sebentar ya. Rekening ap—” Ucapan Manda terpotong karena Raffael tiba-tiba menahannya tangannya untuk melakukan pembayaran. “Raf—” Lagi-lagi Raffael meremas tangannya, memohon dalam diam agar Manda tidak bicara dulu.Raffael kemudian bertanya, “Ketua panitia kalian siapa?” “Ketua kami sudah sibuk mengurus hal yang lebih penting, Pak, jadi—”“Oke.” Raffael sepertinya mulai tak sabar menghadapi dua manusia muda itu. Manda sudah ingin mengambil alih percakapan itu agar tidak terjadi kerib

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 166. Deklarasi Mendadak

    “Wah gila! Kalau aku cari di internet, nama Raffael Aditama itu CEO RAFTEN, guys!” seru beberapa orang di barisan belakang.Manda diam saja mendengarkan celotehan mereka.“Tapi apa hubungannya dia sama si Manda?” tanya yang lain.Mereka belum tahu siapa Manda bagi Raffael, karena mereka tidak ada di dekat meja Manda, saat Raffael datang tadi.“Manda kan kuliah sekretaris. Apa jangan-jangan cem-ceman?!” bisik yang lain.Mereka mulai cekikikan. Menertawai Manda. Namun, Manda tak peduli. Mereka saja yang tidak tahu kenyataannya.Tiba-tiba sem

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-03
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 167. Ngidam Lagi?!

    “Ma!” panggil Manda sementara ia melangkah keluar dari kamar mandi. Namun, alih-alih mendapat jawaban dari Diana, suara Raffael menjawabnya, “Mama sudah ke kamar mereka, Hon.”Mulut Manda membulat tanpa suara. Ia segera menghampiri Raffael yang ternyata sedang bermain dengan Bintang di tempat tidur. “Lapar nggak dia?” tanya Manda sambil memperhatikan gerak bibirnya. Raffael pun ikut memperhatikan dan melihat kalau-kalau ia juga menangkap kode ‘lapar’ dari putranya. “Seperti apa kalau lapar?” Raffael menyerah dan memilih bertanya pada istrinya.Manda tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Biasanya Bintang bakal ngecap-ngecap bibirnya. Kadang monyong-monyong.”Raffael menyerahkan Bintang ke dalam pelukan Manda, setelah melihat sang istri mengulurkan kedua tangannya. Kemudian ia bertanya, “Apa itu monyong?”Tak tahu bagaimana mendeskripsikan kata ‘monyong’, Manda pun memperagakannya. “Gini lho. Kayak gini, monyong-mo—umph!”Raffael melahap singkat bibir sang istri, memotong penjelasan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 168. Mati Kutu

    “Raff, katanya dia ada di Lobby Lounge & Bar. Apa kau mau aku suruh dia ke sini?” Dion terlihat serba salah. Raffael jadi sedikit tak enak. Agar tak menyusahkan pria tak bersalah itu, Raffael berkata, “Kita ke sana saja. Kau sudah banyak membantu istriku sepertinya.”Ia teringat bagaimana Manda memintanya untuk mendengarkan Dion saat seharusnya ia marah pada ketua panitia itu. Jelas sekali, mereka pernah punya hubungan yang lebih dekat dari sekedar teman sekolah.Dion pun terlihat lega karena ia tidak perlu memaksa pria kepala batu seperti Rudy untuk mendatanginya. Ia yakin, Raffael tidak akan mau dirinya membocorkan niatnya untuk bertemu Rudy.“Kenapa kau nggak ada dalam ingatan Manda, kalau kalian dekat? Apa kau menyakiti istriku juga?” tanya Raffael, dengan nada cukup mengancam.Dion terlihat gugup. Ia tidak yakin dirinya yang pernah jatuh cinta pada Manda perlu diceritakan, jadi ia hanya menyampaikan alasannya menjauh dari Manda.“Bu–bukan seperti itu. Sebenarnya, pacarku terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 169. Cuma Manda Yang Bisa

    “Tunggu, Pak Raff—” Rudy berusaha menahan Raffael, tetap Regan sudah ada di sana menghadangnya. Damian mulai memijat pelipisnya, pusing diperhadapkan dengan masalah rumit itu. Sementara Raffael meminta Dion menemaninya mencari roti ham, Damian memberi isyarat pada Rudy untuk menyerah saja. “Jangan bikin masalah baru. Keputusan Raffael nggak bisa diubah, kecuali Manda yang memintanya.” Damian menghela napas panjang, frustasi.Rudy tertunduk. Panik dan cemas karena ia tahu, kesalahan kecil ini akan mempengaruhi perusahaan keluarganya.“Apa yang sebenarnya sudah kau lakukan?” tanya Damian heran. “Bagaimana bisa kau mengenal Manda?”Masih sambil tertunduk, Rudy menjawab, “Kami teman sekolah. Saya hanya ingin bertemu dengannya, jadi saya bilang kalau dia harus bayar ganti rugi karena tidak mengambil souvenir kamar hotel yang saya sediakan.”“Damn, Brat! Apa kau masih anak sekolahan? Cheap trick kayak gini bakal pengaruhi semua, Rud.”Rudy semakin panik. “Lantas, saya harus bagaimana Pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 170. Malam Di Sofa Hotel

    “Aku pamit ya, Raff, Manda,” ujar Damian setelah puas mengamati Bintang. Entah kenapa, Manda merasa wajah Damian terlihat berbinar.Seolah tahu pikiran Manda, Raffael berkata, “Kata Damian, dia jadi pengen punya anak.”Manda terkekeh. “Damian udah nikah belum sih?” tanyanya kemudian. Yang ditanya pun menggeleng. “Rencananya akhir tahun ini. Pastikan kalian datang.”“Siap! Di manapun kau nikah, aku sama Manda pasti hadir.” Raffael berjanji.Kekehan bercampur rasa tersipu keluar dari mulut Damian–pria yang biasanya tenang dan santai itu. Jelas sekali, ia pasti sangat mencintai kekasihnya.“Oke. Aku nggak bisa lama-lama, Alexa nunggu di mall sebelah.”Raffael pun ikut pamit sebentar karena ia harus mengantar Damian sampai ke lift. Sementara itu, Manda kembali menikmati roti ham dan acara televisi. Ia menunggu Raffael kembali karena harus membahas soal pesan Rudy.Tak sampai 10 menit, Raffael kembali dan bergabung dengan Manda di sofa. “Nonton apa sih, Hon?” tanya Raffael sambil menci

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 171. Bintang 6 Bulanan!

    Beberapa bulan berlalu dan hari ini, Bintang mencapai usia 6 bulan. Raffael mengadakan perayaan kecil untuk buah hati mereka. Mengundang cukup banyak orang, termasuk beberapa rekan bisnis yang minta diundang.“Wah, jadi itu pacarnya Pak Damian?” bisik Manda pada Raffael.Raffael mengangguk. “Kau tahu, dia dulu sekretaris papanya Damian. Lebih tua Alexa.”Wajah Manda terlihat sangat penasaran dengan cerita dibalik hubungan tersebut. Ia jadi berpikir, apa kemungkinan sekretaris mendapatkan bosnya sebagai suami itu cukup besar.‘Mungkin karena kenalannya pasti petinggi-petinggi perusahaan. Kalau nggak kuat iman, punya pacar pun bisa selingkuh sama bosnya ya,’ batin Manda menganalisa. Semua tamu undangan tengah menikmati makan siang mereka, setelah memberikan doa pada Bintang setiap kali mereka bersalaman. “Hon,” panggil Raffael tiba-tiba. “Bintang ‘kan udah bisa makan. Apa kita sudah bisa pergi bulan madu? Aku perlu bahas sama Camelia.”Wajah Manda berseri-seri. “Oh ya! Boleh aja, Raf

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 172. Matahari, Tolong Terbit Lebih Cepat!

    “Pa, kenapa?” tanya Manda melihat ayahnya was-was. “Papa agak was-was toko, Nak.” Rowan mengaku. “Tapi Papa juga pengen banget liburan bareng kamu sama Mama.”Manda memeluk sang ayah erat, sambil menenangkannya. “Kali ini nggak cuma bodyguardnya Raffa lho, Pa, yang jagain toko. Bodyguard kak Reinhart juga ikut dikerahkan.”Rowan mengangguk. “Iya, Nak. Papa paham.”Diana terkekeh. “Anggap aja bulan madu kita juga, Pa.”Ternyata, ucapan Diana lebih bisa membuat Rowan melupakan segala kekhawatirannya. Walau tak banyak, Rowan bersikeras akan membayari salah satu acara makan mereka nanti di Jepang. Camelia dan Raffael menyetujuinya saja. Bagi mereka yang terpenting semua orang bisa ikut berbahagia. “Nyonya Manda, mobil sudah siap.” Tara memberitahu.Karena keteledoran Raffael, ia jadi melewatkan beberapa dokumen yang sangat penting, dan tertahan di kantornya. Ia akan menyusul dari kantor menuju bandara langsung, jadi tidak bisa pulang ke Jogja kemarin. “Ayo, berangkat.” Cal—kepala pel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status