Beranda / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 166. Deklarasi Mendadak

Share

Bab 166. Deklarasi Mendadak

Penulis: Romero Un
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-03 19:00:01

“Wah gila! Kalau aku cari di internet, nama Raffael Aditama itu CEO RAFTEN, guys!” seru beberapa orang di barisan belakang.

Manda diam saja mendengarkan celotehan mereka. 

“Tapi apa hubungannya dia sama si Manda?” tanya yang lain. 

Mereka belum tahu siapa Manda bagi Raffael, karena mereka tidak ada di dekat meja Manda, saat Raffael datang tadi.

“Manda kan kuliah sekretaris. Apa jangan-jangan cem-ceman?!” bisik yang lain. 

Mereka mulai cekikikan. Menertawai Manda. Namun, Manda tak peduli. Mereka saja yang tidak tahu kenyataannya. 

Tiba-tiba sem

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 167. Ngidam Lagi?!

    “Ma!” panggil Manda sementara ia melangkah keluar dari kamar mandi. Namun, alih-alih mendapat jawaban dari Diana, suara Raffael menjawabnya, “Mama sudah ke kamar mereka, Hon.”Mulut Manda membulat tanpa suara. Ia segera menghampiri Raffael yang ternyata sedang bermain dengan Bintang di tempat tidur. “Lapar nggak dia?” tanya Manda sambil memperhatikan gerak bibirnya. Raffael pun ikut memperhatikan dan melihat kalau-kalau ia juga menangkap kode ‘lapar’ dari putranya. “Seperti apa kalau lapar?” Raffael menyerah dan memilih bertanya pada istrinya.Manda tersenyum mendengar pertanyaan itu. “Biasanya Bintang bakal ngecap-ngecap bibirnya. Kadang monyong-monyong.”Raffael menyerahkan Bintang ke dalam pelukan Manda, setelah melihat sang istri mengulurkan kedua tangannya. Kemudian ia bertanya, “Apa itu monyong?”Tak tahu bagaimana mendeskripsikan kata ‘monyong’, Manda pun memperagakannya. “Gini lho. Kayak gini, monyong-mo—umph!”Raffael melahap singkat bibir sang istri, memotong penjelasan

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 168. Mati Kutu

    “Raff, katanya dia ada di Lobby Lounge & Bar. Apa kau mau aku suruh dia ke sini?” Dion terlihat serba salah. Raffael jadi sedikit tak enak. Agar tak menyusahkan pria tak bersalah itu, Raffael berkata, “Kita ke sana saja. Kau sudah banyak membantu istriku sepertinya.”Ia teringat bagaimana Manda memintanya untuk mendengarkan Dion saat seharusnya ia marah pada ketua panitia itu. Jelas sekali, mereka pernah punya hubungan yang lebih dekat dari sekedar teman sekolah.Dion pun terlihat lega karena ia tidak perlu memaksa pria kepala batu seperti Rudy untuk mendatanginya. Ia yakin, Raffael tidak akan mau dirinya membocorkan niatnya untuk bertemu Rudy.“Kenapa kau nggak ada dalam ingatan Manda, kalau kalian dekat? Apa kau menyakiti istriku juga?” tanya Raffael, dengan nada cukup mengancam.Dion terlihat gugup. Ia tidak yakin dirinya yang pernah jatuh cinta pada Manda perlu diceritakan, jadi ia hanya menyampaikan alasannya menjauh dari Manda.“Bu–bukan seperti itu. Sebenarnya, pacarku terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 169. Cuma Manda Yang Bisa

    “Tunggu, Pak Raff—” Rudy berusaha menahan Raffael, tetap Regan sudah ada di sana menghadangnya. Damian mulai memijat pelipisnya, pusing diperhadapkan dengan masalah rumit itu. Sementara Raffael meminta Dion menemaninya mencari roti ham, Damian memberi isyarat pada Rudy untuk menyerah saja. “Jangan bikin masalah baru. Keputusan Raffael nggak bisa diubah, kecuali Manda yang memintanya.” Damian menghela napas panjang, frustasi.Rudy tertunduk. Panik dan cemas karena ia tahu, kesalahan kecil ini akan mempengaruhi perusahaan keluarganya.“Apa yang sebenarnya sudah kau lakukan?” tanya Damian heran. “Bagaimana bisa kau mengenal Manda?”Masih sambil tertunduk, Rudy menjawab, “Kami teman sekolah. Saya hanya ingin bertemu dengannya, jadi saya bilang kalau dia harus bayar ganti rugi karena tidak mengambil souvenir kamar hotel yang saya sediakan.”“Damn, Brat! Apa kau masih anak sekolahan? Cheap trick kayak gini bakal pengaruhi semua, Rud.”Rudy semakin panik. “Lantas, saya harus bagaimana Pak

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-04
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 170. Malam Di Sofa Hotel

    “Aku pamit ya, Raff, Manda,” ujar Damian setelah puas mengamati Bintang. Entah kenapa, Manda merasa wajah Damian terlihat berbinar.Seolah tahu pikiran Manda, Raffael berkata, “Kata Damian, dia jadi pengen punya anak.”Manda terkekeh. “Damian udah nikah belum sih?” tanyanya kemudian. Yang ditanya pun menggeleng. “Rencananya akhir tahun ini. Pastikan kalian datang.”“Siap! Di manapun kau nikah, aku sama Manda pasti hadir.” Raffael berjanji.Kekehan bercampur rasa tersipu keluar dari mulut Damian–pria yang biasanya tenang dan santai itu. Jelas sekali, ia pasti sangat mencintai kekasihnya.“Oke. Aku nggak bisa lama-lama, Alexa nunggu di mall sebelah.”Raffael pun ikut pamit sebentar karena ia harus mengantar Damian sampai ke lift. Sementara itu, Manda kembali menikmati roti ham dan acara televisi. Ia menunggu Raffael kembali karena harus membahas soal pesan Rudy.Tak sampai 10 menit, Raffael kembali dan bergabung dengan Manda di sofa. “Nonton apa sih, Hon?” tanya Raffael sambil menci

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 171. Bintang 6 Bulanan!

    Beberapa bulan berlalu dan hari ini, Bintang mencapai usia 6 bulan. Raffael mengadakan perayaan kecil untuk buah hati mereka. Mengundang cukup banyak orang, termasuk beberapa rekan bisnis yang minta diundang.“Wah, jadi itu pacarnya Pak Damian?” bisik Manda pada Raffael.Raffael mengangguk. “Kau tahu, dia dulu sekretaris papanya Damian. Lebih tua Alexa.”Wajah Manda terlihat sangat penasaran dengan cerita dibalik hubungan tersebut. Ia jadi berpikir, apa kemungkinan sekretaris mendapatkan bosnya sebagai suami itu cukup besar.‘Mungkin karena kenalannya pasti petinggi-petinggi perusahaan. Kalau nggak kuat iman, punya pacar pun bisa selingkuh sama bosnya ya,’ batin Manda menganalisa. Semua tamu undangan tengah menikmati makan siang mereka, setelah memberikan doa pada Bintang setiap kali mereka bersalaman. “Hon,” panggil Raffael tiba-tiba. “Bintang ‘kan udah bisa makan. Apa kita sudah bisa pergi bulan madu? Aku perlu bahas sama Camelia.”Wajah Manda berseri-seri. “Oh ya! Boleh aja, Raf

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 172. Matahari, Tolong Terbit Lebih Cepat!

    “Pa, kenapa?” tanya Manda melihat ayahnya was-was. “Papa agak was-was toko, Nak.” Rowan mengaku. “Tapi Papa juga pengen banget liburan bareng kamu sama Mama.”Manda memeluk sang ayah erat, sambil menenangkannya. “Kali ini nggak cuma bodyguardnya Raffa lho, Pa, yang jagain toko. Bodyguard kak Reinhart juga ikut dikerahkan.”Rowan mengangguk. “Iya, Nak. Papa paham.”Diana terkekeh. “Anggap aja bulan madu kita juga, Pa.”Ternyata, ucapan Diana lebih bisa membuat Rowan melupakan segala kekhawatirannya. Walau tak banyak, Rowan bersikeras akan membayari salah satu acara makan mereka nanti di Jepang. Camelia dan Raffael menyetujuinya saja. Bagi mereka yang terpenting semua orang bisa ikut berbahagia. “Nyonya Manda, mobil sudah siap.” Tara memberitahu.Karena keteledoran Raffael, ia jadi melewatkan beberapa dokumen yang sangat penting, dan tertahan di kantornya. Ia akan menyusul dari kantor menuju bandara langsung, jadi tidak bisa pulang ke Jogja kemarin. “Ayo, berangkat.” Cal—kepala pel

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-05
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 173. Gara-Gara Kimono! (18+)

    “Raff … ah!”Manda terkesiap ketika dirinya terbangun, Raffael masih berada di atas tubuhnya. Memenjara kedua tangan sang istri di atas kepala.“Hon … kau masih sadar?” tanya Raffael terengah. “Sepertinya kau nggak sadarkan diri sejenak.”Sebuah adegan samar teringat, saat mereka mencapai puncak bersama Manda merasa lelah. Seingatnya, itu yang kedua.Ekor mata Manda melirik ke arah jam digital yang ada di meja dan tertegun karena jarum jam seolah tak bergerak dari saat ia terakhir berusaha melihat waktu. Mantan bos-nya yang selalu ia labeli ‘mesum’ itu kini menunjukkan taringnya. “Kenapa kau nggak berhenti?!” protes Manda panik. Raffael tersenyum lembut. Dirinya sudah setengah mati berusaha mengendalikan hasrat setelah melihat Manda keluar dari pemandian dengan kimono tidurnya. Sepanjang acara makan malam, Raffael berusaha mempercepat waktu. Tentu saja mustahil. Mereka akhirnya kembali ke resor masing-masing sekitar pukul 11 malam. Mungkin lebih. Raffael sudah menitipkan Bintang

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 174. Tempat Curhat Para Lelaki

    “Ra, gimana? Udah nego sama yang punya tanah?” Bulan madu mereka selesai dengan penuh kebahagiaan. Hal pertama yang diurus Raffael ketika kembali bekerja adalah pembahasan soal mencari lokasi kantor yang tepat di Yogyakarta. Seperti yang sudah dibahas, ia berniat memindahkan kantor pusatnya ke Yogyakarta, demi bisa bertemu Manda setiap hari. Namun, sudah hampir 5 bulan sejak permintaannya itu, sang sekretaris masih belum menemukan tempat yang sesuai dengan keinginan Raffael. “Ada lokasi yang bagus di pinggir jalan besar, Pak. Tapi ditempati swalayan besar. Setelah diamati, swalayan itu tidak terlalu ramai.”Rara—sekretaris Raffael yang bernama asli Tiara itu langsung menunjukkan foto bangunan dan tata letak gedung yang ia bicarakan. “Dari rumah istri saya ke sana berapa lama?” tanya Raffael penuh harap. “10 menit, Pak,” jawab Rara. “Selama jalanan tidak sedang dalam kondisi padat.”Mendengar jawaban itu, Raffael langsung menjentikkan jarinya. “Ho! Saya suka tempat ini. Coba sam

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-06

Bab terbaru

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 186. Safe Zone, Blind Spot!

    “Belum juga keluar suamimu, Nda?” tanya Diana. Manda menggeleng. Raut wajahnya terlihat sangat khawatir. Suaminya itu hanya mengatakan ia ada rapat malam, tetapi hati Manda tak percaya dengan ucapan Raffael.Tak bisa dibohongi. Wajah Raffael hari ini terlihat sangat tidak tenang. Seolah ada hal yang mengganggunya, tetapi tidak bisa ia utarakan. Selama bekerja dengannya, Manda tahu, tidak pernah Raffael punya jadwal untuk rapat malam hari. Jangankan malam, siang saja kalau bisa akan ia hindari. “Menurut Mama, apa ada hal buruk yang terjadi?” tanya Manda khawatir. “Hal buruk? Yang seperti apa maksudmu, Nak?”Manda mengangkat bahu. “Mungkin dia dapat ancaman dari orang tuanya? Atau malah dia diganggu Catherine Soreim itu? Atau apa? Aku sama sekali nggak bisa menebak.”Diana menghela napas panjang. Ia juga tak setuju putrinya dibiarkan dalam area buta seperti ini, tetapi ia yakin, menantunya itu pasti punya alasan. “Mama rasa, kamu harus jelaskan ke Raffa, Nak. Tidak ada untungnya ka

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 185. Jangan Berhalusinasi!

    “Alana?” Raffael mengkonfirmasi nama orang yang dirujuk dalam ucapan Chin Han. “Yes, Raff. Dia dijadwalkan keluar jam 3 sore,” tambah Chin Han. “Kau sebaiknya bersiap. Aku yakin dia akan cari kamu, Raff.”Sekejap, penyesalan memenuhi hati Raffael. Baru kemarin ia mengumumkan pernikahannya dengan Manda. Bahkan wajah Manda terpampang di salah satu media cetak. Bukan hanya foto Manda, tetapi foto saat semua keluarga merayakan ulang tahunnya kemarin. Otaknya berpikir cepat dan berkata, “Han, tolong urus penarikan koran yang ada hubungannya sama berita kemarin.”“Ok!”Di Surabaya mungkin takkan terlalu banyak penerbit yang memberitakan kejadian itu, tetapi penerbit besar pasti mencetaknya. Tanpa peduli sambungan mereka sudah terputus atau belum, Raffael berbalik mencari Tiara. “Pak? Ada yang ketinggalan?” tanya Tiara saat berpapasan dengan Raffael di pintu ruang rapat. Wajah Raffael terlihat tegang. Ia kemudian me“Ra! Minta semua penerbit koran menarik lagi korannya.”“Ha?! Mana bis

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 184. Keluar Dari Penjara

    ‘RAFTEN, Memecat Sejumlah Artis dan Staf!’Adalah berita yang terpampang di halaman terdepan semua media yang beredar di ibukota. Dan setelah membaca setiap kolom berita, semua akan tahu apa yang sudah dilakukan mereka hingga pantas mendapatkan pemecatan.Kutipan Raffael pun tertuang di sana. ‘Penilaian ulang akan dilakukan. Sebagai seorang talent, RAFTEN tidak butuh mereka yang ahli dalam bidang akting tetapi nol dalam etika.’Kali ini, Manda juga tidak akan merasa kasihan lagi. Karena apa yang dilakukan sudah kelewat batas sebagai seorang manusia. Namun, karena ini juga, Diana dan Rowan jadi tahu apa yang terjadi pada putri mereka kemarin. “Astaga! Nggak perlu lah anggap kamu istri bos. Kita sama-sama manusia kenapa nggak bisa lebih lembut sedikit ya,” keluh Diana sambil memeluk Manda. “Jadi, ponselmu rusak, Nak?” tanya Rowan.Manda mengangguk, tetapi langsung menambahkan, “Raffa sudah belikan baru dan sudah atur semua sama seperti ponsel lamaku.”Rowan mengangguk. “Syukurlah, Ra

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 183. Happy Birthday!

    “Hon—”“Diam di dalam dulu. Aku mau ganti baju!” Setelah tenang, Manda mengunci Raffael di ruang rapat kecil, di dekat ruang kerjanya. Istri sang CEO itu memutuskan untuk tak peduli dengan apa yang sudah terjadi dan menyuruh Raffael berlatih menampilkan wajah terkejutnya saat nanti ia mendapatkan kejutan.“Baiklah ….” Raffael menyerah. Baginya yang terpenting saat ini Manda sudah terlihat lebih riang. Ia tak menyangka, istrinya bukan tipe wanita lemah yang bisa diinjak sembarangan. Padahal lawannya banyak dan ia kewalahan membuktikan statusnya sebagai istri sang CEO.‘Kurasa, aku harus membuat pengumuman dan memasang video pernikahanku segera. Supaya tidak ada kejadian seperti ini lagi,’ tekad Raffael dalam hatinya.Kemudian, diam-diam ia meminta Tiara membukakan pintu ruang rapat itu. Lebih baik ia segera mengurus para pembuat onar.“Pak, sebenarnya ada apa?” tanya Tiara. Ia berdiri di samping Raffael yang tengah menunggu lift. “Saya belum tahu cerita detailnya. Tapi saya sudah

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 182. Kejutan Gagal

    Tak punya pilihan, Manda segera melayangkan tas besarnya ke arah satpam tersebut. Namun sayang, pintu lift sudah tertutup lagi.“Ibu ini! Malah mukul yang berwajib!”Satpam yang terkena pukulan pun langsung protes dan langsung mencengkram tangan Manda untuk memborgolnya. Namun, sebelum borgol itu menyentuh tangan Manda, suara Raffael menggelegar dari pintu lobi. Seperti biasa pagi tadi ia bangun dan menghubungi sang istri, tetapi tidak tersambung sama sekali. Takut terjadi sesuatu, Regan pun ia perintahkan untuk mencari tahu. Secepat kilat Raffael datang ke kantor karena mendapat bocoran dari Chang bahwa Manda pergi ke kantornya. Itu pun setelah Regan mengatakan bahwa ponsel majikan perempuan mereka tidak bisa dihubungi. Dan kondisi Manda yang tengah menghajar satpam kantor menjadi pemandangan pertama di mata Raffael. “Regan! Tangkap mereka semua!” bentak Raffael membuat semua orang yang ada di sana, termasuk mereka yang menonton ketakutan. Regan segera menggiring semua orang ke

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 181. Persiapan Pesta

    “Ma, aku titip Bintang ya,” bisik Manda pada Diana yang masih setengah tidur. Diana mengangguk paham, kemudian melanjutkan tidurnya di kamar Manda, di rumah mereka yang ada di Jakarta. Bintang masih terlelap di dalam boks bayinya. “Aku pergi dulu.”Manda segera menutup pintu kamarnya dan bergegas keluar dari rumah menuju mobil. Chang dan Tara sudah berada di depan untuk mengantar. Sebelum pergi, Manda menjelaskan tugas mereka. “Chang, nanti tolong jagain Bintang dulu. Aku sama Tara ke RAFTEN, sekitar jam 8 atau 9 Tara jemput kalian.”“Siap, Madam!”Pagi masih belum penuh, tapi Manda harus segera menuju kantor Raffael karena ia sudah mengatur jadwal dengan Rara bahwa hari ini ia harus tiba di kantor pukul 7 pagi untuk mengatur berbagai hal. Berangkat pukul setengah 6 pun tak membuat Manda datang tepat waktu. Ia terlambat 5 menit. “Tara, kamu balik ke rumah ya,” perintah Manda. “Jemput Mama, Papa sama Bintang.”“Baik, Nyonya.”Sepeninggalan Tara, Manda pun berbalik untuk memasuki g

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 180. Pesta Kejutan!

    “Raffa, tunjukkan wajahmu sebentar saja!” Manda menyeret Raffael kembali ke meja makan di resort yang mereka sewa. Tentu saja, walau mereka bersenang-senang dengan pantai, Manda tidak lupa tugasnya mengingatkan Raffael jika ada rapat penting yang butuh kehadirannya. “Hanya satu ini lagi, Raffa,” bujuknya, melihat wajah cemberut sang suami. “Benar hanya satu ini lagi?” tanya Raffael mengerutkan dahi, seakan tak percaya. Manda mendengus. “Aku bukan kamu yang bilang sekali ini saja tapi bohong!”Mendengar itu Raffael tergelak. Ia akhirnya menurut dan duduk di depan laptop untuk mengikuti rapat. “Rapat harus selesai dalam 15 menit,” perintah Raffael tegas. “Beritahu saya apa saja masalah yang butuh penanganan!”Manda hanya bisa menggelengkan kepala, heran dengan CEO satu itu. Ia membiarkan Raffael dengan pekerjaannya dan menyusul Camelia yang tengah menikmati air laut di pinggiran pantai bersama dua anaknya. “Mau kerja dia?” tanya Camelia sambil terkekeh melihat adiknya tetap dipaks

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 179. Pak Bos Kabur

    “Astaga, Ra. Jadi, bos kamu kabur ini?” tanya Manda panik.Ia sedang menunggu Raffael keluar dari kamar mandinya pagi ini, ketika melihat pendar biru menyala lama dari layar ponsel sang suami.Ketika diintip, ternyata sekretarisnya yang menelepon. Takut ada hal penting, Manda menggunakan kebebasannya untuk mengusap layar ponsel ke atas. Menerima panggilan telepon itu. “Pak Raffael, apa Bapak sudah bangun? Saya sudah menunggu di lobi.”“Ra. Raffa lagi di Jogja. Apa kamu nggak diberitahu?”Spontan Manda mendengar suara seruan panik dari sang sekretaris. Hatinya merasa kasihan mendengar bahwa tidak seharusnya Raffael bisa meninggalkan kantor selama satu minggu ke depan. “Saya harus gimana, Bu Manda?” keluh Tiara dengan suara lemas. “Menurut kamu, ada pertemuan yang sangat penting sampai tidak bisa ditunda nggak?” Manda mencoba membantu sekretaris muda itu untuk mengejek jadwal si bos yang menyebalkan itu. ‘Kenapa juga aku bisa nikah sama dia. Tapi dulu dia nggak sesulit ini dihadapi.

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 178. Penyelinap!

    “Hon?”Raffael menghubunginya via panggilan video karena pesannya tak dibalas oleh Manda. Ia terkekeh melihat wajah sang istri yang tengah tersipu malu. “Ah … aku jadi ingin pulang. Kau membuatku gemas.”Manda membuang muka. Ia kesal karena jadi lemah dengan semua kata-kata Raffael yang seperti itu. Setelah mengkondisikan wajahnya, Manda pun kembali menatap layar. “Kamu nggak bisa tarik keputusan kamu soal artis itu?” tanya Manda, berharap Raffael lebih manusiawi. Namun, Raffael menggeleng. “Nggak. Tapi aku sudah meminta salah satu sutradara menjadikannya pemeran utama film layar lebar. Kau nggak perlu khawatir. Aku menyerahkannya ke rumah produksi lain.”Manda terlihat lega mendengar kalau Raffael tidak memecatnya dan menjadikan wanita itu kehilangan pekerjaan. Sederhananya, ia hanya memindahkan artis itu ke perusahaan entertainment lain. “Kalau begitu, aku lebih tenang.”Bersamaan dengan itu, ketukan di pintu kamar Manda mengejutkan Bintang dan dirinya. Diana masuk perlahan dan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status