Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 147. Ancaman Camelia

Share

Bab 147. Ancaman Camelia

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-02-24 22:19:00

Tiga hari berlalu setelah Manda keluar dari rumah sakit.

Pertanyaan Rowan siang itu di mobil, tidak mendapat jawaban memuaskan. Karena Raffael belum mendapatkan bukti kuat terkait keterlibatan Catherine dalam masalah pemalsuan data tes DNA.

“Julius sudah mengaku kalau semua itu rencananya. Tapi Catherine menjadi pihak yang mendukung terlaksananya semua rencana Julius. Transferan yang diterima Julius jelas dari salah satu staf keluarga Soreim.”

Rowan menatap Raffael, menunggu reaksi menantunya itu.

“Nggak akan mudah menjerat Catherine. Dia pasti melakukan segala cara supaya nggak mengotori tangannya sendiri.”

Rowan mengerutkan seluruh wajahnya. “Kejam sekali.”

Calon suami Manda itu mengangguk setuju. “Bagi mereka hal biasa mengorbankan anak buah, Pa. Aku akan cari alasan lain untuk menjeratnya.”

Detik berikutnya, bahasan Raffael berubah ceria. Karena tiba-tiba ia mengeluarkan setumpuk kertas berwarna peach di atas meja.

Rowan dan istrinya menyipitkan mata, mencoba menebak apa yang di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 148. Memilih Souvenir

    “Bagaimana?” tanya Raffael. Saat ini ia tengah bertemu dengan Camelia di sebuah kafe salah satu mall besar Yogyakarta. Wanita itu memutuskan untuk mengunjungi mereka. Lebih tepatnya membantu Manda mempersiapkan pernikahannya dengan Raffael. “Mom sama Dad janji nggak akan membuat keributan.” Camelia melaporkan reaksi Seria dan Adam. “Mereka bilang nggak mungkin mereka nggak datang ke acara pernikahan anak laki-laki mereka.”Kalau orang lain yang mendengar kalimat itu, mungkin mereka akan salah paham dan melabeli Raffael sebagai anak durhaka. Padahal mereka sangat menyayangi anak laki-lakinya. Namun, Raffael yang sudah tahu seperti apa pola pikir orang tuanya hanya bisa mendengus geli. “Mereka cuma nggak mau jadi bahan gunjingan orang. Pasti bakal malu kalau tahu mereka nggak kuundang,” tebak Raffael kesal. “Seharusnya mereka terima kasih sama Papa mertuaku.” Camelia mengangguk setuju. “Walau mereka terlihat menerima ini dan aku memberikan undangannya, jangan sampai kamu lengah, R

    Last Updated : 2025-02-25
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 149. Rencana Mengerikan

    “Nggak normal?!” tanya Camelia lagi, bingung. Ia kemudian menambahkan. “Tapi suvenir yang dipakai di nikahanku dulu emas 5 gram. Dad malah minta 10 gram, tapi aku menolak.”Otak Manda seperti berasap menghitung jumlah nol yang dihasilkan dari perkalian harga emas dan jumlah tamu. “Mungkin kita bisa kasih sumpit atau apa yang punya arti gitu, Bu Camelia.”Camelia mengeluh. “Manda, berhenti panggil aku dengan sebutan bu. Kamu bisa mulai panggil aku Kak Amel.”Manda panik. Ia pun berseru, “Ha?! Mana mungkin?!”“Kenapa nggak mungkin?!” balas Camelia dengan wajah sedih.Raffael terkekeh geli. “Manda saja sudah denda berapa banyak karena susah sekali menghilangkan panggilan ‘pak’, padaku.”“Ayo, belajar!” tuntut Camelia. Manda berusaha memutar otak, mencari panggilan yang lebih sopan, tetapi dia hanya bisa menemukan satu. “Kak Camelia. Bagaimana?”Walau masih kurang puas, Camelia setuju kali ini. “Oke lah. Balik ke topik awal. Jadi, memangnya makna sumpit apa?”“Sumpit maknanya seperti t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 150. Saya Bersedia

    “Apa ini cukup untuk menjadikannya tersangka?” Raffael menyerahkan sebuah rekaman pada kenalan pihak berwajib. Pria bertubuh kurus tinggi dengan hiasan bintang 1 di bahunya. “Cukup, Pak Raffael. Ini suara milik siapa kalau saya boleh tahu?”“Seria Indradjaya dan Catherine Soreim.”Mendengar nama keluarga Soreim, kelihatan sekali bahwa pria itu tidak berniat mencari perkara dengan mereka. “Baik, Pak Raffael. Saya akan minta anak buah saya mengaturnya.”Raffael pamit segera dan menyerahkan kasus selanjutnya pada pihak berwajib. Reinhart juga berjanji akan membantu mengurus hal itu. Seria dan Catherine tidak akan menduga bahwa Reinhart menempatkan pengintai di kediaman utama Indradjaya. Dan mereka berhasil merekam pembicaraan dua wanita itu saat sedang merencanakan untuk mencelakai Manda. “Kau tenang-tenang urus pernikahanmu, Raff. Aku akan minta anak buahku mengawasi.” Reinhart mengulang janjinya sebelum Raffael benar-benar pergi dari sana.Raffael mengangguk. “Manda nggak perlu t

    Last Updated : 2025-02-25
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 151. Kebahagiaan vs Kesengsaraan

    “Hon, kalau lelah, kita bisa minta MC tutup jalan dulu.” Raffael berbisik melihat Manda terlihat lemas di sebelahnya. Sudah satu jam sejak dimulainya resepsi pernikahan mereka malam hari. Dan baru kali ini Manda melihat lautan manusia dengan berbagai bahasa.Ruangan dengan kapasitas 2000 orang itu benar-benar hampir penuh. Kemungkinan yang datang lebih dari 2000.Ia sadar, kalau suaminya tidak hanya punya kenalan di Indonesia. Ada yang berbahasa Inggris, ada juga yang dari Jepang. Tak sedikit yang berparas Italia.“Ide bagus. Aku mau ngemil aja, Raff.”Sekejap, Chang sudah datang membawakan puding dan beberapa potong buah segar. Sang bodyguard bahkan membawakan porsi untuk bridesmaid yang sedang merajuk.“Aku nggak punya job! Semua pekerjaanku diambil Chang dan Regan,” keluh Yuike.Manda terkekeh. “Seenggaknya kau duduk di pelaminan. Kali aja ada yang ngelirik kamu.”Yuike mendengus. “Ha! Kalau cowok Italia bisa bahasa Indonesia, aku mau deh!” Tidak berapa lama setelah Yuike berkata

    Last Updated : 2025-02-26
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 152. Que Sera, Sera!

    “Bro! Stay dulu dong!”Beberapa tamu Raffael dari luar negeri tak mengizinkannya kembali ke kamar. Padahal acara resepsi sudah selesai. Ia bahkan meminta Yuike untuk menemani Manda dulu ke kamar karena masih banyak tamu yang jauh-jauh datang ingin bertemu dengannya. “Hey! Ini sudah lebih dari satu jam saya menemani kalian. Benar-benar. Kalian dan minuman keras selalu saja menyusahkan!” ledek Raffael menggunakan bahasa inggris. Mereka tergelak, tapi tak juga melepaskan Raffael.Sementara itu, Manda yang sudah tiba lebih dulu di kamar bersama Yuike mulai menyadari bahwa pernikahan itu akan membawanya menuju malam pertama. “Ke. Apa yang dilakukan orang saat malam pertama?”Yuike melirik sahabatnya dengan wajah super datar. “Main catur.”“Serius! Maksudku, apa aku harus mandi dulu atau aku—”“Kalian kan sudah pernah! Begituan!” tukas Yuike memotong ucapan Manda.Manda mendesis kesal. “Ish! Itu kan saat aku mabuk! Mana tahu apa yang kulakukan. Aku nggak ingat. Bisa jadi aku dalam kondi

    Last Updated : 2025-02-26
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 153. (Bukan) Malam Pertama (18+)

    Manda terdiam di pinggir tempat tidur kamar hotel. Yuike baru saja pamit dengan alasan mengantuk. ‘Aku yakin dia pasti ketemuan sama Trevor,’ batin Manda dengan wajah cemberut. Kalau tidak ada Trevor, pasti Yuike tidak akan secepat ini meninggalkannya. Setengah jam lebih sedikit, sahabatnya itu di sana sebelum akhirnya pamit dengan gelisah.“Apa aku mandi saja ya?” keluh Manda. “Apa aku harus melakukan seperti yang dibilang Ike tadi?”Gaun nikah mewah yang dikenakannya tidak membuatnya tak nyaman. Ia bisa saja menggunakan baju itu sambil merebahkan diri. “Tapi aku kayak nungguin banget nggak sih kalau nggak ganti baju?” Lagi-lagi ia tak tahu mana yang harus dipilih.Frustasi, Manda akhirnya memilih untuk membuka gaunnya dan mandi. Namun, baru saja ia akan melepas gaun, kain penutup kepalanya tersangkut entah di mana, di belakang punggungnya.“Astaga! Kenapa sih aku tuh!” keluh Manda mencoba meraih bagian belakangnya. Tetapi ketika ia bergerak sedikit saja, terdengar suara sepert

    Last Updated : 2025-02-26
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 154. Nikah Tanpa Bulan Madu?!

    “Mm ….”Raffael merasakan gerakan dalam dekapannya. Alih-alih membiarkan, pria yang terpuaskan semalam itu mengeratkan pelukannya. “Tidur lagi, Hon.”Suara berat Raffael membuat Manda tersadar. Kini mereka sudah sah menjadi suami dan istri. Dan semalam ia benar-benar dimanjakan oleh Raffael. Bahkan pria itu membersihkan tubuhnya. Tak seperti saat pertama kali mereka melakukannya dulu.“Apa kita nggak akan pulang hari ini? Kemungkinan ASI-ku sudah menipis di rumah.”Mendengar alasan itu, Raffael langsung terbangun. “Kau benar. Bintang masih butuh ASI.”Dengan segera, ia membantu Manda untuk memompa ASI lagi sebelum mereka bersiap pulang. “Ayo, Hon. Mandi.”Dahi Manda berkerut. “Eng … aku mandi sendiri kan maksudnya?”“Kenapa harus sendiri kalau sudah berdua?” Cengiran Raffael tetap tak bisa menutupi hasrat membara dalam matanya. Pria itu menghampirinya dengan senyuman terlebar yang pernah ia tunjukkan.Manda melipat bibirnya, menahan tawa. Semalam ia bisa merasakan kenikmatan palin

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 155. Determined

    “Kalian mau ngintip?” ledek Raffael yang terlihat lebih rileks sekarang ketika bicara dengan kakaknya. “What the— Damn!” pekik Camelia dari ujung sambungan telepon. “Siapa juga yang mau lihat kamu! Aku jagain Bintang! Kami rencana pergi liburan.”Raffael tergelak mendengar ocehan Camelia. Ia tak melihat ide yang ditawarkan sang kakak buruk.“Oke. Aku bicara sama Manda dulu.” Raffael menjauhkan ponselnya kemudian berkata dengan suara pelan pada Manda.“Hon, Camelia mau ikut bulan madu. Dia yang jagain Bintang. Gimana?”Manda cukup kaget mendengarnya. Ia menimbang beberapa saat kemudian menjawab, “Kalau 5 bulan lagi, bagaimana? Setidaknya, Bintang sudah mulai makan-makanan lain di samping ASI.”Raffael mengangguk. Ia kembali mendekatkan ponselnya dan memberitahu usulan dari Manda. “Sure. 5 bulan lagi.” Camelia setuju. Ia kemudian menambahkan, “Aku akan urus liburan kita. Kau tinggal tunggu detailnya saja nanti dari Lyn.”“Ha?” Raffael sedikit tak percaya kalau sang kakak berencana me

    Last Updated : 2025-02-27

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status