Home / Romansa / Terjebak Permainan Sang Presdir / Bab 152. Que Sera, Sera!

Share

Bab 152. Que Sera, Sera!

Author: Romero Un
last update Last Updated: 2025-02-26 15:10:12

“Bro! Stay dulu dong!”

Beberapa tamu Raffael dari luar negeri tak mengizinkannya kembali ke kamar.

Padahal acara resepsi sudah selesai. Ia bahkan meminta Yuike untuk menemani Manda dulu ke kamar karena masih banyak tamu yang jauh-jauh datang ingin bertemu dengannya.

“Hey! Ini sudah lebih dari satu jam saya menemani kalian. Benar-benar. Kalian dan minuman keras selalu saja menyusahkan!” ledek Raffael menggunakan bahasa inggris.

Mereka tergelak, tapi tak juga melepaskan Raffael.

Sementara itu, Manda yang sudah tiba lebih dulu di kamar bersama Yuike mulai menyadari bahwa pernikahan itu akan membawanya menuju malam pertama.

“Ke. Apa yang dilakukan orang saat malam pertama?”

Yuike melirik sahabatnya dengan wajah super datar. “Main catur.”

“Serius! Maksudku, apa aku harus mandi dulu atau aku—”

“Kalian kan sudah pernah! Begituan!” tukas Yuike memotong ucapan Manda.

Manda mendesis kesal. “Ish! Itu kan saat aku mabuk! Mana tahu apa yang kulakukan. Aku nggak ingat. Bisa jadi aku dalam kondi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 153. (Bukan) Malam Pertama (18+)

    Manda terdiam di pinggir tempat tidur kamar hotel. Yuike baru saja pamit dengan alasan mengantuk. ‘Aku yakin dia pasti ketemuan sama Trevor,’ batin Manda dengan wajah cemberut. Kalau tidak ada Trevor, pasti Yuike tidak akan secepat ini meninggalkannya. Setengah jam lebih sedikit, sahabatnya itu di sana sebelum akhirnya pamit dengan gelisah.“Apa aku mandi saja ya?” keluh Manda. “Apa aku harus melakukan seperti yang dibilang Ike tadi?”Gaun nikah mewah yang dikenakannya tidak membuatnya tak nyaman. Ia bisa saja menggunakan baju itu sambil merebahkan diri. “Tapi aku kayak nungguin banget nggak sih kalau nggak ganti baju?” Lagi-lagi ia tak tahu mana yang harus dipilih.Frustasi, Manda akhirnya memilih untuk membuka gaunnya dan mandi. Namun, baru saja ia akan melepas gaun, kain penutup kepalanya tersangkut entah di mana, di belakang punggungnya.“Astaga! Kenapa sih aku tuh!” keluh Manda mencoba meraih bagian belakangnya. Tetapi ketika ia bergerak sedikit saja, terdengar suara sepert

    Last Updated : 2025-02-26
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 154. Nikah Tanpa Bulan Madu?!

    “Mm ….”Raffael merasakan gerakan dalam dekapannya. Alih-alih membiarkan, pria yang terpuaskan semalam itu mengeratkan pelukannya. “Tidur lagi, Hon.”Suara berat Raffael membuat Manda tersadar. Kini mereka sudah sah menjadi suami dan istri. Dan semalam ia benar-benar dimanjakan oleh Raffael. Bahkan pria itu membersihkan tubuhnya. Tak seperti saat pertama kali mereka melakukannya dulu.“Apa kita nggak akan pulang hari ini? Kemungkinan ASI-ku sudah menipis di rumah.”Mendengar alasan itu, Raffael langsung terbangun. “Kau benar. Bintang masih butuh ASI.”Dengan segera, ia membantu Manda untuk memompa ASI lagi sebelum mereka bersiap pulang. “Ayo, Hon. Mandi.”Dahi Manda berkerut. “Eng … aku mandi sendiri kan maksudnya?”“Kenapa harus sendiri kalau sudah berdua?” Cengiran Raffael tetap tak bisa menutupi hasrat membara dalam matanya. Pria itu menghampirinya dengan senyuman terlebar yang pernah ia tunjukkan.Manda melipat bibirnya, menahan tawa. Semalam ia bisa merasakan kenikmatan palin

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 155. Determined

    “Kalian mau ngintip?” ledek Raffael yang terlihat lebih rileks sekarang ketika bicara dengan kakaknya. “What the— Damn!” pekik Camelia dari ujung sambungan telepon. “Siapa juga yang mau lihat kamu! Aku jagain Bintang! Kami rencana pergi liburan.”Raffael tergelak mendengar ocehan Camelia. Ia tak melihat ide yang ditawarkan sang kakak buruk.“Oke. Aku bicara sama Manda dulu.” Raffael menjauhkan ponselnya kemudian berkata dengan suara pelan pada Manda.“Hon, Camelia mau ikut bulan madu. Dia yang jagain Bintang. Gimana?”Manda cukup kaget mendengarnya. Ia menimbang beberapa saat kemudian menjawab, “Kalau 5 bulan lagi, bagaimana? Setidaknya, Bintang sudah mulai makan-makanan lain di samping ASI.”Raffael mengangguk. Ia kembali mendekatkan ponselnya dan memberitahu usulan dari Manda. “Sure. 5 bulan lagi.” Camelia setuju. Ia kemudian menambahkan, “Aku akan urus liburan kita. Kau tinggal tunggu detailnya saja nanti dari Lyn.”“Ha?” Raffael sedikit tak percaya kalau sang kakak berencana me

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 156. Masa Depan Toko Emas

    Manda terdiam di balik pintu rumah. Tak sengaja mendengar pembicaraan Raffael dan Diana. Tangannya mencengkeram baju bagian dadanya. Satu-satunya cela dalam pernikahannya adalah tak ada restu dari orangtua Raffael. Ia tahu, Raffael sudah melepaskan diri dari keluarga Indradjaya sebelum mereka menikah. Dan ia tahu seperti apa keluarga itu memperlakukan Raffael. Mungkin, kalau ia diberi kesempatan mengulang hidup, ia akan berjuang dari awal untuk menjadi setara dengan mereka, agar layak menjadi pendamping putranya.‘Tapi nggak berarti Raffael menyukainya, kalau mereka mengulang waktu,’ batin Manda sedih.Mendengar langkah kaki mendekat, Manda segera menuju sofa. Pura-pura membaca majalah.“Majalahmu terbalik, Nona.” Raffael meledek. Pria itu sekilas melihat bayangan di balik pintu rumah sebelum ia masuk tadi. Dan menemukan Manda di sofa, sudah menjadi jawaban siapa yang tadi mendengar pembicaraannya. Manda mengerucutkan bibirnya. Kesal karena diledek sang suami. “Ish!”Raffael terke

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 157. Kehidupan Yang Meningkat

    Rowan terkejut mendengar ucapan menantunya. ‘Apa dia sedang membalas perbuatanku dulu?’ tebaknya dalam hati. ‘Tapi dari dulu aku juga tahu kalau dia kaya.’Rowan benar-benar tak bisa membayangkan, seorang pria muda yang sudah banyak ia tolak, kini menawarkan bantuannya. ‘Apa dia mau show off kalau dia orang kaya baik hati?!’ Lagi, Rowan menuduh tanpa dasar yang kuat.Ia tak sadar kalau dirinya sedang dalam fase rendah diri. Sejak kejadian yang menimpa Manda dan ia tak bisa berbuat apa-apa untuk membela putrinya, ia sudah merasa ada yang mulai tak beres dengan hati dan pikirannya. “Pa?” Suara Raffael kembali terdengar memanggilnya. Rowan melihat layarnya bergoyang. Sepertinya Raffael berpindah tempat.Ternyata Raffael ingin bicara berdua saja dengan Rowan. Terdengar suara pintu ditutup perlahan.Tak lama kemudian, wajah menantu laki-lakinya itu muncul lagi di layar. “Pa, apa papa ngira saya cuma memberi usulan? Ditambah saya baru sekarang tahu kejadian kemarin. Saya khawatir.”Net

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 158. Tidak Perlu Momen Khusus

    “Hey, Hon!” seru Manda sambil menerima tubuh istrinya dalam pelukan. Pria itu menghujani wajah Manda dengan kecupan-kecupan singkat yang menggelitik. Kemudian ia menghampiri Bintang yang tengah tengkurap tanpa pakaian selain popok bayi dan menciumi punggung hangatnya.“Kau nggak bilang kalau mau ke sini.”Raffael terkekeh sambil mengecup pipi ibu mertuanya, kemudian menjawab. “Surprise, Hon. Sekali-kali.”Tak lama kemudian, beberapa orang asing mulai memasuki halaman rumah mereka. Manda dan Diana langsung panik. “Maaf ini bukan jalan umum!” tegur Manda dengan dahi berkerut. ‘Padahal sudah ada pagar, kenapa mereka main masuk seenaknya saja!’ keluh Manda heran. Ia sempat kaget juga ketika kemarin secara tiba-tiba tanpa ada suara sedikitpun, seorang nenek yang tinggal di ujung gang tiba-tiba masuk dan duduk begitu saja di dalam rumah. Saat ditanya, katanya ia sedang main.“Ah … Manda. Ini staf yang akan membantu untuk hari ini.”“Halo, Nyonya!” Serempak mereka membungkuk dan menyap

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 159. [Insert Story] Awal Mula Pertemuan Mereka

    [Insert Story dari sisi Raffael]Hari itu adalah hari kepulangan Raffael ke Indonesia. 9 tahun ia dibuang ke Italia tanpa apa-apa selain tiket pesawat dan pakaian yang melekat ditubuh. Di bawah alasan agar belajar dari kesalahan.Mereka yang menyebut diri sebagai orang tuanya, mungkin baru ingat kalau mereka punya anak laki-laki dan memanggilnya pulang.Untuk mencari tahu apa yang terjadi selama masa pembuangan itu, Raffael mengundang 3 sahabat dekatnya untuk bertemu. George yang paling santai di antara mereka mengusulkan pergi ke bar yang baru saja launching.“Raff! Han belum datang?” George menyapa sembari duduk di sebelahnya. Hingar bingar suasana bar terdengar sayup dari dalam ruang VIP itu. Dua temannya sudah hadir. “Paling dia masih ngurusin kerjaannya.” Damian menjawab, mewakili RaffaelRaffael memutar ponselnya terus menerus, kemudian menambahkan. “Katanya dia sudah di lobi.”Damian dan George hanya membuka mulut tanpa bersuara. Kemudian mereka memutuskan untuk menuangkan

    Last Updated : 2025-03-01
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 160. Pejuang LDR

    Raffael terbangun sambil terkekeh. Ia baru saja memimpikan ingatan pertama kali bertemu dengan Manda. “Ah … aku jadi kangen,” keluhnya. Setelah liburan berakhir, Raffael mau tak mau kembali ke Jakarta untuk bekerja. Dia berharap bisa setiap minggu pulang ke Yogyakarta, tetapi pekerjaan tak mengizinkan.Sabtu ini saja, ia sudah mendapat jadwal untuk hadir di berbagai acara pertemuan para artis. Sudah jelas ia tidak akan bisa bertemu Manda maupun Bintang. Sekejap, ia sudah menghubungi Manda. Video call menjadi pilihan pertamanya pagi ini. “Hi, Raff! Morning, Pak bos!” sapa Manda dari balik layar ponsel Raffael. Hati Raffael terasa penuh dengan kebahagiaan melihat senyum manis istrinya. “Hon … aku nggak sanggup LDR begini. Please!”Manda terkekeh geli. Alih-alih mengomentari ucapan suaminya, ia malah memperlihatkan wajah putra mereka yang membuat rindu semakin menjadi. “Papa cemangat kerja!” ujar Manda seolah Bintang yang bicara. Raffael mengecup layar ponselnya kemudian berkata,

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 251. Kekanakan

    “Ab—eh?!” Netra Adelia yang setengah terbuka tadi bertemu pandang dengan Bintang yang baru saja akan membilas rambut. Bintang tersenyum lembut. “Eh … kau mau mandi denganku, Lia?”“Pa—Pa–Pak Bintang?!” pekik Adelia, menutupi matanya.Menyadari kalau ternyata ia sedang berada di rumah Bintang membuatnya langsung panik dan kembali ke lantai 3. “Astaga!” Adelia membanting tubuhnya, tengkurap di atas kasur. “Apa yang kulakukan barusan?!”Ia mencoba menghilangkan rekaman ingatan mengenai tubuh atletis Bintang yang jarang terdeteksi di balik jas kerjanya, tetapi sia-sia. Karena hanya gambaran itu lah yang kini memenuhi pikiran Adelia. Semakin matanya tertutup, semakin sadar kalau ia melihat semuanya. Setelah menenangkan diri, Adelia mulai duduk di pinggir kasur dan mengamati tempat itu. “Aneh bentuk kamarnya. Naik ke atas begini. Di bawah ada kasur juga dan kayaknya tadi masih ada tangga turun ke lantai 1.”Ia mencoba mengingat-ingat kantor Bintang yang berada di apartemen, tetapi tak

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status