แชร์

Bab 111. Kedalaman Hati

ผู้เขียน: Romero Un
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-12 21:25:10
Deg! Deg! Deg!

Manda mencoba menekan dada. Berharap degup jantungnya sedikit tenang, karena ia bisa melihat baju yang dipakainya sampai ikut berdetak.

“Raffael nyampe jam berapa ya?” keluh Manda. Ia kembali merebahkan diri di atas tempat tidur. Bosan menunggu. “Udah jam 4 sore.”

Ia masih menebak-nebak apa yang Raffael inginkan darinya malam ini, sampai harus mengeluarkan namanya dari daftar panitia acara.

‘Kuharap nggak ada hal buruk terjadi setelah hari ini,’ batin Manda.

Ia kemudian berpikir untuk menghubungi ibunya. Perihal dirinya yang benar-benar berpacaran dengan Raffael masih belum ia utarakan setelah keputusannya untuk menyudahi kontrak saat itu.

“Manda?” sapa Diana—ibundanya yang sangat pengertian.

“Ma, sehat? Manda lagi ada acara kantor sekarang. Perayaan ulang tahun.”

Mereka berbincang santai. Diana jelas menanyakan ke mana saja anak gadisnya tak ada kabar sejak hari itu. Dan Manda menceritakan mengenai dinas dadakan yang mengharuskannya berada di luar kota Jakarta.

“Ah
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 112. Keseruan Sebelum Badai

    Pukul 7 malam kurang 10 menit. Manda selesai dirias dan sudah mengenakan gaun yang disepakati bersama. Setidaknya, di mata Raffael gadis itu adalah satu-satunya pribadi yang terpantul dalam pandangan.“Kau siap?” tanya Raffael sambil mengulurkan telapak tangannya.Manda meremas tangan Raffael kuat-kuat. Ia takut, gugup dan panik, tetapi tak mau semua itu terucap karena hanya akan membuatnya lemah. “Aku yang akan menjagamu, Manda. Kau tenang saja. Malam ini bakal aman, besok mungkin baru akan badai.” Raffael mengucapkan kalimat itu dengan tenang. Ia bahkan malah terkekeh geli seolah membayangkan orang tuanya mengamuk adalah hal terlucu di dunia.Namun, ucapan itulah yang justru membuat Manda tenang. ‘Setidaknya dia nggak menyembunyikan fakta bahwa hubungan kami bakal menimbulkan badai. Aku bisa bersiap untuk kemungkinan terburuk, dilempar cek 1 triliun suruh putus,’ batinnya sambil terkekeh.“Kayaknya sudah tenang,” ledek Raffael yang mendengar tawa manis sang kekasih. Manda menga

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 113. Rencana Berhasil

    Tepuk tangan membahana menyambut Raffael yang akan berpidato singkat. Sang presdir terlihat berdiri setelah mengecup puncak kepala Manda, membuat semua orang terkesan. “Well, saya presdir baik hati yang susah payah mewakili direktur.” Raffael membuka pidatonya dengan gurauan singkat, membuat para tamu terkekeh. Bahkan beberapa direktur saling tunjuk menertawakan rekan sejawatnya.Setelah mengomentari kinerja perusahaan yang sangat baik dan mengumandangkan visi jangka pendek perusahaan, Raffael menyudahi dengan sebuah informasi. “Pemberitahuan singkat,” ujar Raffael sambil memberi isyarat ke arah Regan.Sang bodyguard tiba-tiba meminta Manda berdiri, membuat gadis itu tertegun tak paham. “Kenapa Regan?”“Anda harus naik ke stage, Nona.”Netra Manda membelalak. “Ha?! Jangan gila—”“Ini perintah, Nona.”Para penghuni mejanya pun hanya tersenyum seolah tahu bahwa hal ini akan terjadi. “Bahwa hari ini saya ingin menjernihkan kesalahpahaman. Catherine setiap hari ke kantor saya untuk m

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 114. Ayo, Menikah!

    Sementara Manda memilih untuk pulang ke apartemennya, keluarga Indradjaya langsung mengadakan rapat di kamar Adam dan Seria. Tentu saja, Raffael tak berniat ikut dalam pertemuan yang sudah jelas isi topik pembicaraan akan memberatkan posisinya. Seria memekik marah. “Anak kurang ajar!” tukasnya geram. “Kita harus bagaimana setelah ini, Pa?”Adam memijat dahinya yang mulai terasa pening setelah memikirkan ulang kejadian di pesta tadi. Sejak dulu Raffael memang selalu ekstrim. Jika sudah mendapatkan apa yang ia mau, tidak ada yang bisa melarang.“Papa nggak tahu harus bagaimana menghadapi anak itu. Camelia, bagaimana menurutmu?”Camelia baru saja akan menjawab, tetapi Seria menyerobot. “Sudah pasti kita harus kekang dia, Pa!”“Dia sudah bukan anak-anak, Mom!” Camelia mencoba menyadarkan sang ibu dari amarahnya. Melihat sang istri kewalahan menghadapi ibunya, Reinhart pun maju dan berkata, “Sebenarnya saya juga nggak bermaksud ikut campur, Mom, Dad. Cuma, saya dititipi pesan dari Raff

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-13
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 115. Kunjungan Tak Terduga

    “Cih! Lamaran macam apa ini, Raffael Indradjaya?” tegur Manda berpura-pura menolak. Lagi ia menambah daftar alasan menolak. “Celana kolor, kaos dalam, di meja yang berantakan dan penuh makanan.”Raffael nyengir lebar. “Kau suka gaya apa? Mau kudatangkan mawar merah kuning hijau di apartemen kita yang peach ini sampai kau tak bisa melihat lantai kamar?”“Ha?! Extravagant!” protes Manda yang merasa ide itu sangat membuang-buang uang dan menyusahkan di akhir.“Kalau begitu, makan malam di yacht? Mau ke Venice sekalian?”Manda menepuk dahinya sambil menggelengkan kepala. “Apa nggak ada ide yang biasa aja? Kamu ini lagi pamer kekayaan?”“O iya, dong! Harus itu. Kita hidup harus flexing!” Raffael mulai bermain drama, membuat Manda tergelak dengan tingkahnya. Ia kemudian menambahkan lagi, “Lagian, untuk kamu yang luar biasa, aku harus melakukan yang extravagant!” Ha! Ha! Ha!Manda tak bisa berhenti tertawa melihatnya bergaya ke sana ke mari. Begitu pun Manda malah ikut mengomentari kegila

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 116. Ketegangan Ibu dan Anak

    “Saya—”Cklak!Pintu apartemen tiba-tiba dibuka dari luar, membuat Manda cukup panik dan juga berharap Raffael akan datang lebih cepat dari perkiraan.Dan harapannya terkabul. Raffael masuk dengan wajah sinis yang langsung menatap sang ibu.“Ambush?”Seria tersenyum sambil mendengus geli. Ia baru saja dituduh melakukan penyergapan, oleh putranya. “Jauh dari rumah membuatmu tak tahu tata krama, Raffael?”Raffael terkekeh pelan. Ia menutup pintu dan berjalan mendekati Manda, lalu duduk di sampingnya. “Toh kalian yang membuatku jauh dari rumah,” balasnya, membuat Seria geram.Manda pun hampir dibuat susah bernapas karena ketegangan antara ibu dan anak tersebut. Ia jadi mensyukuri hidup sederhananya. Walau tidak kaya raya tapi orang tua menyayanginya.“Apa yang kau lakukan di sini, nyonya Seria?” tanya Raffael angkuh. Seria terlihat berusaha keras menahan amarahnya. Dan karena melihat kemungkinan mereka akan bicara lebih lama, Manda memutuskan untuk membuatkan minuman, tak peduli akan

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 117. Antara Percaya dan Tidak

    “Manda.”Raffael akhirnya kembali dari lobi, setelah mengantar sang ibu ke mobilnya. Mendengar namanya disebut, Manda melongok dari dalam kamar. “Kenapa? Kau lapar? Apa mau mandi?”Raffael terdiam, seperti menunggu sesuatu. Manda pun mengerutkan dahinya. “Kok diem? Mau makan apa mandi dulu?” tanya Manda lagi mengulangi.“Kukira bakal ada pilihan ‘atau kau mau aku?’, di usulanmu,” keluh Raffael sambil meniadakan jarak di antara mereka. Raffael memeluk gadis itu dan meminta maaf. “Apa kau takut tadi? Apa kau stres? Maafin aku. Ternyata Regan juga dibuat pingsan oleh pengawal Mom.”Manda membalas pelukan itu sama eratnya. Dia memang ketakutan. Seperti saat para dementor mengelilingi dan menghisap kebahagiaan kita. Seperti itulah rasanya tadi.“Semua sudah kejadian. Kau juga nggak salah, Raffa,” ujar Manda.Raffael mengecup kening Manda, kemudian bertanya, “Terus, apa yang kalian bicarakan sebelum aku datang?”“Ah … ya. Itu yang mau kubicarakan.” Manda menatap Raffael, seolah memintany

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-14
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 118. Keputusan Sedih

    Keesokan harinya. Manda menghadap Elena, atas keputusan Raffael semalam.“Jadi, kau benar-benar akan menikahi Pak Raffael, Manda?”Manda mengangguk dengan kepala tertunduk. Sementara itu, Elena menatap surat di tangannya. Surat pengajuan pengunduran diri dari Manda. Bukan hal sulit bagi perusahaan untuk langsung menyetujui surat itu, karena Manda masih dalam masa percobaan selama 3 bulan. Namun, Elena cukup berat melepas anak buahnya yang satu itu. Walau Manda masih baru bergabung, ia sudah merasa seperti bersahabat cukup lama dengan Manda. Tidak hanya hasil kerjanya yang tak pernah mengecewakan, tetapi juga karena sifatnya yang memang mudah bergaul. “Aku tahu ini memang harus dilakukan, kalau kau akan menikahi Pak Raffael. Aku hanya sedih harus kehilangan teman dan juga rekan kerja sepertimu, Manda.”Manda mengangkat kepala. Air mata pun sudah membanjirinya. Ia sendiri sangat menikmati waktunya bersama Elena dan dua rekan lainnya. Dan keputusan untuk tak lagi bekerja, cukup bera

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-15
  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 119. Seria Berubah (?!)

    “Tempat apa ini?” tanya Manda begitu mereka tiba di depan sebuah bangunan kosong. “Untukmu. Kalau kau mau membuka usaha,” ujar Raffael sambil menggandeng tangan Manda. “Aku membelinya atas namamu. Anggap saja hadiah kecil dariku.”Manda bergerak maju. Ia melihat bagian dalam bangunan itu dan berkata, “Kecil?! Yang begini dibilang hadiah kecil?!”“Well, aku bisa membelikan pulau tak bernama di luar sana, kalau memang kau yang minta.”Manda langsung menggelengkan kepalanya. “Nggak, nggak.”Ia memutuskan untuk melihat-lihat lebih dalam bangunan itu. Sejak dulu, ia memang punya niat untuk membuka kafe yang bernuansa vintage. Bangunan yang dibuat dari kayu itu jelas cocok untuk mimpinya. “Apa kau tahu, kalau punya kafe adalah mimpiku? Aku merasa kau membeli ini karena kondisi itu.”Raffael terkekeh. “Aku kan cenayang.”Jawaban jenaka sang kekasih membuat Manda tergelak. Tak lama, ia pun menerima amplop coklat tebal dari pria itu. “Isinya surat-surat penting bangunan ini. Simpan baik-ba

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-15

บทล่าสุด

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 250. Kamar Asing

    “So, gimana penyelesaiannya?” tanya Manda. Bintang sengaja mampir ke rumah orang tuanya hari ini, karena sang ibu mengatakan kalau ia membuat sop buntut hari ini. Tak ia duga, wanita tua itu menaruh perhatian pada kasus Adelia dan Fleur. “Fleur mengakui kesalahan dan tak mau terlibat sampai ke jalur hukum, Ma.”Dahi Manda berkerut. Seolah menyuarakan kebingungan Manda, Raffael bertanya, “Minta Adel diberhentikan dari syuting, sampai kamu tuntut ke jalur hukum?”Bintang lupa, kalau mereka hanya tahu cerita pertamanya saja. “Ah … kalian belum tahu perkembangan terakhir hubungan Adelia dan Fleur?”“Ada masalah lagi?!” Manda sedikit kaget. Ia pikir masalah pertama akan selesai tanpa ada buntutnya.Bintang mengangguk. “Fleur merencanakan pembunuhan terhadap Lia, Pa. Dan Black merekam dengan jelas semua bukti itu.”Raffael dan Manda terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkomentar satu sama lain. “Wajah cantik, berpendidikan dan kaya raya, nggak lantas membuat seseorang menjadi manusia,

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 249. Jalur Hukum Saja!

    “Apa yang sudah kau lakukan, Fleur?!” Pria tak berambut dengan tubuh tinggi kekar itu membanting pesawat telepon yang ada di meja kerjanya. Beliau adalah CEO rumah produksi Lightern—Bastian Moore. “Aku minta kamu dekati Bintang, supaya bisa merger dengan perusahaannya! Kenapa malah bikin masalah dan membuat marah produser Brian?!”Fleur hanya bisa menunduk, menyembunyikan wajahnya dari amarah sang atasan. Dua tangannya kuat-kuat meremas bahan gaun bertekstur floral itu, menahan diri untuk tidak marah atau menangis. Ia benar-benar tak menyangka, bahwa kebenciannya pada Adelia menyebabkan Bintang kehilangan minat terhadap Lightern.‘Aku terbakar cemburu saat perempuan sial itu membuka pintu dan dengan naturalnya mengira yang datang adalah Bintang,’ sesal Fleur. Di balik penyesalan itu, juga ada amarah yang besar pada Adelia. Kecemburuannya masih belum sirna. Sedikitpun tak berkurang. “Mau apa lagi kalau sudah begini, hm?!” sentak Bastian putus asa. “Sejak pagi sekretarisku sudah me

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 248. Rekaman Kebenaran

    “Theo, apa kau yang menitipkan tas ini ke Fleur untuk diberikan pada Adelia?” Brian menunjuk tas yang masih di posisi awal.Tenda Fleur tidak tersentuh sama sekali. Brian membiarkannya demikian sampai ia menemukan siapa pelaku yang berani mengacaukan suasana di lokasi syuting.Sementara sutradara mengurus jalannya syuting hari ini, Brian memutuskan untuk bicara dengan manajer Adelia.“Tas?” Dahi Theo berkerut. Ia mengamati tas itu dan berpikir keras. “Hm … aku nggak pernah lihat tas ini,” klaimnya. “Adel juga nggak punya tas seperti ini. Kau tahu sendiri kondisi anak itu. Dia nggak punya uang lebih untuk beli tas yang nggak dia butuhkan.”Brian mengangguk setuju. “Tapi, Fleur menuduhnya meletakkan tas dan ular ini di kasurnya. Kita nggak punya bukti kalau tas ini bukan milik Adelia.”“Saya ada buktinya.” Seorang pria tinggi dengan pakaian serba hitam muncul dan bergabung dalam percakapan mereka. Membuat Brian dan Theo tertegun. “Siapa kamu?!”“Saya bertugas menjaga Nona Adelia. Jad

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 247. Ketakutan dan Teror

    Staf yang mengikuti Brian masuk ke tenda Fleur tiba-tiba keluar dengan mulut tertutup tangan. Menahan mual karena sudah menyaksikan sesuatu yang menggelikan di dalam sana. “Ada apa?!” tanya peserta syuting lainnya. Mulai tak sabar karena tak satupun menjelaskan apa yang sudah mereka lihat.Bahkan Fleur kini masih berjongkok dekat pohon besar. Gemetar di dalam perlindungan tubuh Vildan.“Ular ….” Hanya itu yang berhasil diutarakan salah satu staf. Nada suaranya pun terdengar ngeri. Belum sempat mereka bertanya lebih jauh, Brian keluar dan segera menenangkan keributan. “Semua kembali ke ruang makan untuk sarapan!” serunya. “Fleur, kau pakai tendaku untuk sementara ini. Kami akan membuatkan tenda yang baru.”Seolah sadar dari rasa takutnya, ia pun berdiri dan meneriaki Adelia. “Ini semua gara-gara Adelia! Perempuan jalang itu!”Netra semua orang terbeliak mendengar ucapan Fleur. Pertanyaan mulai muncul di antara mereka, tentang kenapa Fleur memberi label kejam pada artis yang baru mem

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 246. Prank?!

    “Kau satu tenda dengan Adelia kan?” Fleur mendatangi seorang artis muda yang jam terbangnya masih tergolong sedikit dibandingkan dengan Fleur yang sudah senior itu. Mereka baru saja tiba di tempat perkemahan dan semua orang tengah sibuk mengurus barang bawaannya masing-masing. “Oh! Iya, Kak Fleur.” Artis muda bernama Abby itu tersenyum ramah. “Ada apa?”“Ada yang menitipkan ini.” Fleur memberikan sebuah tas makan kecil pada Abby. “Katanya ini tas milik Adelia.”Abby menerima tas itu. “Ah! Terima kasih, Kak. Nanti saya kasih Adel.”Fleur tersenyum singkat kemudian kembali ke tendanya. Artis perempuan senior yang sedang naik daun itu mendapat perlakuan khusus. 1 tenda untuk dirinya sendiri. Sementara itu, Abby bergegas mencari Adelia untuk memberikan barang titipan tadi.“Adel! Ini katanya tas kamu!” seru Abby dengan senyum lebar. Produser memang menempatkan Adelia bersama dengan Abby karena ia tahu, mereka bisa dekat. “Dari siapa, By?” tanya Adelia dengan pandangan heran.Ia suda

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 245. Merayu Fleur?!

    “Jadi, baik aku atau perempuan miskin itu nggak diizinkan keluar dari ‘Survival Home’?!”Bintang menatap Fleur yang duduk dengan angkuh, bersedekap di hadapannya. Manda dan Dennis meninggalkan begitu saja masalah ini di tangannya.‘Kalau bisa aku mau mengeluarkan kau saja, Fleur. Dibanding Lia yang sudah jadi artisku.’ Bintang menjawab tanpa suara. “Bisakah kau menyaring kalimatmu, Fleur. Adelia juga perempuan, sama sepertimu,” tegur Bintang berusaha sabar.Karena menurut Manda, hubungannya dengan Adelia tidak boleh sampai ketahuan orang luar, apalagi mereka yang tidak terjamin bisa menjaga rahasia. Fleur mendengus geli. “Ha! Setidaknya aku nggak miskin seperti dia!”Bintang mencoba tenang, tapi bukan berarti ia tak bisa tegas. Bagaimana pun ia harus menegur perempuan angkuh itu. “Fleur, Aku harus mengusirmu kalau bicara nggak sopan soal artis di bawah naungan RAFTEN!”Walau tak menjawab, Bintang bisa melihat tubuh Fleur sedikit menyentak karena tegurannya.Kemudian, sang CEO menam

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 244. Fleur Menggila

    “Nona Fleur! Ini bukan saatnya untuk berdebat!” sentak sang produser, mencoba bersikap tegas. Sang manajer pun panik. Tidak paham kenapa tiba-tiba Fleur mengamuk di depan sang produser.Namun, Fleur merasa memegang kendali. Ia tahu kalau dirinya tidak mungkin dilepaskan dari acara itu. “Ha! Kalau memang Anda masih akan lanjut dengan kondisi seperti ini, saya mundur!” Fleur segera berbalik untuk meninggalkan lokasi syuting.Brian pun langsung berdiri dan menahannya dengan kalimat yang sudah Bintang anjurkan. “Ini keputusan Pak Bintang! Tidak ada yang akan keluar dari acara ini. Jika Nona Fleur memaksa, Pak Bintang mengatakan bahwa akan ada penalti.”Netra Fleur membulat. Ia berbalik dan menatap Brian seolah tidak percaya Bintang akan menimpakan penalti atas dirinya. Fleur mendengus geli. “Mana mungkin Bintang memperlakukanku seperti itu! Kau hanya membual!”“Silakan coba saja kalau berani, Nona Fleur!” Brian menantang. Setengah gemetar, karena di satu sisi, ia harus mempertahankan

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 243. Sponsor Yang Lebih Kuat

    “Fleur minta Adelia dikeluarkan dari survival home.”Dahi Bintang berkerut. “Apa dia sebut alasannya? Kenapa di hari kalian nggak syuting, bisa ada bentrok? Apalagi antara artis selevel Fleur dengan pendatang baru.”Brian menggeleng. “Fleur nggak menjelaskan keberatannya mengenai keberadaan Adelia. Tapi dia mengancam, kalau kami nggak mengeluarkan Adelia, dia yang akan keluar dari survival home.”Bintang menggaruk kepala belakangnya. Pusing dengan kelakuan Fleur yang tiba-tiba memusuhi kekasih barunya itu. “Saya nggak habis pikir apa yang membuat Fleur tiba-tiba memusuhi Lia, Pak Brian. Apa Anda punya clue?”Brian terdiam sesaat kemudian mengoreksi ucapan Bintang. “Sejak awal Fleur nggak suka dengan Adelia, Pak. Jadi, sepertinya rasa tidak suka itu menumpuk dan meledak sekarang.”Napas Bintang terdengar panjang dan lelah. “Ya sudah, keluarkan saja Fleur dari sana.”Mendengar itu spontan Brian berdiri dan menggebrak meja kerja sang CEO. “Nggak bisa, Pak! Dia wajah acara ini!”“Saya ju

  • Terjebak Permainan Sang Presdir   Bab 242. Perseteruan

    “Aku cukup tua untuk atur hidupku, Pa,” keluh Bintang. “Apa kalian semacam detektif? Datang mau interogasi?”Raffael mendengus. “Kalau kau nggak buat masalah, Mama Papa juga nggak akan sibuk urusin hidup kamu, Bintang.”Bintang memutar manik matanya. Ia memang sengaja membuat banyak skandal untuk meminimalisir perempuan mendekatinya. “Fine. Kalian sudah makan pagi? Karena aku lapar.”“Aku sudah makan roti dari kulkasmu, Nak. Kau bisa buat makan pagi sendiri.” Manda menyesap teh yang sudah hampir habis. Bintang membawa dirinya ke dapur, membiarkan kedua orang tuanya tetap mengajukan pertanyaan, sementara ia memasak sarapan pagi. “So, kamu akhirnya pacaran dengan Adelia?” tanya Raffael dengan nada penuh curiga. “Papa baru dengar beberapa menit lalu kalau kamu baru saja meresmikan hubungan pura-pura kalian.”Bintang terkekeh. Ia cukup lega karena sang ayah tidak mulai pembicaraan dengan memarahinya karena sudah membuat rencana gila seperti menjadikan Adelia sebagai pacar pura-puranya.

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status