Isi dari kotak tersebut adalah sebuah boneka yang bersimbah darah. Mila segera melemparkan boneka tersebut. Kenapa ada orang lagi yang mengusik dirinya lagi. Tetapi Rian mencoba mencari sesuatu yang mungkin ada surat atau pengirim di kotak tersebut. Tetapi tak ada. Ia pun membuang kotak tersebut kemudian membakar di samping rumah."Sayang, untuk saat ini kamu tetap berada di rumah, ya? Nggak usah keluar rumah. Tapi tetap berpikir yang jernih saja. Nanti kita pikirkan dan cari tahu orang yang telah mengganggu kita," tutur Rian.Mila hanya mengangguk.Rian hanya takut jika penyakit kecemasan Mila akan kambuh kembali. Ia memeluk tubuh istrinya kemudian mengecup keningnya. "Sayang, aku akan menemani kamu sampai kapan pun. Kamu jangan khawatir, ya?" Mila hanya diam saja. Rian kemudian mengajak Mila ke kamar. Rian sengaja membawa makanan tadi sepulang kerja dan diberikan kepada Mila. Mila dengan senang hati memakan makanan yang dibawakan Rian. "Terima kasih."Keesokan harinya, Mila menema
Bu Ningtia menggelengkan kepalanya. "Ibu nggak kenal sama perempuan ini, Mila. Memang nya kenapa?" tanyanya. Mila menoleh ke arah Rian. "Maaf sebelumnya. Ini adalah teman Mila dan Bram saat kuliah dulu. Tapi dia seperti bertransformasi. Jadi ini adalah perempuan yang sama. Dia mengaku sama Mila katanya dia akan menikah dengan Bram. Tetapi karena Bram saat itu akan menikah dengan Mila akhirnya gagal. Dan katanya keluarga Bram membenci Mila dan akan balas dendam atas meninggal nya Bram," jelasnya. Bu Ningtia mengerutkan keningnya. "Tidak, Mila. Itu tak benar. Kami semua sudah mengikhlaskan kepergian Bram untuk selamanya. Dan ibu juga dengar kalau ibumu meninggal, ya? Ibu turut berduka cita, ya?""Iya, Bu. Katanya itu ada hubungannya sama dendam keluarga Bram. Maaf, bukannya Mila menuduh, hanya saja Mila mau mencari tahu kebenaran. Karena beberapa hari ini sejak perempuan ini tadi memberitahukan tentang itu Mila mendapatkan teror yang tak biasa," terang Mila. Ia juga takut kalau diangg
Mila dan Rian pun kemudian istirahat. Rasa mengantuk dan lelah bercampur dan tak butuh waktu lama mereka akhirnya bisa memejamkan mata. Malam harinya, Mila membuka matanya. Ia tak mendapati Rian berada di samping nya. Ia mengucek matanya dan perut yang sudah meronta ingin segera diisi.Rumah begitu sepi. "Kemana semua?" gumam Mila. Ia kemudian menuju dapur. Tak tertahankan lagi untuk menahan lapar yang sudah sejak tadi siang belum terisi. "Bi, kemana Ayah dan Rian?" tanya Mila saat Bibi yang menjaga di rumah Mila kembali ke sana."Sejak tadi saya ke sini tak melihat, Bu. Sudah satu jam saya di rumah tapi nggak melihat mereka," jawab Bibi."Oh iya, Bi," sahut Mila kemudian melanjutkan makannya. Ia masih penasaran kemana suaminya pergi.Saat senja barulah Rian dan Pak Seno pulang. "Dari mana saja?" tanya Mila. Sedikit kesal karena merasa diabaikan tanpa ada kabar."Tadi sama Ayah aku ke klien yang bermasalah. Awalnya orangnya setuju dan tiba-tiba kok mengundurkan diri. Jadi Ayah butu
"Ya sudah, nanti siang aku ajak ke Bank, ya? Sekalian kita bawa uang Bibi agar aman," ajak Mila. "Sebaiknya sekarang uang Bibi dihitung saja dulu! Nanti biar gampang kita bawa ke banknya," imbuhnya."Baiklah, Non," sahut Bibi.Tepat pukul sepuluh pagi, Bibi telah selesai menghitung semua uangnya. Dan Mila menghampiri ke kamar Bibi. "Udah Bi hitung nya?" tanya Mila."Sudah, Non. Tapi mau ditaruh dimana ini? Bibi hitung uangnya ada sekitar seratus jutaan," balas Bibi."Taruh kesekian hitam saja! Nanti biar aku yang bawa pakai tas ransel. Biar diantar sama Pak supir saja," jawab Mila. Mereka berdua akhirnya menuju ke sebuah bank. Dimana tas yang dibawa Mila diletakkan di depan dada dan Pak supir mengawal mereka. Sampai di depan bank disambut oleh satpam dan Mila mengatakan kalau akan membuat rekening baru. Dengan senang hati satpam tersebut mengarahkan kepada petugas yang bersangkutan.Mila memberitahukan kepada petugas dan petugas tersebut melayani dengan senang hati dan senyum yang r
"Apa? Sejak kapan, dok? Setahu saya ayah saya baik-baik saja. Kenapa bisa seperti itu?" cerca Mila. Ia tak mengerti kenapa ayahnya merahasiakan hal yang seperti ini."Iya, sejak dua tahun terakhir. Waktu itu pasien ke sini mengeluh dadanya sakit. Kebetulan saya waktu itu dokter jaga yang memeriksa kondisi pasien. Untuk saat ini sudah mendapatkan penanganan dari dokter yang spesialis. Dan Mbak sebagai keluarga pasien tolong diurus administrasi agar bisa lebih cepat proses operasi. Karena jalan yang terbaik saat ini adalah pemasangan ring," jelas dokter.Hati Mila sangat sakit. Selama dua tahun ia tak tahu jika ayahnya memiliki penyakit yang cukup serius. Bahkan ibunya juga mungkin tak tahu karena ayahnya terlalu rapat menjaga rahasia. Jantung Mila terasa berdegup kencang. Ia membiarkan Rian mengurus administrasi karena Mila seperti tak sanggup untuk menompa dirinya. Air matanya luruh seperti aliran sungai yang tak terbendung. Tak lama berselang Pak Seno dibawa ke ruang operasi. Mila
[Mila, anakku sayang. Kamu adalah putri yang paling ayah sayang. Sebenarnya ada banyak hal yang ayah sembunyikan dari kamu dan juga ibumu. Pertama, kamu Sebenarnya memiliki saudara tiri. Ayah pernah batal menikah dengan seorang wanita sebelum ibumu. Tetapi semua itu bukan keinginan ayah. Ayah hanya tak bisa menjaga diri dan akhirnya wanita itu berhasil memperdaya ayah. Dan dia hamil. Tetapi semenjak saat itu ayah tak tahu lagi kabarnya. Dan ayah juga tak ingin mencari tahu tentang itu. Ayah yang mencintai ibumu kemudian menikahi ibumu dan kemudian lahirlah kamu. Sewaktu ayah tahu kamu disakiti oleh Adam, Ayah sangat marah karena anak ayah telah disakiti oleh orang yang tak bertanggung jawab. Tetapi yang jelas kamu adalah pewaris harta milik ayah. Tak ada yang berhak selain kamu, Mila. Dan satu lagi, ayah mengalami sakit. Yang entah kapan saja bisa merenggut kebersamaan kita. Ayah senang kita bisa tinggal bersama. Tetapi kalau saja kamu tahu ayah sangat lah cinta sama kamu dan juga ibu
Mila langsung menoleh melihat orang yang tak ia kenal dan bukannya menolong justru pergi begitu saja. Rian langsung menolong Mila. "Kamu nggak apa-apa, Sayang?" tanya Rian. "Nggak apa-apa. Terus kita mau kemana?" balas Mila."Kita sebaiknya ke kantor! Di kantor harus ada rapat komite dan pemegang saham sepeninggal ayah. Karena sampai saat ini perusahaan belum ada yang memegang. Kamu lah yang berhak mengurus semua, Sayang," sahut Rian. Ia sebenarnya sudah sejak tadi ingin mengajak Mila ke kantor hanya saja Mila masih keukeuh mencari tahu tentang Yana dan ia menemani saja.Mila mengangguk pelan. Setelah ganti pakaian di rumah, Mila segera menuju ke kantor. Memang sudah saatnya kantor mencari pengganti. Dan dia lah satu-satunya pewaris. Bisa dibilang pewaris tunggal. Setelah sampai di kantor, Mila langsung memerintahkan kepada Sera untuk mengurus rapat sesegera mungkin. Setidaknya kantor harus ada yang memegang. Dan dia mau tak mau harus mengurus semuanya.Tiga jam berselang akhirnya r
Mila diam sejenak. "Lalu sebenarnya apa motif perempuan itu infonya mengganggu perusahaan kami?""Besar kemungkinan kalau saudara tiri Anda ingin mendapatkan harta dari almarhum Pak Seno. Karena sudah jelas kalau anak yang diakui oleh Pak Seno hanyalah Mbak Mila. Bisa jadi dia menaruh dendam. Yang saya ketahui juga adalah ibunya perempuan itu sudah meninggal lama karena frustasi," imbuh Pak Hamdan.Mila manggut-manggut saja. "Apa perempuan itu telah menikah?" "Sejauh informasi yang saya dapat belum. Dia Belum menikah. Tetapi dia punya usaha berupa toko pakaian yang cukup besar. Hanya itu," jawab Pak Hamdan. Tak ada informasi lagi yang Pak Hamdan sampaikan akhirnya orangnya undur diri.Mila akhirnya percaya kalau Yana memang orang yang tak baik. Ia gegas harus menemui Yana sekarang juga. Ia berusaha menghubungi nomor telepon Yana tetapi tak tersambung dan selalu dialihkan. Akhirnya Mila ke ruang kerja Rian dan ternyata Rian cukup sibuk. Akhirnya Mila mengajak Sera untuk menemaninya be